Terlahir dengan sebuah wajah yg menarik mungkin memang idaman semua orang, tapi kita tidak bisa merubah nasib.
Iya. Aku terlahir dengan wajah yang bisa dibilang buruk rupa. Hitam, pesek dan bermuka bulat serta bertubuh kecil. Aku lahir dengan kondisi seperti itu di dalam lingkup keluarga berwajah sempurna.
Beranjak remaja, wajahku ditumbuhi jerawat-jerawat yang entahlah. Aku kira ini sebuah kutukan. Aku terlihat seperti monster. Dengan jerawat aktif di hampir semua area di wajahku, bernanah, merah, dan menjijikan.
Bahkan aku sendiri tak kuat melihat wajahku sendiri dicermin, bekas-bekas jerawat dimana-mana, jerawat aktif dengan nanah yang tidak bersahabat, tidak pernah absen di wajahku.
Kadang aku berfikir, mengapa orang-orang disekitarku tidak ada yang memiliki kulit sepertiku? Apakah aku harus ditakdirkan seperti ini? Apakah aku bisa mengembalikan kulitku seperti saat aku kecil? Aku bahkan mati-matian melakukan berbagai perawatan wajah tapi mengapa tidak ada yang berubah?
Kenapa hanya aku? Bahkan hatiku sangat teriris ketika mengetahui fakta miris bahwa orang yang tidak pernah perawatan malah memiliki muka semulus pantat bayi. Kadang dunia memang selucu itu.
Kata mereka "ah ini cuma masa puber, nanti juga hilang sendiri" aku sudah kelas 3 SMA sekarang, dan jerawat-jerawat ini masih saja betah bertempat tinggal di wajahku.
Memiliki wajah dengan banyak jerawat sepertiku memang sangat membuat depresi, tidak berani bersosialisasi dengan orang-orang karna takut mereka mencomooh wajahku.
Aku sering mengalaminya.
"wajahmu kenapa?"
"coba ini deh.."
"udah kedokter ini belum?"
"kulit kamu kok kaya gtu, gapernah dirawat ya?"Atau bahkan pernyataan jujur yang menyakitkan dari seorang anak kecil "ih mukanya jelek banget"
Oh atau tatapan-tatapan yang menunjukkan kejijikan atau tatapan heran dan kasian dari setiap orang yang kutemui. Itu semua adalah makanan sehari-hariku.
Putus asa? Dia temanku. Dia selalu menghampiriku kapanpun dan dimanapun, aku bahkan sering kali berpikir untuk mengakhiri hidupku yang menyedihkan ini.
Disaat semua remaja bersenang-senang merasakan indahnya cinta monyet,aku berdiam diri disudut ruangan menatap mereka tertawa berbahagia. Tidak pernah sekalipun aku merasakan indahnya perasaan menggelitik itu.
Yang aku lakukan hanya berdiam diri berimajinasi membayangkan seorang laki-laki tampan mendatangiku dan mencintaiku apa adanya.
Menutup diri dari lingkungan sosial, dijuluki seorang ninja karna selalu menutup wajah dengan masker. Dipandang seperti kotoran ketika tidak memakai masker. Aku menjadi pendiam. Aku berdiam diri terus-terusan dikamarku.
Teman-temanku yang dulunya adalah teman bermainku saat kecil sekarang juga sudah seumuran denganku, dan mereka tiap sore duduk bersantai diteras rumah masing-masing.
Dan aku? Aku juga bersantai. Di dalam kamar tanpa jendela dengan lampu redup ditemani dengan laptop yang selalu berada disisiku.
Ketika keluarga-keluargaku berkunjung kerumah, aku lebih memilih mengunci diri dikamar dan berpura-pura tertidur ketika seseorang memasuki kamarku.
Sangat menyedihkan. Tapi itulah yang kujalani setiap hari.
Ini bukan cerita yang kamu harapkan, ini bukan sebuah cerita dimana seorang wanita buruk rupa yang akan mendapatkan seorang pangeran tampan yang akan mencintaiku apa adanya. Bukan itu yang terjadi. Ini tentang kenyataan yang terjadi, bukan cerita pengantar tidur.
Juga bukan sebuah cerita yang bercerita tentang seorang wanita buruk rupa yang membuat perubahan besar di dunia,atau menyelamatkan dunia dari ancaman globalisasi. Bukan, aku bahkan tidak tau mengapa aku menulis ini.
Tapi,
Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ugly duck
ChickLitYou feel sorry for your friends bcs they have to constantly lie to you and say "you're not ugly!"