REALiZE

1.3K 120 24
                                    

‘wushh '

Terdengar suara pesawat lepas landas bergemuruh, hilir mudik mengantarkan para penumpangnya menuju tujuan mereka masing - masing. Dan suara itulah yang mengiringi perjalanan Riku menuju kampus tempatnya menuntut ilmu dengan skateboard tersayangnya.

Remaja berambut merah itu hanya menatap datar jalanan didepannya. Tak berniat mengatakan sesuatu atau bersenandung dan semacamnya. Hanya diam seribu bahasa menikmati setiap centi jalan yang ia lewati. Hingga pada akhirnya ia  sampai ke tempat tujuannya. Ainana University, sebuah kampus yang menjadi tempatnya menuntut ilmu.

Riku segera memberhentikan laju skateboardnya tepat setelah ia sampai di kampusnya itu. Namun sebelum ia memasuki kampus, pandangannya teralihkan ke samping menatap enam orang pemuda yang duduk di tangga yang terlihat tengah menonton sesuatu dari aipad yang dipegang oleh orang yang duduk paling bawah dari tangga tersebut.

Riku terus menatap mereka dalam diam, hingga seorang pemuda berambut raven menoleh dan balas menatapnya diikuti yang lain. Seolah tertangkap basah, Riku segera mengalihkan pandangannya dan melangkah masuk ke dalam kampus. Meninggalkan tanya di benak keenam pemuda berbeda warna rambut tersebut.

_------_

" Dia Nanase Riku, kan? " tanya Mitsuki kepada kawan - kawannya.

" Sepertinya iya."

" Tapi kenapa dia menatap kita seperti itu?" Sougo pun membuka suaranya.

"Apa mungkin dia iri, karena dari tatapannya mengatakan begitu." ucap Yamato menimpali.

" Tapi kenapa dia harus iri?" tanya Tamaki heran.

"Mungkin karena keterasingan dan susahnya bersosialisasi dengan orang lain yang menghadangnya. Oh kasihannya dia." jawab Nagi dengan gaya sok dramatis.

" Sudah cukup, Nagi. Aku jijik mendengarnya." ucap Mitsuki seraya berpose seolah mual mendengar ucapan ngawur pemuda berambut pirang itu.

Saat semuanya mengeluarkan asumsi mereka, Iori hanya diam menanggapi semua ucapan dari teman- temannya. Pemuda itu terlihat seperti memikirkan sesuatu.

" Iori, kau kenapa? Daritadi kau diam saja." Tanya Mitsuki. Mendengar kalimat Mitsuki, semuanya sontak menoleh menatap Iori.

" Ah, tidak apa-apa.” ucap Iori. “Semuanya, sebentar lagi dosennya akan segera masuk untuk mengajar, sebaiknya kita segera masuk."

" Ah, iya."

Keenam pemuda itu pun bergegas memasuki gedung sebelum dosen mereka yang terkenal killer memberikan hukuman dengan senang hati karena keterlambatan mereka.

_-----_

Riku tengah menulis semua materi yang sedang diterangkan dosennya itu. Namun di tengah konsentrasinya, terdengar sayup-sayup suara dari arah bangku belakang.

' Sou-Chan, apa maksud dari materi itu? '

' Jangan tanya aku, Tamaki-kun.'

' Kau pasti lebih tau, Sou-Chan.'

' Yamato-san, tolong aku.'

' Sstt. Tama, jangan ganggu So’

Mendengar hal itu, Riku hanya menghela napas dan memfokuskan pandangannya pada dosen yang tengah menerangkan materi.

******

Sendiri, seperti biasa. Itulah yang Riku rasakan saat ini. Berjalan menyusuri jalanan aspal untuk pulang seorang diri. Ya, seorang diri. Dengan diam seribu kata. Tanpa ada orang yang menemani. Tanpa ada senda gurau yang mengiringi. Tanpa ada teman yang mendampingi.

REALiZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang