Nom-Nom

94 60 43
                                    

Hai, namaku Nora Maudi. Orang-orang biasa memanggilku Nom-Nom. Aku anak tunggal, tidak mempunyai kakak atau adik. Lebih sedihnya lagi sejak kecil aku sudah ditinggal oleh kedua orang tuaku, sampai-sampai teman-temanku dulu mengira orang tuaku sudah tidak ada. Nenekku pernah berkata mereka sedang sibuk mencari pekerjaan, hanya itu yang ku tahu selebihnya tidak.

Untungnya, ada nenekku yang selalu menemani dan menjagaku. Walaupun sudah berumur 60, nenek tetap rajin mengurusi perkarangan bunga dibelakang rumah. Nenek juga mempunyai toko bunga sendiri. Meskipun kebutuhan nenek dan aku sangat amat cukup karena tiap bulan dikirimi uang oleh orang tuaku. Tetapi nenek tetap ingin mengurusi perkarangan dan toko bunganya karena itu warisan dari ibunya.

Sekarang umurku sudah beranjak 17 tahun, dan aku bersekolah di SMA Pelita Harapan yang sangat terkenal di kota Bandung.

"Heh nom ngapain sih dari tadi ngelamun aja", teriakFany sambil memukul pundakku.

Ya, dia adalah temanku, Fany Eldara. Kami baru berteman saat sma ini, kita dekat karena mempunyai hobi yang sama yaitu bermain basket. Fany sangat terkenal di sekolah mungkin karena dia ketua basket di eskulnya dan juga cantik. Tetapi sifatnya yang sangat jutek dan galak sangat ditakuti oleh cowo-cowo yang ingin mendekatinya. Fany juga sudah mempunyai pacar, namanya Bagas. Bagas juga dekat denganku mungkin karena aku teman dekatnya Fany.

"Gapapa kok, dari mana aja fan? tumben baru keliatan." ujarku

"Biasa abis dari kelas Bagas, minta dibantuin kerjain tugasnya." dumel Fany

"Ahhaha masih aja si Bagas, aku ke kelas ya Fan udah mau bel." ucapku sambil bergegas meninggalkan Fany.

"Sip nanti pulang sekolah basket dulu kan Nom!" teriak Fany

Aku hanya mengacungkan jempol.

Saat pulang sekolah, aku langsung pergi ke lapangan basket belakang sekolah. Disana sudah ada Fany dan Bagas. Dan lebih tepatnya lagi ada Vino yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Vino Adrian, iya cowo yang sok ganteng itu, cukup terkenal, jago basket dan banyak yang mengidolakannya, termasuk aku. Tetapi aku tidak seperti anak cewe lainnya yang mengidolakan Vino karena ketampanannya, aku hanya mengidolakan cara dia bermain basket, cukup itu.

"Eh nora sini lu main basket tanding ama gue!" teriak Bagas ditengah lapangan sambil melambaikan tangan ke arahku   

"Bawel lu Bas." sahutku

Memang hanya Bagas yang masih memanggilku Nora.

Di Minggu pagi yang cerah, setelah membersihkan kamarku, seperti biasa aku pergi ke belakang rumah untuk membantu nenek menyirami kebunnya karena hari minggu adalah jadwalku membantu nenek mengurusi perkarangan bunganya.

Di pagi itu aku banyak bercerita tentang sekolah dan teman-teman kepada nenek. Tetapi tak seperti biasanya, nenek hanya diam dan tidak banyak berbicara. Aku berfikir mungkin nenek sedang fokus menghitung bunga yang akan dijual, jadi tidak bisa di ajak bicara.

"Uhuk uhuk!!" Seketika aku mendengar nenek terbatuk-batuk

"Nek! Nenek kenapa?" tanyaku sambil memegang pundak nenek

"Gapapa kok Nom nenek cuma pusing." jawab nenek sambil memegang kepalanya.

Aku melihat muka nenek yang sangat pucat. Lalu aku langsung bergegas mengantarkan nenek masuk ke dalam rumah. Nenek memang sudah sering sakit-sakitan sejak aku smp. Seharusnya, nenek sudah tidak boleh mengurusi perkarangan bunganya karena itu membuat nenek lelah dan jatuh sakit. Tetapi, dia tetap memaksakannya.

Hari itu aku mengantarkan nenek ke rumah sakit. Ya seperti biasa dokter mengatakan nenek butuh istirahat yang banyak dan harus mengurangi melakukan kegiatannya. Aku sudah berkali-kali membujuk nenek untuk menghentikan usahanya itu, justru aku pernah berpikir untuk menyarankan nenek untuk menjual tanah perkarangan bunga di belakang rumah. Nenek pasti akan marah jika aku mengatakannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nom-NomWhere stories live. Discover now