Temporary Love Story

42 2 0
                                    

Terinspirasi dari lagu "exile" milik Taylor Swift.

***

MATA bulat itu menatap kosong pada layar ponselnya yang menampilkan sebuah pesan dari sang kekasih, ia bahkan melupakan keberadaan sahabatnya yang sejak 2 menit lalu memandanginya dengan tatapan jengah. Tak ingin berlama-lama tenggelam dalam lamunan, Alara cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke depan, menatap Karina dengan senyum tipis yang dipaksakan.

"Lagi?" Karina tersenyum remeh saat tak mendapatkan jawaban dari gadis berambut sebahu itu. "Ini udah kesekian kalinya Nathan batalin kencan kalian cuma buat nemenin sepupunya check up ke dokter. Emangnya nggak ada orang lain apa yang bisa diandalin selalin dia?"

Alara menutup matanya sejenak sembari memijat pelipisnya pelan. "Liana lagi sakit, Kar," balasnya mencoba menenangkan diri sendiri.

"Tapi ini udah nggak wajar, Ra. Nathan itu pacar lo, bahkan bentar lagi kalian bakal tunangan. Emangnya si Liana-Liana itu nggak punya kerabat lain apa selain Nathan?!" Karina berucap dengan wajah menahan emosi.

"Gue nggak tau. Nathan bilang si Liana cuma deketnya sama dia sejak kecil."

Karina berdecih sinis, cukup muak dengan pacar dari sahabat baiknya ini. "Cowok lo brengsek banget, Ra."

Alara tak membalas ataupun memprotes ucapan Karina, karena sejujurnya ia juga sudah lelah dengan hubungannya sendiri.

"Dari awal gue udah nggak yakin sama hubungan ini." Alara menatap Karina penuh arti.

"Dan kenapa lo terima dia dulu?" tanya Karina heran.

Alara menghembuskan napasnya perlahan. "Dia selalu datang setiap hari, Kar, lo bahkan tau gimana perjuangan dia dulu buat yakinin gue."

"Dan liat sekarang, Ra, dia juga yang nyakitin lo!" Karina menyela sinis.

Alara mengangguk pelan. "Iya, gue tau. Jadi seenggaknya gue udah bisa mastiin akhir hubungan gue sama dia gimana."

"Lo nggak sakit hati?"

Alara tersenyum tipis, namun matanya memancarkan kelelahan. "I'll take the risk."

Karina menyentuh tangan kanan Alara di atas meja, meremasnya pelan seolah memberi semangat. Ia tahu Alara adalah gadis yang kuat, Karina hanya perlu mendukung dan menemani gadis cantik ini di saat ia terpuruk.

"Sampai kapan pun, gue akan selalu dukung kepitusan lo, Ra, selama itu baik buat masa depan lo." Karina tersenyum hangat.

Alara balas tersenyum dan melanjutkan kegiatan makannya yang tertunda. Keduanya sama-sama diam menikmati pesanan yang beberapa menit lalu dibawakan oleh pelayan. Namun, bagaikan sebuah firasat, Alara secara tiba-tiba menoleh ke arah luar yang terlihat dari dinding kaca di sampingnya.

"Lo bener, Kar, Nathan emang brengsek," lirihnya menatap sendu pemandangan di luar restoran.

Karina mengikuti arah pandang sahabatnya yang tiba-tiba berubah menjadi sendu.

"Brengsek! Gue samperin tuh orang, anjing!" Baru saja hendak berdiri dari duduknya, Alara menahannya.

"Nggak perlu, Kar, malam ini gue pastiin semuanya berakhir," balas Alara penuh tekad. Ia meremas dada kirinya yang tiba-tiba saja berdenyut nyeri.

Story Behind It (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang