"Kalau kau berhasil memacari dan mengajaknya tidur dalam batas waktu seminggu pacaran, aku akan memberikanmu mobil sport miliyaran itu padamu."
"Deal!"
.
Mingyu berjalan dengan santainya menuju ruang klub vokal. Banyak pasang mata yang menatap kagum bahkan memuja ke arahnya. Tak wanita maupun pria, semua sama.
Memasuki ruang yang dituju, semua suara terhenti ketika mendapati sosok yang disegani itu berdiri di bibir pintu. Senyum tipisnya terukir, sebelah alis Mingyu terangkat "Kenapa berhenti? Apa aku begitu mengganggu?"
Semua anggota klub vokal itu menggeleng ragu.
"Tenang saja, aku hanya ingin memastikan pujaan hatiku baik-baik saja." Matanya tertuju pada seseorang di pojok ruangan sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. Ucapannya tadi membuat banyak orang yang mendengar menjadi heboh.
Jelas saja, siapa lagi kali ini yang akan menjadi seorang Ratu di universitas? Tentu itu membuat sebuah topik hangat untuk diperbincangkan.
"Oh, astaga! Bagaimana jika itu aku? Bagaimana kalau Mingyu oppa menyukaiku?" salah satu mahasiswi disana bahkan terlalu berimajinasi tinggi.
"Tidak mungkin! Itu pasti aku! Mingyu oppa melihat ke arahku tadi!"
Oh, benar-benar memekakkan siapapun yang mendengar. Tak terkecuali Seokmin. Pemuda itu memilih untuk izin pergi dulu kepada Jihoon, beralasan kalau perutnya sedang dalam kondisi tak baik.
"Kau bisa menghubungiku kalau butuh sesuatu, Seok!"
Seokmin hanya mengangguk dan keluar ruangan dengan ranselnya. Langkahnya lebih memilih untuk menuju cafe kesukaannya.
Menikmati secangkir latte sambil duduk di meja dekat jendela mungkin adalah pilihan yang terbaik. Ditambah suasana cafe yang tak begitu ramai, pilihan tepat untuk menenangkan diri.
Earphone sudah bertengger manis di telinga. Alunan Fur Elise begitu menyenangkan menyapa pendengarannya. Matanya menatap kosong jalan di luar cafe. Jari lentiknya mengikuti nada yang didengarnya seolah meja di depannya adalah grand piano.
Colekan di bahunya membuatnya menatap pandang pada si pelaku. Kim Mingyu?
Dilepas sebelah earphonenya, "Boleh aku duduk di sini?" baru kali ini Seokmin bertatap langsung dengan seorang yang dipuja-puja bak seorang raja di tempatnya menuntut ilmu.
Rahang tegas, senyuman menenangkan, bahkan suara yang membuat Seokmin tak ingat pada suara lainnya. "Ya, silahkan..."
"Kau sendirian?" pertanyaan pertama yang Mingyu lontarkan. Seokmin masih sedikit canggung dengan suasana antara mereka berdua. "Y-ya... hanya ingin menenangkan pikiran."
"Tidakkah aku mengganggu? Aku minta maaf kalau itu terjadi, aku akan mencari meja lain."
"Tak masalah. Kau bisa duduk disini sesukamu, aku tak merasa keberatan." Seokmin tersenyum, seolah membenarkan semua ucapannya.
"Terima kasih. Aku hanya tak begitu suka duduk sendirian. Dan kulihat, hanya kau yang kemungkinan ku kenal."
Dia mengenalku?
Kerutan di dahi Seokmin membuat Mingyu seperti mengetahui apa yang ada di pikiran Seokmin. "Kau itu terkenal Seok. Kau banyak menjuarai kontes bernyanyi bahkan kau menjadi anggota paduan suara gereja yang kusuka. Dan kau juga menjadi duta anti bullying, itu keren sekali menurutku."
Lagi-lagi Seokmin tak habis pikir dengan ucapan Mingyu. Maksudnya, ia sendiri tak begitu peduli dengan apa yang pernah ia raih. Dan menjadi terkenal, ia pikir tidak. Memang dalam lingkungannya banyak yang mengenalnya, tapi ia rasa itu hanya karena memang ia suka menyapa dan mudah bergaul. Dan tentang paduan suara gereja...
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruhan?
FanfictionAwalnya memang sekedar pertaruhan, tapi nyatanya, aku benar-benar jatuh cinta. ⚠🔞