Part 1

22 4 0
                                    

'Jika bintang ibarat teman, matahari ibarat ayah, bulan ibarat ibu, dan senja ibarat pewarna hidupku. Tapi bukankah itu milik bumi. Apakah venus bisa menikmatinya?'

Venus menutup buku diarynya, dia menatapnya dengan nanar. Diary yang mulai lusuh kini menjadi tempatnya mencurahkan isi hatinya.

Disinilah Venus sekarang duduk dikursi panjang dibawah pohon rindang yang mulai tua. Keadaannya yang sepi, jauh dari keramaian, dan sejuk memberikan kesenangan tersendiri baginya. Disanalah dia  menenangkan dirinya, menanti senja yang sebentar lagi akan menemaninya.

Ia terus meratapi nasibnya. Ibunya yang selalu mendukungnya meninggal 2 tahun yang lalu, dan ayahnya harapan satu-satunya lebih memilih meninggalkannya, menikah dengan wanita lain. Ayahnya memang selalu mengirimi uang, memberikan fasilitas yang lebih, tapi itu tidak akan pernah cukup bagi Venus. Yang dia inginkan saat ini hanyalah kehadiran ayahnya.

'Andaikan ayah itu seperti matahari yang selalu ada, dan memberikan kehangatan setiap langkahku'

"Ibu... Aku rindu ibu" bibirnya bergumam pelan diiringi air matanya yang kini berjatuhan.

"Apakah ibu tau, aku seperti hidup sendiri di dunia ini.."

"Ibu... Aku berjanji suatu saat nanti jika ada orang yang mau menjadi temanku, aku akan mengajak ketempat favorit kita ini"

Perlahan diufuk barat mulai muncul semburat merah yang indah. Venus perlahan mulai senyum, hal yang dinantikan mulai datang. Ya dialah senja...

"Bukankah Venus itu tetap te walau tanpa bulan? Tapi dia masih membutuhkan matahari bukan. Ahh tidak jika Venus terlalu dekat dengan matahari seperti merkurius, dia akan kepanasan."

"Senja... Apakah kau tau aku sangat menyukaimu"

"Benarkan kau menyukaiku?" ujar seseorang sambil menepuk pundak Venus. Venus terperanjat kemudian menengok ke sumber suara tersebut.

Bukankah tempat ini hanya dia yang tau, mengapa laki-laki ini bisa sampai disini?

"Perkenalkan namaku Senja" ucap laki-laki yang kini duduk disamping Venus dambil mengulurkan tangannya.

Venus hanya menatapnya tidak berniat untuk membalas jabatannya, dia beralih menatap senja yang mulai menghilang. Merasa diabaikan laki-laki bernama Senja itu menurunkan uluran tangannya.

Venus berdiri berniat untuk pulang namun tangannya dicekal oleh Senja.

"Mau kemana?" tanya Senja yang masih menahan tangan Venus.

"Pulang" jawab Venus ketus sambil melepaskan tangannya yang dicekal Senja.

"Maukah kamu menemaniku jalan-jalan" ajak Senja memohon.

"Maaf aku sibuk" tolak Venus sambil beranjak meninggalkan Senja.

"Cewek kota mah podo cuek-cuek wonge" gumam Senja dengan logat Jawanya.

Senja memutuskan untuk pulang kerumah neneknya yang tak jauh dari sini. Dia harus segera istirahat mengingat besok hari pertama disekolah barunya.

Ketika Senja MenghilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang