HINATA
Gangguan Spektrum Autisme.
Aku dihantam satu kenyataan itu ketika Atsuko berusia dua setengah tahun.
Itu adalah kelainan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan Atsuko dalam berinteraksi dengan dunia luar.
Tumbuh kembangnya terlambat jika dibandingkan anak seusianya yang hampir empat tahun. Dia selalu menghindari kontak mata lawan bicaranya. Selain itu, kemampuan bermainnya juga kurang berimajinatif.
Atsuko hanya menggemari permainan balok susun dan kartu bergambar. Terus diulang tanpa pernah mengganti susunan dan urutannya. Dia sama sekali tidak kreatif. Sikapnya juga impulsif. Gadis Kecilku lebih banyak diam dan termenung.
Aku menyesali naluri keibuanku yang kurang tanggap memahami kondisi Atsuko. Aku terlambat ketika memeriksakannya ke dokter sub spesialis neurologi anak.
Sesuai arahan dari dokter, aku membawanya ke Klinik Tumbuh Kembang anak. Terapis di sana menjelaskan bahwa dengan perawatan yang tepat, pengidap autis akan bisa berlatih mandiri untuk menyesuaikan kondisinya di tengah lingkungan sosial.
Selama hampir setahun Atsuko rutin menjalani terapi, terhitung dari sebelum kami — aku, Atsuko dan ibuku meninggalkan Fukuoka dan pindah ke Shinjuku.
Sebulan setelah kepindahan kami, Atsuko tidak langsung terapi. Dia perlu menyesuaikan lingkungan barunya. Sebulan kemudian barulah terapi dilanjutkan di rumah sakit Seibo.
Hari pertama terapi, aku direpotkan emosi Atsuko yang meledak-ledak. Di dalam taksi, dia mengamuk. Dia berusaha keras membuka pintu dan menarik-narik bajuku agar membawanya keluar. Hal seperti itu sering terjadi ketika dia merasa kurang nyaman. Atsuko kesulitan memahami dan mengungkapkan apa yang sedang dirasakan.
Kami berhenti di tengah jalan dan kembali di tempat kami menunggu taksi sebelumnya. Setelah berhasil menenangkan Atsuko, aku menghentikan taksi lagi. Awalnya dia tidak mau, tapi aku terus memaksa. Kemudian saat si sopir memutar lagu Wild World, Atsuko seperti tersihir. Dia menikmati perjalanannya dan melihat ke luar jendela. Sesekali menarik napas dalam-dalam menyelami aroma lembut permen karet dari parfum mobil. Taksi nomor 303.
Atsuko menemukan kenyamanan di sana. Sekali-dua kali memang hanya kebetulan, tapi selanjutnya aku sengaja menunggu taksi 303. Dan betapa bersyukurnya ketika si sopir akhirnya bisa menangkap keinginanku.
Terlepas dari itu semua, aku memiliki alasan lain dengannya. Dengan Uchiha Sasuke. Tanpa dia sadari, dia telah menghidupkan kembali kepingan-kepingan masa laluku yang memilukan.
"Hyuuga-san, kau punya waktu?" Sasuke menatapku lewat spion tengah. Ini adalah pembicaraan kami setelah dua minggu kami berkenalan. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
"Boleh. Mau ikut denganku menunggu Atsuko? Kita bisa bicara di dalam."
"Oke."
Selagi dia memakirkan taksinya, aku menunggu Sasuke di lobi rumah sakit.
Tanpa perlu mengatakan apa pun, aku tahu kemana arah obrolan kami nantinya; aku dan segala misteri yang kuciptakan."Ma, ayo .... "
Atsuko menarikku tidak sabar. Kami masuk, mengambil nomor antrean dan menunggu dipanggil untuk melakukan pendaftaran.
Klinik Tumbuh Kembang anak berada di lantai dua, paling ujung dekat playground mini dan kafetaria. Dindingnya berlapis warna hijau pucat, berhias gambar kelinci lengkap dengan kandang dan kebun wortelnya.
Aku melirik arlojiku, kurang tiga menit dari jadwal terapi. Sambil menunggu, aku merapikan ikatan rambut Atsuko yang terlepas. Sasuke tiba satu menit kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DEAREST
FanficUchiha Sasuke. Aku terbahak ketika membelokkan mobil ke jalanan Oude Singel. Hinata meraih kacamata hitam, memakaikannya di telingaku. Dia tersenyum, memujiku lelaki nomor satu sambil mencium lengan kananku. Semua perlakuannya adalah sihir, dan aku...