5. Where Are You?

37 6 76
                                    

Cahaya matahari menerobos celah menyilaukan mataku.

Kenapa hari ini matahari cerah sekali?

Mau tidak mau aku membuka mataku dengan berat.

Aku duduk sambil mengusap mataku, kemudian berjalan ke arah jendela.

Kubuka jendela membiarkan udara pagi hari menghembus kulitku. Sesekali aku mengangkat kedua tanganku dan menariknya ke belakang.

Kulihat jam dinding di atas ranjangku dengan mata sayup.

"Mampus kau", ucapku seraya mataku terbuka lebar.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengambil handuk dari lemari dan melesat ke kamar mandi.

Semua beres dalam 40 menit.

Aku menuruni tangga sambil memasang dasi dengan tergesa-gesa.

Dari ambang pintu, kudapati Ayah berada di taman sedang memegang selang air.

Aku mendekatinya. "Maaf Ayah, pagi ini aku tidak sempat menyiram taman."

Banyak rutinitasku yang terlewatkan pagi ini. Seperti minum teh di pagi hari, menyiram taman di pagi hari, mendengarkan musik di pagi hari, bersantai dan menghirup udara segar di pagi hari. Semua itu terlewatkan dengan siang.

Ayah berbalik dan berkata, "Sudahlah, tidak apa-apa. Cepat berangkat sekolah, nanti kau terlambat!"

"Baiklah", jawabku.

Aku mencium tangan Ayah dan berpamitan. Kemudian melangkahkan kaki meninggalkan rumah.

"Kubu!", panggil Ayah dengan nama julukan itu.

Aku berbalik. "Ya?"

"Kau tidak naik sepeda motor?", tanya Ayah.

"Tidak. Jam segini parkiran sekolah sangat ramai. Lebih baik berjalan kaki saja.", jawabku.

"Kau akan terlambat jika berjalan kaki. Ayo! Ayah antar.", lalu pergi menuju garasi seusai menyelesaikan kalimatnya.

Aku diam ditempat sambil memandangi Ayahku.

Aku sangat beruntung memiliki Ayah sepertinya. Ayah yang sabar, Ayah yang peduli padaku, Ayah yang perhatian padaku, dan Ayah yang selalu menyayangiku. Dia benar-benar Ayah yang luar biasa.

Ayah mengagetkanku dengan suara bel motornya. Ayah sudah berada di depanku. Aku tidak menyadarinya karena melamun.

Tanpa basa-basi lagi, aku segera naik, dan Ayah melaju dengan mulus.

Aku sampai tepat 5 menit sebelum bel masuk.

Aku berjalan masuk dengan gerombolan siswa lainnya. Namun, aku mencari celah agar menjauh dari mereka. Mereka berjalan sangat lambat, seakan waktunya begitu panjang.

Pintu kelas terbuka lebar, namun di depan kelas sangat sepi. Tidak biasanya ada kedamaian di pagi hari.

Aku berjalan menusuri koridor lalu masuk kelas begitu saja.

I Love Myself Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang