Seokmin diam duduk di balkon kamarnya. Memandang langit malam yang sepi. Hanya ada beberapa bintang yang mengerlip nakal.
Sudah dua hari sejak Mingyu yang menyatakan perasaan padanya. Belum ia balas, bertemu dengan Mingyu pun ia tak berani.
Rasanya ia masih takut untuk kembali menjalani sebuah hubungan, takut gagal seperti sebelumnya.
Gitarnya dipetik asal, mengalun tak jelas tapi enak didengar. Pikirannya kalut, apa yang harus ia lakukan ia tak tahu.
Haruskah ia terima Mingyu? Berusaha bangkit dari luka lama yang terasa tak pernah kering.
Atau tetap bertahan dalam diam, membiarkan pulih dan terus menutup hati?
Tapi sampai kapan?
Pintu kaca yang sebagai sekat balkon ke kamar tergeser. Wonwoo, kakaknya itu masuk tanpa permisi lalu duduk di sebelahnya. Lengannya mengangkat ponsel yang menunjukkan sebuah panggilan video.
Sooyoung. Kekasih kakaknya itu nampak bersembunyi di balik selimut sebelum menyapa Seokmin dengan riang khasnya.
Seokmin balas tersenyum menyapa.
"Eeiiy, lihat, apa adik kecilku ini sedang sedih?" Suara dari speaker ponsel menyapa.
Seokmin terkekeh kemudian menggeleng, "Nggak kok, kak."
"Aku tau kamu bohong, Seokmin," mata sipit yang seperti jarum jam menunjuk pukul 10.10 itu makin menyipit, "Nu, kamu ajak bicara dulu adik kecilku, dia kelihatan lagi sedih. Nanti ku telpon lagi ya, bye!"
Belum sempat Wonwoo memprotes, layar ponsel sudah kembali ke menu awal, panggilannya diputus sepihak oleh Soonyoung.
Menghela napas, "Jadi, adik kecilku ini kenapa?" Wonu bersandar pada punggung kursi sambil merangkul pemuda yang lebih muda empat tahun darinya.
"Berhenti memanggilku adik kecil, kak!" Seokmin memprotes, membuat Wonwoo terkekeh melihat bibir merah muda adiknya itu cemberut.
"Oke, kamu kenapa? Ada masalah?"
Seokmin menggeleng.
"Terus?"
"Ada yang menyatakan perasaannya padaku, kak," Seokmin menyandarkan kepalanya pada bahu Wonwoo yang terasa lebih berisi karena rajin olahraga.
"Kamu terima atau tolak?"
"Belum beri jawaban. Sudah dua hari."
Wonwoo memainkan helai rambut halus milik adiknya, ia tahu pasti bagaimana Seokmin tak ingin menjalin hubungan setelah kegagalannya dulu.
Moon Junhui. Pemuda yang dengan kurang ajarnya mempermainkan perasaan adik bungsunya. Sampai kapanpun Wonwoo tak akan pernah mau memaafkan pemuda itu.
"Apa dia baik?"
Seokmin mengangguk.
"Apa dia menyenangkan?"
Seokmin mengangguk.
"Apa dia perhatian padamu?"
Seokmin mengangguk.
"Apa dia tampan?"
Seokmin mengangguk.
"Apa kamu menyukai dia?"
Seokmin mengangguk.
Tunggu, "Ya! Jeon Wonwoo! Kamu memancingku?!"
Tawa Wonwoo meledak, menggoda adiknya itu menyenangkan, seperti sebuah adrenalin karena si bungsu pasti akan merajuk atau bahkan melaporkan kepada orang tua mereka.
"Kalau suka, ya terima. Kamu harus belajar membuka hati lagi."
Seokmin terdiam. Yang dikatakan kakaknya tak salah. Ia memang harus belajar, tapi ia masih takut.
"Seokmin?" Terdengar suara ayahnya dari pintu kamar. Baik Seokmin maupun Wonwoo menoleh, menatap ayah mereka seolah bertanya ada apa.
"Ada yang mencarimu di bawah."
"Siapa ayah?"
"Kalau tidak salah, namanya Mingyu."
🌻
Mingyu dan Seokmin sudah duduk di bangku yang ada di taman samping rumah. Hanya terpisah satu meja besi yang sudah ada segelas teh hangat dengan asap yang masih mengepul.
Tak ada yang buka suara hingga Mingyu berdeham pelan, membuat Seokmin yang melihat rumput di dekat kakinya terlonjak sedikit.
"A-aku belum menentukan jawabannya," cicit Seokmin makin pelan di ujung.
"Aku nggak minta kamu jawab sekarang, itu pilihan kamu. Cuma, aku minta tolong jangan menghindar," Mingyu tersenyum, "bukan masalah kalau kamu nanti nolak, tapi aku ingin kita tetap berteman."
Seokmin jadi bingung, lantas kenapa harus repot-repot datang ke rumahnya malam-malam begini? Bukannya besok juga bisa bertemu?
"Besok berangkat sama siapa?" Mingyu kembali bertanya.
"Sama kakak, seperti biasa."
"Pulangnya?"
"Sama kakak juga. Kenapa?"
"Nggak, cuma mau bilang, setiap saat kamu harus hati-hati, ya? Terlebih kalau kamu jauh dari keluarga dan orang-orang terdekatmu."
Ah, Seokmin makin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruhan?
FanfictionAwalnya memang sekedar pertaruhan, tapi nyatanya, aku benar-benar jatuh cinta. ⚠🔞