Menyakitkan

7 2 1
                                    

Perihal lara biar kita yg menentukan akan terjun semakin dlm atau berenang mencari sinar
.
.
.
.
.
.
SOL

Apa aku salah? Jika mengharapkan kebahagiaan seperti anak anak di luar sana?
Apa mungkin umur menjadi tolak ukur kebahagiaan ?
Sederhananya mungkinkah sulit aku merasakan ketenangan di rumah ku sendiri? Sedikit keharmonisan. mungkin?
Sekedar mengingatkan aku tidak sekuat yang mereka bayangkan, aku hanya berusaha untuk terlihat lebih kuat :).

11-8-2020
Wonosobo, Jawa Tengah
Kayesa asma fatina.

Malam ini, hujan mengguyur kota Wonosobo. Dengan di temani suara rinai, yesa menuangkan segala curahan hatinya. Perihal lara yang selama ini dia rasakan.

Prang. Prang. Plak
"kenapa kita tidak pisah saja mas???! Sudah cukup! Cukup ini yang terakhir!!! Belum puaskah selama ini kamu menyiksa kami? bukan kah kamu selalu menyiksanya? dan melampiaskan segala urusan mu padanya yang tidak tahu apa apa?! Bukankah kamu membenci kami juga? " dengan rasa sakit yang dirasakan ia berusaha untuk tidak meneteskan air mata nya.

"Bisakah kamu tutup mulut busuk mu itu!!! Tidakah ada kaca di rumah ini??? Kamu lupa siapa yang tidak pernah mengharapkan dia di lahirkan? Lupa kah kamu bahwa kamu menyesali semua ini?!!!".

Lagi lagi yesa mendengarkan semua pertengkaran mereka, dia sudah terlalu muak dengan semua ini. Dia benci dengan suasana dirumahnya sendiri. Bahkan kerasnya suara hujan tidak bisa menghalangi suara kedua orang tuanya. Dengan air mata yang terus mengalir ia mencoba mengunci pendengaranya, berharap ia tidak mendengar lagi apa yang kedua orang tuanya katakan.

Doubeakkkkk
"yesa bangun kamu!" tiba tiba ayahnya datang dan menarik dengan paksa pergelangan tangannya dan mendorongnya hingga jatuh di dapur.

"buatkan saya makan malam, menu biasa. Ingat saya nggak suka pake lama. Kamu dengar yes?!! ".

" I iy Iya yah" ketika yesa menjawab dan bangun dari duduknya dia hanya bisa melihat punggung ayahnya yang mulai menghilang di balik pintu.

Tangan kecilnya terus menari dengan peralatan dapur, kali ini dia tidak boleh membangkitkan emosi ayahnya lagi dan mendapat hukuman. Ketika menu sudah di hidangkan semua. yesa berfikir dimana ibu nya pergi setelah pertengkaran tadi,apa ibunya kabur? apakah ia baik baik saja, dan kemana perginya ayah, apa ayah sedang mencari ibu?. Lamunan yesa pun berhenti ketika ayahnya menggebrak meja ruang tamu. Yesa tau setelah ini dia pasti akan menjadi pelampiasan emosi ayahnya.

Dengan takut takut yesa pergi ke dapur dan mencuci semua peralatan yang dia gunakan tadi, dan
Prankkkkk
"yesa!!! Masakan apa ini? Masakpun kamu gak pecus!! Apa sih yang bisa kamu lakukan sebenarnya? Kamu hanya bisa nyusahin sajaa, di suruh urusan gampang pun kamu gak bisa. Nggak tau di untung Emang kamu ya!! Makan semua ini! Saya gak sudi makan masakan mu ini" yesa terus menunduk di depan ayahnya, dia tidak berani melihat muka ayahnya yang sangat emosi. Dengan sangat takut iya berusaha membela dirinya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shadows Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang