Sebuah bar di Baltimore, Selasa 18 September, pukul 21.55
Erika Brosnan duduk seorang diri di meja bar sembari mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, mengikuti irama musik keras yang di mainkan di atas panggung dengan beberapa penari telanjang yang melilitkan tubuhnya di sebuah tiang.
Erika merasa bosan dengan keadaan rumahnya, sehingga ia melarikan diri ke tempat ini untuk menenangkan pikirannya. Well, Erika bukan gadis lajang yang bebas pergi ke mana saja. Ia sudah menikah dua tahun yang lalu dengan seorang pengusaha berlian karena sebuah perjodohan.
David—suaminya—memang bisa memenuhi semua kebutuhannya, tapi pria itu tidak bisa memberikan seks yang ia inginkan. David terlalu cepat orgasme sehingga membuat Erika tidak pernah merasa puas dengan seks yang mereka lakukan.
Di mana pun ia berada, David tidak akan pernah peduli. Mereka tidak pernah berbicara, hanya ada erangan dan desahan dari David. Dua tahun menikah dengan David, sudah cukup membuatnya begitu tersiksa.
Erika memanggil bartender, untuk kembali mengisi gelasnya yang kosong. Ia menenguk minuman terkutuk itu hingga tandas dan beralih ke lantai dansa untuk menemukan siapa pun yang mau bersamanya.
Udara dingin di musim gugur, tidak membuat Erika mengenakan pakaian yang lebih hangat. Sebaliknya, ia mengenakan dress pendek di atas lutut berwarna merah dengan belahan rendah.
Erika berada di tengah lantai dansa. Menari dan menggerakkan tubuhnya ke mana pun. Seorang pria berjas rapi menghampirinya, berbisik untuk mengatakan betapa cantiknya Erika dengan gaunnya.
Erika tersenyum menggoda, ia mengalungkan tangannya di leher pria itu. Ia merapatkan tubuhnya kepada pria itu, menari dan memberikan sensasi memabukkan yang tidak akan pernah dilupakan oleh pria mana pun.
“Kita butuh kamar,” bisik pria itu.
“Tidak denganmu,” balas Erika dan berlalu pergi meninggalkan pria yang memasang wajah kesal terhadapnya.
Erika kembali duduk di bar, meminta segelas tequila sembari mengamati setiap pengunjung dan pria yang baru saja dibuatnya kesal. Bajingan. Pria itu sudah bersama gadis lain sekarang.
Sejak menikah dengan David, Erika merasa hidupnya kosong.. hampa.. dan tidak bersemangat. Erika benci mengatakannya, tapi David memang tidak pernah membuat hidupnya lebih baik. Pria itu selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja. Dan seks sesekali untuk membuatnya puas, sebelum kembali menyelesaikan pekerjaannya.
Membosankan, pikir Erika.
Erika mengambil sebatang rokok dari tasnya, mengapit di antara ke dua bibirnya sebelum membakarnya menggunakan pematik murahan yang ia temukan di tengah jalan. Erika menghisap rokoknya, dan menghembuskan ke udara yang dipenuhi dengan segala macam dosa manusia.
Sambil kembali menyesap minumannya, Erika menatap ke arah kursi di sebelahnya yang sudah terisi oleh seorang pria dengan setelah kasual. Pria itu hanya mengenakan kaos berwarna putih dan celana jins yang terlihat lusuh.
Erika kembali mengisap batang nikotin yang tersisa setengah. Pria di sampingnya cukup tampan hanya dengan setelah sederhana. Pria itu mengeluarkan batang rokok dari saku celananya. Dan terlihat sibuk mencari sesuatu di saku belakang celananya.
“Ini,” kata Erika sembari menyodorkan pematiknya.
Pria itu menatapnya sesaat sebelum mengambil pematik yang diberikan Erika dan menyalakan rokoknya dengan cepat. “Terima kasih,” pria itu mengembalikan pematik milik Erika.
“Kau sendirian?” tanya pria itu.
Erika mengangkat bahunya. “Seperti yang kau lihat.”
Pria itu mengangguk dan kembali mengisap rokoknya. “Apa masalahmu?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal
RomanceHidup Erika Brosnan, tidak sebahagia yang orang-orang pikirkan. Menikah karena perjanjian perjodohan, membuat kehidupan Erika tidak sebebas dulu. David, suaminya tidak memperlakukannya dengan baik. Terlebih lagi ia tidak pernah mendapatkan kepuasan...