Kamu disana apa kabar? Sudah lama ya kita tak saling bertukar kabar. Kali ini bukan karena kamu susah dihubungi, melainkan karena aku yang tak ingin menghubungimu. Dan juga kamu yang tak berusaha mencariku. Jadinya kita impas, kita saling kehilangan kabar.
Sehingga beberapa hari ini aku merasa sangat gelisah. Aku mengkhawatirkan segala hal tentangmu disana. Bagaimana jika kita benar-benar akan saling kehilangan? Lalu kamu mendapat sosok baru atau justru kembali kepada dia. sosok yang dulu dan sampai saat ini masih mengharapkanmu. Aku cemburu. Dia mampu sebegitu tidak tau malunya menjaga perasaannya untukmu meski tau telah ada aku di sampingmu.
Sungguh aku semakin khawatir saja. Dalam ketiadaan kabar ini segala hal bisa terjadi bukan? Bagaimana jika yang aku khawatirkan terjadi?
Tapi hai kamu, sejauh waktu yang kita habiskan berdua bagaimana pendapatmu tentang kita? Kalau boleh, aku sungguh ingin menanyakan hal ini padamu. Karena dulu, kita sepakat ingin bersama. Lalu sekarang bagaimana? Apakah berdiamnya kita saat ini adalah tanda berhenti untuk tidak melanjutkan kesepakatan kita dulu? Atau mungkin kamu butuh waktu untuk menata sendiri dulu rencanamu lalu nanti akan mengajakku mewujudkannya bersama? Ah tetap saja aku tak suka keadaan ini. Kamu sedikitpun tak memberiku kepastian.
Dalam kegelisahanku yang menggunung ini, bolehkah aku pergi saja? Lalu menyerahkanmu pada-Nya. Terserah DIA mau membuat keputusan seperti apa untuk kita. Entah nanti kamu akan tetap bersamaku, atau menemukan yang baru, atau mungkin juga kembali pada mantanmu, terserah saja. Aku sungguh ingin menerima apapun dengan lapang.
Oleh karena itu, saat ini aku sedang belajar ikhlas. Hingga kemungkinan apapun yang akan terjadi nanti semoga ada penerimaan yang baik dari hatiku. Semoga aku tidak mengutukinya jika itu adalah hal buruk. Karena bukankah apa yang menurut kita buruk belum tentu menurut-Nya juga begitu, kan? Jadi pasti ada hal baik yang disimpan-Nya dari setiap peristiwa yang ada. Kita hanya perlu bersabar, ikhlas dan bersyukur sebanyak-banyaknya.
Jadi aku ingin belajar mengikhlaskanmu pada-Nya. Semoga ini adalah keputusan yang benar untuk mengatasi kegelisahanku ini. Karena takut kehilanganmu adalah sumbernya, makanya aku perlu mengutip kalimat yang berbunyi bahwa segala yang hidup maupun mati akan kembali kepada-Nya. Dan kamu adalah milik-Nya. Jadi aku tidak boleh serakah untuk memilikimu selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang rela memisahkan diri demi menyembuhkan hati.
Teen FictionMencoba, semoga nantinya baik-baik saja.