Ulasan ini untuk menganologikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang didalamnya ada yang namanya IMMawati, sebutan bagi kader perempuan yang telah di baiat dalam perkaderan IMM. Mereka menyandang gelar IMMawati karena telah melalui proses penempaan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sehingga kata IMM yang ditambah kata wati sebagai identitas perempuan.
IMMawati adalah nafas revolusi ,IMMawati atau disebut juga perempuan yang memiliki peran dalam terciptanya sosok manusia, karena didalam tubuh perempuan ada rahim yang tidak dimiliki oleh IMMawan (sebutan kader Laki-laki IMM). Namun sejauh ini terbangun paradigma yang sangat keliru yang dimana tugas seseorang perempuan hanya didapur, dikasur, disumur bahkan melahirkan dan mengurus dan merawat buah hatinya (anak-anaknya). Sejatinya jika kita melihat sejatinya peran IMMawati bisa memaksimalkan potensi dan perannya di ranah ikatan bahkan diranah publik tanpa harus dibatasi oleh persoalan.
Artinya Perjuangan Ikatan juga bergantung pada sosok IMMawati. Seperti yang diungkapkan yang sering di bicarakan di sosial media IMMawan untuk IMMawati. IMMawati merupakan tiangnya negara, didalam Ikatan menjadi basis pergerakan bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Oleh karena itu, ghirah perjuangan harus tertanam di dalam jiwa IMMawati untuk mencegah kemungkaran. Apalagi pengaruh zaman yang semakin modern, salah satunya adalah perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat parah pemuda atau generasi penerus Bangsa terlalu nyaman dalam zona nyamannya. Nalar sosial yang semakin hari semakin memudar, hingga lunturnya sikap kritis, pudar nya pergerakan dan sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. Ditambah semakin mudah terpengaruhnya hidup kebarat-baratan yang menodai akhlak pemuda penerus bangsa, termaksud kaum perempuan yang terlalu gampang dimakan zaman.
Namun berbicara tentang perubahan tidaklah gampang seperti membalikkan telapak tangan begitu saja. Pergerakan IMMawati saat ini masih belum cukup untuk mewujudkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang identitas IMMawati pada saat ini seiring perkembangan zaman yang begitu pesat, berupa budaya membaca, menulis dan berkarya sudah cukup jauh menghilang dari sosok IMMawati.
Seseorang IMMawati harus mampu menjawab tantangan zaman yang begitu kompleks dengan mengambil peran-peran strategis. IMMawati diharapkan keluar dari zona nyamannya, tidak hanya terhegemoni dengan kesibukan akademik tapi lebih kepada menjalankan fungsingnya sebagai agent of change dan sosial control di tengah-tengah masyarakat.
IMMawati tidak boleh stagnan dalam lingkaran kaumnya sendiri. IMMawati harus mampu berdiaspora dengan memperbanyak diskusi-diskusi dengan para tokoh wanita diluar lingkup IMM, terkait dengan persoalan-persoalan keagamaan sampai kebangsaan. Hasil diskusi tersebut kiranya mampu di implementasikan untuk kepentingan masyarakat.
Maka dalam hal ini setiap kader baik IMMawan atau IMMawati harus menanamkan spritualitas untuk cinta kemanusiaan maka IMMawati itu haruslah tangguh dalam menghadapi era millenial yang mana teknologi menjadi pusat dari peradaban kemajuan dalam hal itu sangat berkembang terutama pada negara-negara maju dan juga beberapa negara berkembang.
Selain itu juga kader dalam hal ini IMMawati haruslah amanah dalam mengemban tanggungjawab yang diberikan dalam ikatan, tidak berpikir dualisme dan memiliki loyalitas yang baik terhadap ikatan. Karena di masa depan ketika kita tidak lagi berada struktural kepemimpinan maka yang akan menggantikan adalah dinda-dinda kita, untuk itu kita harus meninggalkan generasi yang berkualitas dari segi religiusitasnya, intelektualitasnya dan humanitasnya.
Nasehat untuk IMMawati dari Ibunda IMMawati Elida Djasman “ Besar harapan Ibunda Elida Djasman terhadap IMMawati hari ini untuk terus menggerakan literasi, menjadikan buku sebagai sarapan kedua bagi cendikiawan berpribadi. IMMawati bisa menjadi aktor-aktor yang mengubah persepsi umum di masyarakat, bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Sehingga keduanya perlu untuk saling bersinergi dan bukan saling menghegemoni” ujar Ibunda IMMawati Elida Djasman yang saat ini berusia 79 tahun.
Dengan demikian, IMMawati harus menjadi pembaharuan dalam ikatan istilahnya agent of change dan sosial control, yang membawa pada pergerakan yang progresif atau kearah kemajuan dalam kebaikan melihat konsep gerakan dakwah K.H Ahmad Dahlan amar ma’ruf nahi munkar. Disinilah kader IMM terlebih IMMawati dalam melihat ajaran-ajaran tersebut yang merupakan doktrin perjuangan, perubahan, kemajuan dan ideologi yang menggerakan progresifitas kehidupan sehingga mampu mencerahkan, mensejaterahkan dan memajukan. Jadilah kader yang bermanfaat bagi sesama karena itulah sebaik-baiknya manusia sesuai disampaikan oleh Rasulullah SAW.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMawati dan Tantangan Peradaban
ActionPergerakan yang tambah lama tambah menurun