Letting Go - Lee Jihoon

106 12 4
                                    

Cast : Lee Jihoon (Woozi SVT)
Jane Hwang (OC)
Rate : 17+++
Warning!! Typo bertebaran mohon dimaklumi yaa

Jane Hwang

Lee Jihoon, pria terbaik yang pernah singgah dihidupku. Pria yang selalu mengulurkan tangannya untukku ketika aku terjatuh, yang selalu mendengarkan ceritaku tanpa sedikit pun mengeluh betapa menyebalkannya aku ketika bercerita panjang lebar, pria yang pertama kali mengusap air mataku ketika aku menangis, orang pertama yang memelukku ketika aku butuh kehangatan.

Namun semua berubah begitu saja layaknya debu yang diterpa angin dalam beberapa minggu. Entah apa salahku, dia tiba-tiba berubah menjadi sosok sedingin salju. Jihoon yang selalu meluangkan waktunya untukku, kini sibuk dengan kehidupannya diluar sana. Dia selalu meneleponku dalam keadaan mabuk, meracau tak jelas, melafalkan sumpah serapah yang tak pernah kudengar selama aku bersamanya 5tahun terakhir ini. Dan berakhir aku yang mengantarnya pulang dengan susah payah ditengah malam yang dingin.

Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi diantara hubungan kami. Yang aku tau, kami baik-baik saja sebelum dia diterima di perusahaan itu. Apa dia menemukan seseorang yang baru disana? Apa hatinya sudah terbagi dua sekarang?

Entah sudah berapa malam aku hanya menangisi hubungan kami yang tak kunjung menemukan titik terang ini.

Aku jadi tak berkonsentrasi ketika belajar untuk test masuk kerjaku.

Termasuk pagi ini, aku terbangun dengan mata sembab dan hidung memerah ketika sebuah panggilan masuk yang kutunggu-tunggu sejak berhari-hari yang lalu menyapa ponselku. Itu Jihoon.

"Halo, sayang.. kamu kemana saja? Aku mengkhawatirkanmu semalaman."

"Ayo kita bertemu."

"Bertemu? Sekarang juga?"

"Siang ini, jam 12siang. Di cafe biasa"

"Um.. baiklah. Tunggu aku ya. Ada yang ingin kubicarakan juga denganmu.

"Ya, baiklah."
Klik
Panggilan telfon di matikan sepihak olehnya. Tanpa menungguku berbicara.

Dia masih begitu, sedingin salju. Tapi aku senang karena akhirnya bisa bertemu setelah berhari-hari ia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku harus bicara dengannya, aku benar-benar tak ingin kehilangan Jihoon.

Karena sepeninggal nenekku, dia satu-satunya yang kumiliki. Dia satu-satunya yang kupunya.

....

Tepat jam 12 siang, aku melangkahkan kaki ini masuk ke cafe yang tampak lengang. Hanya beberapa remaja dan Jihoon yang duduk tenang di sudut favorit kami, di dekat kaca.

"Hai, sayang.. sudah lama menungguku?"

Aku memeluknya dari belakang, menyalurkan rasa rinduku selama aku masih bisa mengatakannya.

Jihoon hanya mengusap tanganku lembut kemudian mendaratkan kecupan hangat di sudut bibirku.

Entah bagaimana bisa, aku merasakan hawa berbeda dari sentuhannya kali ini. Dia tak seperti Jihoon yang kukenal. Tapi aku buru-buru menampiknya. Mungkin hanya firasatku saja.

"Aku juga baru sampai. Kau sudah pesan?"

Aku hanya mengangguk, lalu terdiam. Berusaha menghilangkan bayangan-bayangan aneh yang berpjtar di otakku.

"Kau memikirkan sesuatu?"

Aku hanya menggeleng lemah. Jihoon sepertinya sadar jika aku melamun. Tatapannya menelisik, seperti mencoba membaca pikiranku.

Dan kami sama-sama terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Seperti itu hingga 10 menit berlalu. Diantara kami berdua tidak ada yang buka suara.

Seventeen Alternative UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang