"Tiara Sekawangi!!"
Teriakan itu membuat gadis yang tadinya tertidur kini kembali terjaga. Tiara Sekawangi namanya. Cantik, tinggi, kulitnya putih, baik tapi sayangnya ia bodoh dan ceroboh. Sekarang, ia tertangkap basah sedang tertidur di tengah pelajaran Biologi.
"I-iya, Bu Cahya, ada apa?"
"Pulang sekolah, saya tunggu di kantor!"
Bu Cahya kembali ke depan kelas dan menutup pertemuan pada hari ini. Pandangannya tetap terkunci pada Tiara yang sedang menunduk malu. Beliau pun akhirnya keluar kelas. Oh bagus, sepertinya Tiara akan mendapat masalah hari ini.
.
Keesokan paginya, Tiara hampir saja terlambat. Untung saja ia bisa melewati gerbang tepat sebelum bel berbunyi. Kalau tidak, bisa-bisa ia akan kena masalah lagi.
Begitu sampai di kelasnya, ia langsung duduk di sebelah Inka.
"Hah..hah... Akhirnya sampai juga."
"Syukurlah, Ra. Kukira kau terlambat. Kau sepertinya harus berubah, Ra. Kita sudah kelas 11, lho. Sampai kapan kau akan terus begini?"
"Iya... Kau selalu berkata begitu," kata Tiara sambil mengatur nafasnya.
"Oh iya, katanya kelas kita kedatangan murid baru, lho!" kata Inka.
"Benarkah?"
"Hm." Inka mengangguk.
Tak lama kemudian, Pak Rama datang bersama wali kelas kami, Pak Deni. Di sebelah mereka, sudah berdiri seorang laki-laki yang kemungkinan besar akan menjadi teman baru mereka.
"Baiklah, seperti yang sudah kalian dengar, hari ini kalian akan kedatangan teman baru. Mari kita sambut teman baru kalian. Azka... Silakan Azka, perkenalkan diri kamu."
Para murid kelas 11 MIPA 3 itu bertepuk tangan lalu terdiam, sama-sama menunggu kata-kata yang akan terlontar dari mulut teman baru mereka.
"Perkenalkan," kata anak baru itu. "Nama saya Azka Zekadlin. Saya biasa dipanggil Azka. Salam kenal semuanya."
Suasana kelas kembali ricuh. Jika teman-teman perempuan Tiara mulai memuji-muji ketampanan Azka, Tiara malah tertarik dengan sebuah kalung yang Azka kenakan. Sayangnya, ia tak bisa melihat bentuk liontin kalung itu karena sepertinya Azka menaruhnya ke dalam seragam agar tidak terlihat. Tiara tak ambil pusing. Ia pun menyandarkan kepalanya ke atas meja dan mulai memejamkan matanya perlahan.
"Baiklah Azka, silahkan duduk di sebelah sana. Baik anak-anak, semoga kalian bisa akrab dengan Azka. Bapak permisi dulu. Selamat belajar..." kata Pak Deni sambil berlalu pergi
"Baik! Mari kita lanjutkan pelajaran," kata Pak Rama sambil menulis pada papan tulis.
Azka berjalan menuju tempat duduknya. Ia tersenyum pada siswa yang akan menjadi teman sebangkunya itu.
"Hai!" sapa Azka ramah.
"Hai! Namaku Rehan. Aku ketua kelas disini."
"Ohh begitu... Salam kenal ya, Rehan."
"Azka!" Sebuah suara di sebelahnya membuat Azka menoleh. "Hati-hati ya duduk sama Rehan. Dia anaknya suka absurd. Hahaha."
"Ah, benarkah? Hahaha..." Azka melihat name tag yang di pakai oleh siswi itu. Inka Lavena namanya. "Inka ya?"
"Eh? Iya, namaku Inka. Sampai lupa memperkenalkan diri, nih. Oh iya, ini di sebelahku namanya Tiara. Tapi dia lagi badmood jadi perkenalannya nanti saja ya."
"Tidak apa. Semoga kita bisa berteman baik ya."
.
Siang ini, murid-murid kelas 11 MIPA 3 kembali diuji kesabarannya melalui guru Ekonomi mereka, Bu Rada. Bagaimana tidak? Bu Rada baru saja memberi tugas membuat presentasi per 2 orang dengan materi yang berbeda ditambah mereka harus membuat komik untuk memperjelas materinya. Padahal sebentar lagi pulang, tetapi mereka malah mendapat tugas seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG MANIS
Short StoryAda satu bayi laki-laki dan satu bayi perempuan yang sangat digemari oleh para ibu di komplek Safir. Kedua bayi itu tumbuh bersama walau berbeda keluarga. Walaupun mereka masih kecil, tetapi semua orang yang melihat pasti tahu betapa saling menyayan...