"Alkohol rendah, lu ga bakal mabuk"
"Gua takut"
"Lu cowo apa cewe, beginian aja takut"
"Lu cewe kok minumnya beginian"
"Lu minumnya sejak kapan?"
"Lu ga mabuk?"
"Enak ga? Bakal pait apa ga?"
"Balikin, lu cerewet"
Dengan cepat laki-laki itu membuka dan meneguk bir itu. "Kok pait?"
"Bacot lu"
"Makasih ya" katanya.
"Hm"
"Lu cewe, tapi kok minum beginian?"
"Jadi gua harus jadi cowo dulu baru bisa minum beginian?"
"Ya ga juga si, aneh aja gitu lu cewe tapi suka mabuk"
"Gua tau batasan, jadi jangan sembarang nyeplos"
"Ok maaf"
Keduanya diam beberapa menit, karena merasa tidak ada keperluan lagi Jania pun pergi dari taman tersebut dan meninggalkan laki-laki asing yang baru saja ia berikan minuman beralkohol rendah.
Alasan Jania memberikan bir itu karena laki-laki asing itu duduk dan melamun. Doakan saja laki-laki itu tidak mabuk, jika dia mabuk berarti daya tahan tubuhnya terhadap alkohol sangatlah rendah.
Takut laki-laki itu mabuk dan melakukan hal aneh, Jania mengurungkan niatnya untuk pergi dari taman itu. Dia duduk di mobil dan menghidupkan mobilnya.
Jania mengambil kabel usb dan menghidupkan lagu dengan volume yang cukup besar. AC nomor 3 dan berpindah ke tempat duduk sebelah kiri tempat duduk supir.
Jania mengambil persediaan birnya, Jania sengaja menyimpan bir-bir persediaannya di bawah dashboard agar mudah di gapai oleh tangannya.
Jania membuka bir tersebut dan bersandar di kursi mobil dengan kaki yang di angkat dan diletakkan di atas dashboard mobil. (Posisi pw bgt ya jan)
Jania mengamati laki-laki asing itu dari mobilnya, tetap sama seperti tadi. Laki-laki itu terus melamun dan sesekali meminum bir yang di berikan olehnya. Jania sengaja memberikannya bir dengan rasa lemon agar laki-laki itu tidak merasa kepahitan saat pertama kali meminumnya.
Tetapi laki-laki asing itu tetap merasa bir itu pahit, mungkin karena tidka terbiasa pikirnya.
Tanpa sadar Jania tertidur dan memasuki alam mimpinya.
—
Jania terbangun karena suara berisik yang beradal dari luar mobilnya, dan ternyata hujan lebat turun. Jania teringat dengan laki-laki asing yang ditemuinya tadi siang.
Jania mengarahkan pandangannya ke kursi yang diduduki oleh orang itu tadi, syukurlah orang itu sudah tidak ada lagi.
Jania dengan cepat berpindah tempat duduk lagi ke tempat yang seharusnya ia duduki,yaitu kursi supir.
Ini waktunya untuk pulang kerumah, jam menunjukkan pukul 05.43. Ah ya, Jania baru mengingatnya bahwa ia tidak memiliki rumah.
Belakangan ini Jania tinggal di apartment miliknya, dia menyewa apartment dengan uangnya sendiri. Tanpa campur tangan orang lain.
Menjadi seorang brandambassador dan menjadi model terkenal membuat Jania tidak perlu pusing akan makan apa besok dan darimana uang tersebut akan datang.
Selain menjadi brandambssador dan model, Jania memiliki bar yang cukup besar dan terkenal. Jadi bisa dibayangkan mengapa Jania bisa memiliki uang untuk membeli apartment sendiri dan mempunyai fasilitas yang mewah.
Tidak perlu waktu yang lama, Jania telah sampai di apartment nya dan memberikan kunci mobil kepada salah satu satpam agar mobilnya diparkirkan dengan rapi.
Jania mengambil langkah panjangnya agar bisa cepat sampai kekamar apartnya, Jania merasa lapar.
Jania mengambil kartu akses untuk membuka kamar apartnya, dan "click" kamarnya pun terbuka.
Mencium bau masakan membuat Jania panik, siapa yang tidak panik jika apartment mu tiba tiba ada bau masakan? Dan terlebih Jania hanya tinggal sendiri di apartment ini.
Jania mengambil tongkat baseball dan berjalan perlahan menuju dapur, dia melihat sosok laki-laki berbadan tinggi dengan rambut acak-acakan
"Wellcome home Jania, do you miss me honey?"
"Ah hell, what are you doing here jerk?"
"Slow down lil sis, ga kangen nih?" Katanya sambil merentangkan kedua tangannya.
"What are you doing here dude" kata Jania sambil memeluk erat laki-laki di depannya ini.
Perkenalan sebentar, James Christian Rihhon anak pertama dari Keluarga Rihhon dan Kakak kandung dari Jania Christie Rihhon.
"Lu apain pintu gua sampe bisa masuk?"
"I dont do anything, angka fav orang gila ini aja yang terlalu mudah di tebak"
Jania melepaskan pelukannya dan duduk di meja makan sambil menatap tidak yakin dengan masakan yang ada di depannya ini.
"Racun apa yang lu masukin di makanan ini? Layak dimakan apa ga?"
YO ITS MA FIRST STORIES:D
Can u give me vote? Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
JANIA ( HIATUS )
RandomShe is not a bad girl. Dia Jania, dia hidup dengan peraturannya sendiri. Jania tidak suka di kekang, apalagi diatur. Jania akan melakukan apa yang menurutnya benar dan akan marah jika ada seseorang yang menganggunya. Dia Jania, dia berbeda.