Kabar Terakhir

60 4 6
                                    

Aku sudah tenang, tapi dia tidak. Aku tidak punya penyesalan apapun, tapi miliknya sebanyak bintang. Hidupku penuh tawa, tapi dia penuh tangis. Kadang aku tak mengerti. Mengapa manusia sangat rumit. Aku menjalani hidupku dengan baik, karena itu tuhan menempatkanku di tempat yang lebih baik. Tapi mengapa dengan hal sejelas itu, aku masih bisa merasakan penyesalannya dari sini. Hatinya yang telah hancur, harapannya yang telah kabur. Aku memohon pada tuhan untuk diizinkan mengunjunginya walau dia tidak bisa melihatku. Aku ingin memberitahunya. Semua baik baik saja, kecuali kau. Aku baik baik saja, aku kini bisa berjalan bahkan bisa melayang. Kini rambutku panjang sepinggang, bahkan kini aku bisa merubah gaya rambutku kapan saja. Tawa ku kini tak lagi kupaksakan, bukan untuk menutupi rasa sakit tapi karena aku benar benar bahagia. Semuanya baik baik saja, kecuali kau.

Aku berjalan atau lebih tepatnya melayang menuju rumah. Tidak ada yang berubah sejak 3 bulan aku pergi. Ayunan milik Pak Ruben masih berdiri disana walau sudah berkarat. Dulu aku ingin sekali menaikinya tapi selalu tidak boleh. Bila kuingat ingat banyak sekali hal yang dilarang kulakukan sejak dulu. Aku tau itu demi kebaikanku tapi betapa sederhananya kebahagiaan kadang membuatku tertegun. Seekor kucing menggeram padaku. Ternyata dia bisa melihatku. Aku hendak meraihnya tapi tentu saja tanganku hanya melewatinya. Aku tersenyum dan berjalan terus. Aku bersenandung. Menyanyikan lagu yang kami berdua sukai. Dulu pada sore hari dia selalu menyempatkan untuk menjengukku. Aku masih ingat senyum tipis miliknya yang menyiratkan kekhawatiran. Hidupnya tidak pernah tenang, tapi semangatnya tak pernah padam. Tinggal beberapa blok lagi aku tiba. Sebuah suara memanggilku. Seorang anak laki laki berumur 8 tahun mendatangiku. Dia berkata

"Kakak cantik"

"Benarkah? Terimakasih" jawabku sambil tersenyum

"Mau es krim?" tangannya menyodorokan es krim padaku

"Makanlah"

"Kupikir kakak lapar, muka kakak pucat, sedikit menyeramkan tapi masih cantik"

Aku tertawa dalam hati. Aku hendak menjawab tapi seseorang segera memeluk anak itu dan berkata.

"Ayo pergi"

"Tapi ma, kakak yang disana sepertinya sakit"

"Tidak ada siapa siapa, ayo pergi, papa sudah menunggu"

Anak itu melambaikan tangan, aku tersenyum. Terkadang anak kecil juga bisa melihatku. Mengajakku bicara. Menawarkanku sesuatu. Dan tersenyum padaku. Anak itu bilang aku cantik. Seperti yang selalu dia bilang, dia tdak berbohong.

Aku terus berjalan. Kehadiranku yang tak disadari orang lain membuatku sedih. Aku melihat gerombolan anak SMA lengkap dengan seragamnya. Aku selalu ingin mengenakan seragam SMA. Katanya masa masa SMA adalah masa yang tidak akan terlupakan. Mereka tertawa dan tersenyum. Aku jadi ingat tentang dia. Dia tidak pernah menginjak bangku SMA walau sudah lulus SMP. Dia bekerja. Pekerjaan apa saja. Demi aku. Aku pernah berkata padanya untuk berhenti bekerja, sekolah saja. Tapi dia tidak mnggubris perkataanku, aku tau dia ingin sekolah, tapi dia hanya memendam saja.

Aku sampai didepan rumah bernomor 53/B. Rumput liar memenuhi halaman rumah yang tak terawat. Seperti ditinggalkan. Bekas selang untuk menyiram tanaman juga berantakan. Rumah berwarna putih yang dulu terlihat bersih kini terlihat kotor dan kusam. Aku berjalan masuk. Rumahnya terkunci, tapi toh aku tidak perlu kunci.

Aku terkejut. Aku tidak yakin ini rumahnya, aku tidak yakin ini rumahku. Ruang tamu yang seperti kapal pecah. Sofa yang terbalik, lampu yang redup, album foto yang tercecer. Aku ingin menangis, tapi kutahan. Aku mencari dia. Tiba tiba aku teringat sesuatu. Dia pernah berkata tentang tempat paling nyaman dirumah ini adalah kamar ibu. Aku segera menuju kesana, tiba tiba tubuhku berkedip, waktu yang diberikan hampir habis. Aku memohon, tolong tunggu sebentar, aku belum bertemu dia, aku belum mengucapkan terimakasih padanya, dia yang selalu ada untukku. Hingga akhir, yang kulakukam hanyalah menyakitiya, aku ingin memberinya kabar, untuk terakhir kali aku ingan berterimakasih dan meminta maaf.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

1001 Cerita DarikuWhere stories live. Discover now