Keempatbelas: Welcome to Vienna

19 0 0
                                    

Hampir 24 jam lebih Aira menghabiskan waktu penerbangan dari Jakarta menuju Vienna. Sehingga saat ia tiba di Vienna, ia merasa jetlag karena terlalu lama berada di udara.

Wajahnya pun berubah menjadi ceria, saat ia mendarat dengan aman dan nyaman di bandara Internasional Vienna, Austria. Ia pun tersenyum kepada seluruh crew penerbangan yang sudah membawanya ke Vienna, negara impiannya sejak kecil. Meski Aira baru meng-injakkan kaki pertama kali di Vienna, ia selalu tak sabar untuk mengeksplor beberapa wilayah di Austria dan menikmati pemandangan indahnya.

Ia melihat seorang nenek paruh baya yang kesulitan membawa koper. Karena ia sedikit lengang karena hanya membawa satu koper yang berisi pakaian serta perlengkapan sehari-harinya itu, ia pun menghampiri sang nenek dan menyapanya.

"Entschuldigung, kann ich dir helfen?" Tanya-nya dalam bahasa Jerman.

"Oh wer bist du bist du gerade hierher gekommen?" Jawab sang nenek kepada Aira.

"Ich kam gerade aus Indonesien. Entschuldigung, Sie belästigt zu haben, Oma." Jawabnya dengan senyuman. Rupanya, sang nenek jatuh hati dengan Aira. Karena kebaikan dan ketulusan hatinya yang sudah membantu-nya itu.

"Bist du ein schüler?" Tanya sang nenek pelan.

"Ja, ich bin Student. woher weißt du das?" Jawab Aira kebingungan.

"Der Pass, den Sie mit sich führen, unterscheidet sich vom Pass der Person, die hier im Urlaub ist." Aira yang mendengar jawaban sang nenek pun hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.

Seraya mereka berjalan menuju pintu keluar, sang nenek pun bertanya tentang Aira. "What's your name?"

"Oh. My name is Aira, my long name is Aira Prahasti." Jawabnya tersenyum.

"Who do you live with here?"

"I'm still looking for a house, whether it's a condo or a small apartment." Jawabnya pelan.

"I have a condo, it seems dirty because I haven't used it for a long time. You can stay there for a while, if you want."

"Ah seriously? Thankyou so much, Madam!"

"So, you can come with me now. It's my car, come with me. Come come."

Aira pun mengikuti sang nenek yang diketahui bernama Maria. Maria seorang warga negara Belanda, namun anak—anaknya tinggal di Vienna dan membeli dua kamar apartemen yang tidak jauh dari pusat kota. Maria sendiri juga baru datang dari Belanda dan berniat ingin mengunjungi sang anak.

*

Beberapa hari sebelum keberangkatan

Arya sudah siap sebelum Wahid datang menjemputnya. Ia membantu Aira memberes-kan beberapa pakaian yang akan ia bawa ke Vienna.

"Ra, semuanya sudah siap, kan?" Tanya Arya dari dalam kamarnya.

"Iya sudah siap semuanya mas. Nanti masih ada yang kurang aku mau ke supermarket sebentar." Teriaknya dari arah dapur.

Pagi itu kondisi rumah sangat sibuk. Aira membantu menyiapkan sarapan untuk bersama, sementara Arta juga ikut membantu menyiapkan beberapa perlengkapan yang akan dibawa Aira. Beberapa koper sudah tertara rapi di dekat kursi sofa ruang keluarga agar Aira tidak keberatan menbawa turun koper—koper itu.

Bel rumah berbunyi, seseorang yang ditunggu Arya pun sudah datang. Aira segera bergegas membukakan pintu untuk Wahid agar ia dapat masuk ke dalam rumah.

Wahid sudah siap berdiri di depan pintu rumah Arya. Ia berharap jika Aira yang akan membukakan pintunya. Jantungnya pun berdegup kencang, menandakan bahwa ia memang benar jatuh hati kepada Aira. Tak lama, Aira pun membuka pintunya pelan dan melihat wajah Wahid yang sedikit memerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Goodbye for NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang