Chapter 1

8 3 0
                                    

"Kau harus cepat pergi dari sini! Tempatmu bukan disini. Pergilah ambil bagian dari takdirmu. Kami akan selalu menemanimu,"

"Hah...hah...hah..."

"A-apa yang-"Ucap seorang gadis saat dia terbangun dari tidurnya. Keringat dingin di kedua pelipisnya dan nafasnya yang tak beraturan terlihat jelas diwajahnya.

" Huh... Cuma mimpi" Gumamnya sembari mencoba duduk di tepi kasur.

Rambut coklat gelapnya terbasahi dengan keringat dingin hingga menjadi lepek, mata colat terangnya terlihat mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk melalui jendela kamar.

"Eria! Bangun nanti terlambat ke sekolah." Terdengar sebuah suara dari luar kamar yang sontak membuat kaget gadis yang dipanggil Eria tersebut.

"Iya iya aku siap-siap dulu" Jawabnya yang kemudian bergegas ke kamar mandi.

Eria POV

Kulihat ayah, ibu, dan adikku tengah duduk di sekitar meja makan hendak memulai sarapan bersama. Dengan cepat aku bergabung dan duduk di kursi dekat ibuku dan sarapan bersama.

Skip

"Ayah, ibu aku berangkat dulu," Kataku saat selesai sarapan dan hendak berangkat ke sekolah.

"Iya,hati-hati di jalan ya nak," Jawab ibuku sambil mencium keningku.

"Apa mau ayah antar ke halte bis sekalian ayah mengantar Layla?"
Tanya ayahku saat aku mencium punggung tangannya.

"Emm... tidak usah, aku mau jalan kaki saja biar sehat, hahaha," Jawabku sambil tertawa ringan, "Ayah antar Layla saja nanti dia terlambat," Lanjutku sambil mencoba meyakinkan ayah.

"Baiklah,hati-hati ya nak, lihat rambu kalau mau menyeberang" Ayahku mengingatkan.

"Iya,iya. Ya sudah aku pergi dulu ya!"
Ucapku sambil berusaha menghindar dari nasihat-nasihat panjang lainnya.

"Hati hati kak!" Teriak Kayla adikku saat aku keluar rumah.

~•°•o•°•~

"Hah... udara pagi sangat menyegarkan," gumamku sembari menghirup udara saat berjalan ke halte bis-untuk mengantarku ke sekolah agar lebih cepat- dengan tenang.

"Eria!" Teriak seorang gadis sebaya denganku, rambut pirang nya yang diurai terkibas udara saat berlari ke arahku. Mata hitamnya tertutup kaca mata persegi panjang di atas hidungnya.

"Oh... Caresa, ada apa? Kenapa kau tidak bersama Yovan?" Tanyaku bertubi-tubi saat dia berdiri dan mencoba mengatur nafasnya kembali normal di depanku.

"Eh, satu-satu dong," jawabnya sambil mengatur nafasnya. " Kalau kamu tanya kenapa aku kesini? Itu karena aku pengen berangkat bareng kamu. Terus kalau tanya aku kenapa aku gak bareng sama Yovan, itu karena dia berangkat sama papanya." Jawabnya sambil memperbaiki letak kaca matanya.

"Oh, ya sudah yuk! cepat, nanti kita ketinggalan bis lagi," Kataku sambil menarik tangannya ke arah halte.

~•°•o•°•~

Saat di sekolah...

"Hai Eria, hai Caresa!" Sapa seseorang saat kami turun dari bis-di depan gerbang sekolah yang bercatkan putih- dan berjalan masuk.
Sontak aku menoleh dan mendapati seorang lelaki yang tak asing lagi dengan tubuh jakung tinggi dan memiliki rambut yang disisir ke arah samping dan berwarna hitam sama dengan kedua iris matanya. Dibelakangnya terdapat seorang laki-laki yang terlihat sangat asing bagiku dengan rambut merah berantakan nya dan warna mata hijaunya terlihat sangat tajam melihatku dan Caresa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Magic of Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang