Hari ini adalah hari pertama Annasya Auriska menjadi seorang siswi Sekolah Menengah Atas. Anna memikirkan bagaimana kehidupan SMA-nya nanti. Mungkin akan seperti cerita-cerita novel yang sering dibacanya. Ah, ada satu hal yang membuat Anna senang, yaitu dia satu sekolah dengan sahabatnya dari kecil, Hafidz Azmi Al-Wafi. Sebenarnya mereka selalu satu sekolah, tetapi kali ini mereka mendapat kelas yang sama. Bahkan mereka duduk sebangku.
Karena ini hari pertama, Anna berpikir tidak akan ada pembelajaran. Palingan hanya perkenalan wali kelas, perkenalan lingkungan sekolah, dan juga demo ekstrakurikuler. Tentang ekstrakurikuler, ia akan memilih paduan suara. Suaranya cukup bagus dan tidak akan melukai telinga orang-orang yang mendengarnya. Annasya penasaran sahabatnya akan memilih ekstrakurikuler apa nanti.
Bel pun berbunyi. Benar dugaan Anna, hari ini hanya perkenalaan wali kelas. Setelah mendengarkan perkenalan wali kelasnya, Anna mengetahui gurunya adalah guru kesenian. Dan dari usia dan cara wali kelasnya berinteraksi tadi, menurut Anna wali kelasnya cukup baik dan bersahabat. Setelah menghabiskan waktu dua jam pelajaran, wali kelasnya mengakhiri kegiatannya. Ia menyuruh anak didiknya untuk beristirahat dan pergi ke lapangan indoor sekolah setelah istirahat nanti untuk menyaksikan demo ekstrakurikuler.
Setelah istirahat selesai, Anna mengajak Hafidz untuk pergi bersama ke lapangan indoor. Selama demo berlangsung, mereka sibuk mengomentari penampilan para kakak kelasnya. Lalu, tiba saatnya ekstrakurikuler basket tampil. Ekstrakurikuler itu berhasil membuat Hafidz tertarik.
“Aku mau mengambil ekstrakurikuler basket saja, Ann.”
“Sudah keduga, kamu memang tidak bisa jauh-jauh dari basket.” ujar Annasya sambil terkekeh.
Ya, Annasya tahu betul bahwa Hafidz sangat menyukai basket. Dari kecil sahabatnya itu sudah mempelajari basket. Anna tertawa saat mengingat alasan Hafidz mempelajari basket. Dia ingin lebih tinggi dari Anna. Ya, dulu Hafidz sangat pendek, lebih pendek dari Anna.
“Kamu sudah lebih tinggi dariku, Fidz. Keinginanmu sudah terkabul.” ledek Anna.
“Ah, kamu ini. Senang sekali meledekku.” sungut Hafidz.
Ia tahu, Anna pasti kembali megingat alasannya mempelajari basket dulu. Alasannya terdengar wajar memang, tetapi ada sebuah kisah dibalik keinginan sederhanya itu. Kisah yang membuat mereka menjadi sahabat.
Setelah demo ekstrakurikuler selesai, para siswa baru diminta untuk langsung mendaftar ke ekstrakurikuler yang mereka inginkan.
“Kamu memilih apa, Ann?”
“Paduan suara.”
“Ya, itu satu-satunya hal yang kamu bisa lakukan. Bernyanyi. Sisanya kamu sangat buruk!” ledek Hafidz sambil tertawa.
Mungkin ini pembalasan atas ledekan Anna tadi. Anna yang mendengar itu hanya cemberut, tidak dapat membalas. Karena apa yang dikatakan Hafidz memang benar.
“Ya sudah, kalau sudah selesai mendaftar nanti, tunggu di gerbang saja ya.” ucap Anna langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Hafidz.
Hafidz tahu sahabatnya merajuk padanya. Ia pun berinisiatif untuk membelikannya es krim sepulang sekolah nanti.
Anna sudah menunggu Hafidz di gerbang sekolah. Tetapi, sahabatnya itu belum menunjukkan batang hidungnya. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya Hafidz datang menghampirinya.
“Maaf, membuatmu menunggu. Tadi kami semua diminta untuk tes. Dan kamu tahu, Ann? Aku langsung dipilih sebagai tim inti!” jelas Hafidz dengan diakhiri keantusiasaan.
“Wah, kamu memang hebat! Aku ikut senang.”
“Sekali lagi, aku minta maaf membuatmu menunggu. Sebagai permintaan maafku, aku akan membelikan es krim kesukaanmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah
Short StoryKonon katanya, setiap manusia diciptakan berpasangan dan saling terhubung. Mereka dihubungkan oleh sebuah benang berwarna merah yang terikat pada jari kelingking mereka. Warna merah melambangkan cinta dan jari kelingking melambangkan janji. Benang t...