Hari ini aku anindya Cika putri tiba di Bandara seorang diri menunggu jemputan yang dibilang mom adalah ayahku...
Yaa aku hanya hidup berdua dengan mom di Bali . Tanpa sosok seorang ayah aku menjadi orang yang suka marah dan pendendam.
Mom pergi ke Jerman untuk pengobatan kanker otak stadium 2 dimana bisa dibilang mungkin masih bisa untuk di atasi.
Ok kembali ketempat dimana aku sudah berdiri lebih dari 3 jam . Yaa sedikit lama hingga akhirnya aku memutuskan untuk memanggil taksi , bermodal hanya alamat yang diberi mom aku pun akhirnya sampai di alamat itu.ini mungkin tidak bisa dikatakan rumah karna ini lebih mewah dan besar.lalu terpikir olehku bagaimana mom mencari pekerjaan dan bagaimana dulu ketika aku dan mom tinggal dirumah Susun tepi kota,namun dia ,dia hidup bersama anak istrinya dengan lengkap dan sempurna . Betapa mirisnya hidupku dan mom
Tak mau lama lama aku pun memencet bel yang ada di luar gerbang itu lalu tak lama kemudian datanglah satpam.
"Selamat siang .Ada yang bisa saya bantu nona ? " Tanya satpam itu dengan ramah .
"Siang pak ,saya keaini mau bertemu dengan bapak Sanjaya . bapaknya ada tidak ?"
Tanyaku dengan tidak kalah ramahnya
"Maaf nona apa anda sudah memiliki janji sebelumnya? "
"Hmm begini pak . Saya datang dari Bali kesini disuruh ibu saya. Saya tidak tau seperti apa bapak Sanjaya jadi boleh tidak saya minta tolong kepada bapak untuk memberitau kepada bapak Sanjaya bahwa saya Anindya cika putri ada didepan rumahnya. Saya mohon yaa pak"
"Baik tunggu sebentar yaa non saya kasih tau dulu "
Nggak berapa lama satpam tadi pun datang lalu membawaku masuk ke dalam Mension itu , hal pertama yang aku pikirkan ketika masuk ke sana adalah betapa mewahnya dia hidup ,dan betapa susahnya mom menghidupiku.
Tak lama kemudian ada lelaki paruh baya keluar dari lift yang ada disana tidak sendiri melainkan bersama satu orang wanita dan satu orang gadis dewasa.
"Hai anak ku .lama kita tidak berjumpa sayang dan ayah sangat merindukan dirimu, kau tau aku sangat bersyukur kau ingin tinggal bersama mu "
Aku hanya diam dalam otakku aku berfikir bahwa dia adalah ayahku.
