01

1 5 10
                                    

"Kau yakin akan melakukan penelitian di sana? Bukankah itu adalah tempat terpencil ?" Aryo sedang bertanya pada pemuda yang sedang berkemas di depannya .
"Ku dengar di sana belum ada listriknya . Apa kau benar-benar yakin ? Kau akan tinggal 3 bulan di sana. Ingat 3 bulan!" Lanjutnya lagi . Pemuda di depannya hanya mendengarkan tanpa menoleh ataupun menjawab pertanyaan Aryo yang bertubi-tubi itu .

Karena merasa kesal akhirnya Aryo berdiri dan membalikkan tubuh temannya itu . Badan kekar dan atletis itu terbentuk sempurna. Wajah tampan dengan alis serta bulu mata yang tebal . Tatapan matanya yang tajam bagaikan mata elang dengan mata berwarna hitam yang membuatnya tampak lebih tampan lagi . Potongan rambut yang pas dengan wajahnya membuat para wanita akan selalu berbaris untuk mendapatkan hatinya .

"Mau di jelasin berapa kali? Gue tetap mau meneliti di sana saja. Lagian apa salahnya sih tidak memakai listrik? Cuma 3 bulan doang kok" Azhar menepis tangan di pundaknya lalu melanjutkan kegiatannya.

''Jangan bilang ini ada sangkut pautnya sama Rosa" dan kata-kata itu mampu menghentikan aktifitas Azhar. Mendengar nama Rosa keluar dari mulut Aryo membuat Azhar seakan teringat kembali kenangan indah mereka. Rosa adalah kekasih Azhar. Mereka saling jatuh cinta dan akan segera menikah. Sayangnya seminggu sebelum resepsi Rosa meninggal dunia. Azhar sangat terpukul dengan kepergian Rosa . Sudah 3 tahun sejak kepergian Rosa,tidak seorangpun mampu menggantikan posisi Rosa di hati Azhar. banyak yang telah berusaha tapi tetap saja tidak bisa menggantikan Rosa. seakan tidak cukup dengan kepergian Rosa . Tuhan kembali merenggut orang-orang terkasih Azhar. Kedua orang tuanya seminggu lalu meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan dan bertepatan dengan itu Azhar juga mengetahui sisi terburuk sahabatnya Aryo yang ternyata telah menyuruh orang untuk membunuhnya karena bos mereka akan memberikan jabatan yang selama ini di incar-incar Aryo . Sungguh sangat menyakitkan mengetahui sahabat kita sendirilah yang ingin membunuh kita.

''Tidak. Gue hanya mau ke sana . Mungkin akan menetap selamanya di sana" Azhar dapat membaca kegirangan Aryo tanpa meliriknya. Dasar munafik .

Azhar selesai mengemasi barang-barangnya . "Sudah dulu yah. Gue bakal telat kalau ngobrol melulu sama lo". "Jaga diri lo zar". Azhar menepuk pundak sahabatnya dan meninggalkan Aryo seorang diri dengan rasa lega di hati Aryo karena satu-satunya saingannya telah pergi .

Azhar menaiki sebuah bus dan meninggalkan kota yang penuh dengan kenangan-kenangan indah dan kelamnya. Dia bertekad tidak akan kembali lagi. Dia akan memulai hidup sebagai seorang petani di sana . Mungkin tidak ada listrik di sana. Tapi dia akan lebih damai di sana. Mungkin saja dialah yang akan membawa listrik ke sana . Fikiran Azhar terus berlanjut hingga kantuk melandanya dan menjemputnya bersama mimpi.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Come to the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang