Part 3

7 6 0
                                    

Bel istirahat berbunyi sejak 5 menit yang lalu, namun Venus enggan keluar dari kelasnya. Dia membuka kotak makannya. Roti bakar buatan Bi Inah kini sudah berpindah ke perutnya.

Di kantin sekolah

"Ehh lo cowok tengil yang sok sokan jadi pahlawan" ucap Diva sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Tapi sayangnya pahlawan kesiangan ha ha ha" ledek 3D bersamaan.

"Ehh denger ya gue bisa kapan aja buat lo keluar dari sekolah ini" bisik Diva didepan telinga Senja.

"Atas dasar apa?" tanya Senja sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Karena lo udah ngebantuin si kuman menjijikkan itu."

"Emang dia punya salah apa sama lo hah? Lo takut kalah cantik sama dia? Ya syukur deh emang kalo diliat lo itu cuma bikin enek."

"Apa kata lo, ehh asal lo tau ya gue itu cewek paling cantik disekolah ini, yakan gengs" ucap Diva sambil menoleh kedua temannya.

"Ehh enak aja cantikkan juga gue" jawab Dara.

"Tuhh kan temen lo aja nggak ngakuin lo cantik apalagi gue" ejek Senja sambil berlalu.

"Ishh lo tu ya" hardik Diva sambil menatap Dara tajam dan berlalu meninggalkan kedua temannya.

🙃🙃🙃

"Lo nggak jajan?" tanya Senja pada Venus.

"Enggak tadi udah bawa bekal."

Senja hanya ber oh ria kemudian duduk disamping Venus.

"Senja..." lirih Venus.

"Iya?"

"Makasih ya buat tadi?"

Senja hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Makasih udah belain aku." lanjut Venus sambil menunduk.

"Santai aja kalik, oh iya bukannya kamu cewek kemarin yang duduk dibawah pohon ya?" tanya Senja menelisik.

"Iya, kamu kok bisa tau tempat itu sih?" tanya Venus.

"Nenek aku yang ngasih tau kalo tempat itu katanya indah banget"

Venus hanya ber ohh ria.

"Kamu setiap sore kesitu ya?" tanya Senja.

"Iya"

"Gimana kalo nanti sore kita kesana"

Venus agak kaget tapi dia berusaha tenang kembali. Ya baru kali ini ada seorang cowok yang ngajak dia main.

"Kamu nggak mau ya kalo perginya sama aku?"

"Ehh bukan itu" Venus menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah kalo kamu pengen pergi sendiri gapapa kok"

"Iya, aku mau pergi sama kamu" ucap Venus yakin.

😎😎😎

Akhirnya bel pulang berbunyi, sungguh kebahagiaan yang haqiqi bagi seluruh siswa.

Mereka segera membereskan barang-barangnya. Setelah berdoa mereka segera berhambur. Venus berjalan pulang. Ya dia memilih berjalan daripada naik bus atau bawa mobil sendiri, makanya teman-temannya menyimpulkan dia anak orang miskin, padahal dia lebih dari cukup. Alasannya memilih jalan kaki karena dia mengulur waktu sampai dirumah. Karena dirumah tidak ada yang dipulanginya.

Dia berjalan menyusuri jalanan dengan wajah yang selalu tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya ikut merasakan kedamaian.

Sesampainya dirumah, seperti biasa tak ada sambutan dari siapapun selain Bi Inah.

"Non, cepet ganti baju terus cuci muka, tuh Bi Inah sudah masakin makanan kesukaan Non Venus"

"Iya Bi" ucap Venus sambil tersenyum kemudian menuju kekamarnya dilantai atas. Mengganti baju, cuci muka dan segera turun ke bawah.

"Bi Inah sudah makan?" tanyanya pada Bi Inah.

"Belum Non, Non duluan aja nanti Bibi makan di belakang"

"Enggak Bi Inah makan bareng Venus aja, masa Venus makan sendiri"

"Tapi Non"

"Nggak ada tapi-tapian, sini" ucap Venus sambi menarik tangan Bi Inah.

😎😎😎

Jam sudah menunjukkan pukul 16.45 Venus sudah bersiap dengan celana jeans dan kaos putih yang agak kebesaran, rambutnya ia ikat asal. Dia melangkahkan kaki menuju pohon tua tempatnya menanti senja.

😎😎😎

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Senja MenghilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang