Shira mengendarai mobil menuju rumahnya. Hari ini saat dikampus perasaannya campur aduk. Seseorang berusaha mengikuti, seseorang yang tidak dapat terlihat olehnya tapi sangat terasa nyata. Perlahan kepalanya sangat sakit seperti ada batu besar yang menghantam kepalanya dan itu membuatnya sangat ingin menangis. Tapi dia sama sekali tidak tahu kenapa ini terjadi padanya. Saat mata kuliah anatomi manusia selesai Shira berjalan menuju ke perpustakaan kampusnya, saat di koridor tubuhnya melemah dan badannya mendadak panas dingin. Karena kakinya tidak sanggup lagi berdiri seimbang Shira terduduk di salah satu kursi yang ada dan mulai mengatur nafas. Dia memejamkan matanya untuk menenangkan diri.
" pergi sekarang. Atau kau akan melihat lautan darah di rumahmu sendiri."
Shira terbelalak kaget, seseorang bicara terlalu kuat di telinganya. Tapi disini tidak ada siapapun. Lalu siapa pemiliki suara tersebut ? tidak-tidak ini hanya halusinasi karena kepalaku begitu sakit. Shira bangkit dengan pusing yang sudah menghilang, berjalan menuju perpustakaan.
" aku sudah memperingatkanmu. Tidakkah kau mendengarkanku ?"
Suara itu lagi, kali ini lebih keras. Ada nada marah dan keputusasaan dalam suaranya.
Akhirnya Shira sampai di rumahnya dengan perasaan yang tidak karuan. Badannya bergetar melihat rumahnya dipenuhi dengan polisi dan garis polisi membentang di sekelilingnya.
" Tuhan ada apa ini?" Shira berlari menerobos garis polisi masuk ke ruang utama rumahnya. Di depannya ada dua kantong mayat yang siap untuk di bawa, di lantai darah menghiasi rumahnya begitu banyak.
"Nona kami harap anda tenang. Kami yang akan menyelesaikan kasus ini."
"apa kau bilang? tenang ? apa kau sudah gila ? keluargaku dibunuh dan kau bicara agar aku tetap tenang. Bongkar kantong mayatnya. Aku ingin melihat apa yang terjadi."
Shira menarik tangan seorang forensic yang membawa kedua orang tuanya.
"maaf nona, ini tanggung jawab kami. Kami yang akan melakukan semua autopsy pada kedua orang tua anda."
Shira tidak peduli, dia terus menarik sampai akhirnya polisi menahannya agar tenang. Shira pasrah, dunianya seakan runtuh dan air mata mulai mengisi setiap isakan yang sedari tadi ditahannya. Sesuatu yang dia tidak percaya terjadi. Ruang utama rumahnya berubah menjadi lautan darah, di dasarnya ada pertanyaan dan juga kemarahan.
Hari-hari berlalu seperti biasanya untuk orang-orang diluar sana, tapi tidak bagi Shira. Tidak ada lagi kesedihan yang harus diungkapkan karena dunia sudah mengklaim dirinya bahwa dia bukan tempat yang indah. Shira tidak lagi meneteskan air mata. Luka yang besar dalam hatinya telah mengambil habis bening-bening air mata itu. Yang dilakukannya hanyalah melakukan rutinitas seperti biasa dan menjalani hidup layaknya orang biasa tanpa sedikitpun berpikir akan apa yang terjadi di hari selanjutnya.
"arghhhh aku harus pergi ke dokter saraf pagi ini." Shira bangun saat jam menunjukkan 4 pagi. Dia mandi dan setelah itu mulai memasak untuk dirinya sendiri. Tidak ada satupun pekerja rumah tangga dalam satu bulan ini. Shira memberikan mereka cuti karena kematian kedua orang tuanya membuat semua orang di dalam rumahnya ketakutan.
"Nona, maafkan saya. Saya tidak bisa lagi bekerja dirumah ini. Saya mengkhawatirkan keselamatan diri saya nona. Anak dan istri saya membutuhkan saya. Saya juga merasa sudah tidak berguna karena tidak mengamankan rumah nona dengan baik sampai hal ini bisa terjadi." Kata seorang lelaki bernama Gerry. Ia adalah satpam yang menjaga di gerbang utama rumah Shira.
"baiklah It's ok ger. Saya mengerti. Pulanglah ambil ini sebagai rasa terimakasih saya karena telah menjaga rumah ini selama 17 tahun belakangan ini." Shira membrikan amplop coklat berisi uang kepada Gerry. Ia tahu Gerry bukanlah orang yang mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Ia hanya mencintai keluarganya begitu besar.
"untuk yang masih ingin tetap disini saya ingin kalian berpikir lagi karena seperti Gerry kalian punya keluarga. Sesuatu yang terjadi pada kedua orang tua ku adalah bukti bahwa di dalam rumah ini sudah tidak aman. Kedua orang tuaku terbunuh disini. Aku harap kalian berpikir kembali untuk tetap bekerja disini. Dan jika ada yang ingin pergi temui saya. Dan untuk yang tetap tinggal kembalilah ke keluarga kalian dalam sebulan ini. Gaji sebulan akan tetap saya bayar."
"baik nona"
Semua orang tersenyum karena melihat nona kecil mereka menjadi gadis dewasa yang kuat. Darah dermawan dan bijaksana turun langsung dari kedua orang tuanya.
"awas tanganmu akan terluka." Shira memotong wortel menjadi bagian-bagian kecil. Mengingat tentang pekerja rumah hampir membuatnya tangannya teriris. Tapi siapa yang bicara barusan. Jika hantu bagaimana bisa, Shira bahkan tidak merasa merinding sedikitpun.
"baiklah setelah ke dokter aku akan ke psikiater."
Shira memutuskan melanjutkan masakannya. Ia memasak nasi goreng dengan wortel dan brokoli yang dipotong kecil-kecil lalu di kasih udang dan sosis dengan telur goreng setengah matang yang kuning telurnya mencair. Makanan kesukaannya.
YOU ARE READING
Kill Yourself and He will die
Mystery / ThrillerAda jiwa lain yang hidup dalam diri Shira. Seseorang yang penuh luka dan haus akan balas dendam. Seseorang yang akhirnya berhasil membuatnya jatuh hati. Seseorang yang tidak akan bisa dia miliki. Seseorang yang pada akhirnya menghancurkan hidupnya...