"Kamu akan menemukan keindahan Dan kesempurnaan dalam secangkir penikmat senja."
•••
"Cappuccino satu." Lirihku pada seorang waiters yang kebetulan Aku mengenalnya
"Ada lagi?" Tanyanya yang kubalas gelengan Dan berakhir dengan kekosongan netra yang kualihkan pandang
Sebut saja aku Al, Aldyansyah syaputra, laki laki dingin Dan keras kepala, seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan seni musik yang gila dengan skripsi dipenghujung musim, Dan tentunya dengan penampilan seperti gelandangan saat skripsi Ku ditolak sekali.
Cukup lama juga aku terdiam menunggu pesananku datang, dikedai kopi langgananku dari dulu, nuasanya benar benar membuat otakku yang macet menjadi encer kembali, hanya dengan menghirup aroma kopi yang menguar dan gemericik beradunya gelas dan sendok saat racikan bubuk kopi tertuang.
"Permisi, ini pesanan anda tuan." sayup kudengar seorang pelayan wanita yang membuatku tersadar dan kembali kedunia nyata
"Ah ya terima kasih." lirih Ku sesaat sebelum diri nya berlalu
'Sampai kapan Kau akan bersembunyi seperti itu?'
Pukkk!!!
"Broo...."
"Hm?"
"Weits produser musik ko tampang gelandangan." ujar Widi, sahabat Ku yang yah kemana mana dia tidak pernah absen bersama Ku
"Ck, kenapa kesini?"
"Ingin ngopi tak punya duit, punya temen ya manfaatin lah." cengirnya yang kini tengah memesan minuman pada pelayan yang berbeda dengan tadi
"Eh Al, tau enggak?"
"Enggak."
"Sisil ada di..." Ucapannya terpotong oleh pelayan yang mengantarkan minuman miliknya
"Iya tau."
"Hah?"
"Sisil, ada di sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Kopi
Non-Fiction"Pesanlah kopi terpahit dengan kenangan termanismu, genggam kesedihanmu sebagai duka paling bahagia. Percayalag bahwa kopi yang kamu pesan tidak akan sepahit rasa kehilangan." -unknown