bagian 2

5 0 0
                                    

Ku tak tau pasti apa yamg terjadi. Saat itu aku hanya mengikuti kata hati, hingga terjadi nya tak saling sapa seperti hari ini..
Aku tak tau kapan ini berakhir. Jujur aku lelah..

Yaa benar, aku yang meminta ia menjauh, aku yang meminta tak ada lagi tegur sapa antara kami.
Kenapa ia tak peka?  Kenapa ia malah menyanggupi nya? 

Malam itu, awal dari semua nya.
Tiba-tiba ia menanyakan "kenapa kau menyayangiku? " aku tertegun. Ada apa?  Kenapa ia menanyakan kembali? 
Apa ia tak bisa melihat dari tingkahku? 
Lalu aku menjawab "pertanyaan yang sama untuk kesekian kali nya, haruskah ku jawab? "
Ia menjawab "ya, kau harus"
"Ku tak tau kenapa" "kau harus tau kenapa" balas nya. "Ku tak tau mendefenisikan, kenapa..
Ku hanya tau merasakan..  Udah itu aja,
Alasan kenapa aku sayang, tak akan mudah dirangkai hanya dengan kata" lalu ia menjawab "Apa yang kau lihat dariku?"
Aku heran, kenapa ia bisa berucap seperti itu?  Jujur, ketika aku memilih pasangan aku tak melihat apa-apa selain cinta, sayang dan ketulusan nya. Kenapa ia bisa berbicara seperti ini?  Ku tak tau pasti.
Dan aku menjawab " Hanya cinta dan sayang mu yg ku lihat, meski kadang kau tak pernah memperjelas nya..  Tapi ku tau, dan itu bahkan tulus.. Only you 😌" ku tak tau dari mana ku dapat kosa kata seperti itu. Ku hanya ingin mengutarakan apa yang kurasa.
Dan ia menjawab "Kau tau aku tak pernah peka? "
Aku semakin bingung. Ada apa?  Apa yang terjadi? 
Dan aku menjawab "Iya, ku tak pernah mempermaslahkan nya.. 
Cinta sepihak pin ku tak masalah..
Inti nya kau tau bagaimana aku, udah itu cukup..  😌" dan aku berfikir tak ada yang ku malu kan untuk mengutarakan rasa. Jika tak ingin memendam lebih lama..
Dan ku tak berharap lebih. Hanya ingin sesak didada lepas begitu saja.
Bukan ku lelah, tapi sesak itu harus hilang, meaki itu hanya cinta sepihak.
Dan ia membalas " Tidakkah sakit bagimu?"
Dan lagi-lagi aku di buat nya bingung. Apa ia tak tau apa yang kurasakan?  Apa ia tak melihat raut kecewa ku? 
"Sangat, tapi tanpa mu ku tak yakin aku bisa..
Lebih menyakitkan.. 
Harap ku tak bnyak, kalo kamu bukan untuk ku hapuskan rasa ku 😌"
Dan jujur, aku mengetik dengan di temani air mata. Ku tau ini berat, sangat berat untuk di ucapkan. Tapi aku harus. Biar semua nya jelas.
" Aku tak punya apa apa yang patut kamu banggakan"
"Aku bahkan tak pernah memandang apa yang kamu punya, dengan jadi diri mu sendiri aku udah bangga"
"Maaf aku tak mau peka, aku sadar dan aku rasakan, tapi ini bukan waktu kita. Tanpa statuspun kita tetap seperti biasa yang kita lewati bersama" yaa ia benar, dan aku pun tak ingin meminta status.
"Iya aku paham, Jika kamu tak mau melihat ku lebih terluka menjauhlah, setidak nya dengan cara itu kamu membantu ku melupakan rasa yg ada" "Jika kau hanya untuk mempertanyakan status akupun tak ingin bicara"
Aku membathin, terisak, aku tak tau aku harus apa. Dan ku hanya berfikir ini satu-satu nya jalan agar luka dan sakit ku tak mendalam.
Aku tak tau apa yang ia rasakan. Tapi rasaku teramat sakit.
Aku tak ingin ini terjadi. Tapi ini harus terjadi.
Setelah perdebatan itu, aku dan dia tak lagi bertegur sapa. Sesak?  Sangat.
Dan bahkan di sebuah acara, yang melibatkan aku dan dia.
Menatap nya aku tak berani, ku hanya berlalu begitu saja. Ku hanya tak ingin pertahanan ku runtuh hanya dengan tetesan air mata.
Itu yang aku tak mau.
Ketika ia menyapaku, ku hanya bisa senyum dan menunduk.
Termat perih bagi ku.
Dan setelah kejadian itu, aku tak tau ada angin apa, sungguh aku tak kuat mendengar nya seketika pertahanan ku runtuh.
Teman ku, yaa ia bahkan sahabat ku.
Aku lupa mengenalkan mereka. Hdm ia yang teramat ku sayangi. Ap teman bahkan sahabat bagiku.
Tiba-tiba ap bercerita kepada ku seolah-olah membawa kabar burung.
"Apa kau ingin mendengarkan cerita ku?  Ini perihal Hdm?"
Perasaan ku tiba-tiba menjadi aneh "cerita apa? "
"Tapi kau berjanji dulu, setelah aku bercerita kau harus baik-baik saja"
" ya, aku janji"
"Tadi Hdm bercerita dengan ku, ada banyak alasan kenapa ia tak mau mengikat mu. "
"Salah satu nya? "
"Ada dua wanita di hidup nya" dan blak air mata jatuh tanpa aba-aba
"Jangan menangis, ku tau ini sakit bagi mu. Jika tak ku ceritakan, aku takut kamu terluka lebih dalam"
Aku syok tentu saja.
"Lalu kenpa ia begitu meyakinkan ku? Kenapa ?" seakan-akan ku tak percaya.
Dan setelah itu, aku mantap dengan pendirian ku, ku tak mau saling tegur sapa. Ku tak ingin dia yang bersama nya juga terluka seperti ku. Cukup aku.

Ahh..  Sudah lah.
Aku terlalu banyak mengorbankan perasaan demi orang lain. Sering kali aku merasa nggaa enakan demi orang lain.. Yang bahkan ia pun tak pernah mersakan hal demikian.

Sejauh ini, aku hanya bisa membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu.

Diam, menjauh, tapi rasaku tetap rasamu.

Ini tak akan mudah bagiku, tapi tanang saja aku akan baik-baik saja.

...............................

Guys, gua coba nulis dari kisah pribadi. Jangan di judge yaa.. 
Nama nya juga belajar..  Happy readers..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang