Malaikatku

227 82 100
                                    

Namaku Putri Aulia. Orang biasa memanggilku Putri. Umurku 17 tahun. Aku anak pertama dari 4 bersaudara dan itu membuatku mengemban tanggung jawab yang cukup besar atas masa depan ketiga adikku, diantaranya Sekar yang berusia 15 tahun, serta si kembar Risky dan Riska yang saat ini berusia 7 tahun. Ayahku meninggal 8 tahun lalu dikarenakan terlalu sering merokok dan minum minuman keras. Dari sebab meninggalnya ayahku, sudah dapat ditebak bagaimana keseharian mendiang ayahku. Judi, merokok, mabuk-mabukkan sudah menjadi kebiasannya sehari-hari. Terpapar asap rokok? Sering sekali. Aku, ibuku, dan adik-adikku bahkan selalu dijadikan pelampiasan ayahku jika ia kalah judi. Saat dia mabuk pun, ringan sekali tangannya untuk memukuli, menendang, dan menjambak kami. Luka lebam selalu kami dapatkan setiap hari di sekujur tubuh kami. Jujur saja aku merasa sangat tenang dan damai atas kepergian ayahku.

Saat ini, aku menjalani hidupku dengan sederhana bersama ibu dan ketiga adikku. Kami tinggal di rumah sederhana yang kumuh dan berantakan. Hari demi hari ku lalui bersama mereka, keluarga yang masih aku punya. Hari hari ku lewati bersama ibu dan ketiga adikku. Walaupun hidup serba kekurangan dan keterbatasan, tapi selalu ku syukuri setiap saat ku bersama mereka.

Selalu ku tekadkan diriku untuk membuat ibu bangga padaku. Aku berjanji padanya, aku akan jadi anak yang berguna, aku akan bikin ibu bangga. Dan aku akan selalu menjadi kakak yang baik, yang bertanggungjawab atas adik-adikku. Aku akan membuat air mata kesedihan ibu berganti menjadi air mata kebahagiaan. Aku yakin aku akan bisa melakukannya asal ibu selalu ada di sampingku, menyemangatiku, dan medukungku.

Agustus 2018

Kriing kriing kriing

Jam 2 pagi. Seperti biasa aku dan ibuku bangun dan bergegas solat Tahajjud. Bangun di sepertiga malam mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta dan memohon supaya kami sekeluarga senantiasa diberikan kemudahan untuk melewati segala ujian yang ada.

Ting

Ku dengar suara notifikasi pesan dari telepon ibuku. Dan ternyata ada satu pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Segera kamu pulang ke rumah! Atau kamu akan tahu akibatnya!

“Putri! Mengapa kamu membuka telepon ibu seenaknya saja. Dimana sopan santun yang selalu ibu ajarkan padamu?” ibu langsung meraih teleponnya dariku dengan sergap.

“Mm-maafkan aku ibu.”

Aku bingung, mengapa ibu begitu marah saat aku membuka teleponnya? Aku merasa seperti ada yang disembunyikan ibu dari ku dan adik-adik. Dan sepertinya orang yang menngirim pesan ke ibu bukanlah sekedar orang salah kirim atau orang iseng. Siapa sebenarnya pengirim pesan itu?

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Beberapa langkah ku tinggalkan rumah untuk menuju sekolah, aku baru tersadar bahwa aku meninggalkan topi upacaraku pada tumpukan baju di rumah. Segera aku kembali selagi belum terlalu jauh dari rumah. Dari kejauhan, aku melihat ibu dengan 2 orang pria bertubuh kekar dan berpakaian formal mengenakan jaz serta berkacamata hitam. Tak lupa membawa mobil sedan berwarna hitam. Dilihat dari penampilannya, sepertinya mereka adalah dua orang bodyguard.  Tapi, siapa mereka? Apa yang mereka bicarakan dengan ibu? Batinku berkecamuk. Tunggu, kenapa mereka menuntun ibu masuk ke dalam mobil mereka? Kemana mereka akan membawa ibu pergi? Dan.. Mengapa tidak ada perlawanan sedikitpun dari ibu? Seolah ibu merasa pasrah dibawa keduanya.

"Tunggu! Ibu mau kemana? Siapa mereka bu?"

"Maafin ibu sayang. Tapi ibu harus pergi. Ibu yakin suatu saat nanti kamu akan mengerti."

"Ibu kenapa pergi? Ibu ingat kan, ibu pernah janji sama aku, ibu akan selalu ada di samping aku dan adik-adik, ibu akan selalu menjaga kami, ibu akan selalu bersama kami selamanya. Mana janji ibu? Kenapa ibu tega ninggalin kami? Kalau ibu kaya gini, apa bedanya ibu sama ayah?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MalaikatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang