Matahari sedang berada pada puncak mahlihainya, memancarkan sengat panas menunjukan kegagahannya memanaskan bumi. Merangkul awan ceria dengan lengan panasnya untuk turut memperindah langit bumi.
11.23. hanya helaan nafas sabar yang keluar dari alat pernafasan Rifaya. Hampir satu jam gadis itu menunggu jemputan abangnya, Raffa dari halte depan SMA nya.
Tin..tin... Sebuah Lamborghini putih menepi. Rifaya tau siapa pemilik mobil itu.Rifaya memutar bola matanya malas. Kaca depan Lamborghini itu mulai diturunkan dan mulai menampakkan wajah seseorang dari balik kaca. Genta. Laki laki pantang menyerah yang sudah mencoba merebut hati Rifaya sejak duduk di bangku SMP.
Genta menurunkan kaca mata hitam yang sedari tadi bertengger di wajahnya. "Ikut gue yuk" seraya menarik turunkan alisnya. Menjijikan. Untung tampan.
Jangankan menjawab, Rifaya lebih memilih memutar badan dan berlari kecil kembali masuk ke gerbang utama sekolah. memaparkan suasana sekolah yang sudah cukup sepi karena sekolah sudah berakhir sekitar 1 jam yang lalu karena guru guru ada rapat. Rifaya tau Genta tak mungkin mengikutinya masuk karena ini bukan sekolahnya.
Seretan langkah malas menyibak lapangan bola menuju kelas Rifaya.
"Ngapain coba gue malah balik ke kelas, ah upil badak emang Genta tuh" Rifaya menghentikan langkahnya.
Menimang nimang apakah ia harus melanjutkan langkahnya kembali kekelas yang mungkin akan bertemu mahluk halus tengah berpesta karena sudah tidak ada manusia disana, atau kembali ke halte bertemu dengan ekor kuda yang menyebalkan itu.5 menit berlalu
"oh my God pinter banget gue mikir ginian ampek 5 menit"Akhirnya Rifaya memilih menyeret langkahnya menuju lapangan basket yang biasanya masih ramai anak anak. Jadi Rifaya pikir disana tempat yang tepat untuk mencari keramaian . Ekskul basket diadakan 7 kali seminggu. Ya intinya tiap hari ada aja jam buat latian. Ya karena basket adalah keunggulan SMA Garuda. Dan kepsek super killer tidak mungkin membiarkan sebuah kebanggaan Garuda menurun kualitasnya. Sadis memang jika harus latihan tiap hari. Seperti itulah pak Tomi sang kepsek killer SMA Garuda.
Perkiraan Rifaya meleset. Di lapangan basket pun sudah tidak ada satupun manusia tersisa.
Tunggu tunggu.
Ujung mata Rifaya menangkap penampakan manusia diujung lapangan basket di bawah ring. Masih dengan seragam tim basket Garuda. Semua orang tau siapa dia, radius 15 meter saja sudah bisa diperkirakan siapa dia. Raga. Sang bendahara tim basket Garuda yang bahkan mengalahkan ketampanan sang kapten. Banyak yang mengagumi nya memang tapi tak ada yang berani meliriknya terang terangan apalagi mendekatinya sedikitpun. Karena selain tampan Raga juga terkenal sholeh, alim, pintar, dan sangat berbakti kepada orang tuanya dan juga suka menabung. Kebanyakan wanita memilih mundur karena minder sebelum berperang.
Degup jantung Rifaya berpacu cepat. Saat raga menyadari tatapan rifaya. Raga menatap tajam Rifaya cukup lama1 detik
2 detik
3 detik
4 detikRaga bangkit melangkah santai menuju tempat Rifaya berdiri di sebrang lapangan. Rifaya sibuk menetralkan degup jantungnya. Kakinya lemas. Rasanya ia ingin berlari kencang menjauh tapi seperti ada permen karet raksasa menempel di sepatunya yang merekatkan sepatunya dengan tanah.
"oh God janjangan dia berfikiran kalo gue penguntit"
Rifaya menutup wajahnya dengan telapak tangannya saat raga sudah sangat dekat. Dan...Raga melewati Rifaya begitu saja tanpa melirik sedikitpun. Setelah Rifaya rasa raga sudah melewatinya Rifaya berani membuka telapak tangannya dan bernafas lega. Ia pikir raga akan melempar bola oranye ditangannya ke wajah Rifaya karena berani meliriknya. Nyatanya Raga tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Rifaya
KAMU SEDANG MEMBACA
different dreams
Teen FictionCarissa Ree Fayazidna Anderson Gadis cantik yang akrab dipaksa Rifaya. Gadis dengan sejuta mimpi. Yang sekarang mimpinya sudah hilang ditelan kejadian dalam waktu semalam. Mencoba mengenal raga lebih dekat mungkin pernyataan gila yang sudah Rifaya...