Sepuluh

5K 349 25
                                    

Ranna berada di cafe yang sama dengan cafe saat Ia di tabrak dengan sengaja oleh Nathan. Dari info yang sudah Nathan dapatkan Ranna memang sering berada di sana hanya untuk sekedar mengecap beberapa shoot Espresso.

Nathan menyenggol tangan Ranna, hingga pulpen yang di pegang Ranna pun terjatuh.

"Sorry.." ucap Nathan dan mengambilnya bersamaan dengan Ranna.

Ranna memutar bola matanya merasa jengah, sebaliknya Nathan dengan senyum lebarnya menyapa Ranna.

"Tante? Ketemu lagi kita" ucap Nathan dan segera duduk di hadapan Ranna. Nathan melambaikan tangan mengambil pelayan lalu memesan segelas Ice Chococino. Nathan melipat tangannya di atas meja. Ranna masih terus menatap Nathan.

"Apa kabar tante?" Tanya Nathan.

"Buruk"

"Wah kenapa? Apa seseorang merusak hari tante?"

Ranna mengangguk.
"Bahkan orang itu tepat di hadapan ku sekarang" 

Nathan menoleh ke kanan kirinya dan pada akhirnya menunjuk dirinya.

"Saya? Kenapa? Apa karna penampilan berantakan ku? Ah.. ada yang mau aku klarifikasi tante. Aku harus terus begadang di IGD dan menginap di sana. Merapikan diri benar-benar sulit" ucap Nathan. Pesanan Nathan pun datang dengan senyum sangat manisnya Nathan mengucapkan terimakasih membuat si pelayan merona merah.

"Apa sih mau kamu sebenarnya?" Tanya Ranna. Nathan menyesap minumannya dan terlihat berfikir.

"Mau apa?"

"Kenapa terus menganggu ku?"

"Aku? Ah.. kebetulan saja kita selalu bertemu dalam keadaan yang tidak baik." Ucap Nathan.

Ranna hanya menggeleng kan kepalanya. Ia memperhatikan Nathan yang asik dengan minumannya.

"Tante sering ke sini?" Tanya Nathan.

"Apa aku sudah mengizinkan mu untuk duduk di situ?" Tanya Ranna sinis.

"Euhmm.. ku pikir minum kopi akan lebih enak bersama teman." Ucap Nathan

"Aku bukan teman mu!"

"Paling tidak kita kenal. Ah.. dengan wajah seperti ini sungguh sulit sekali mencari teman ngopi yang tidak terus terbawa perasaan"

"Terserah kau saja" ucap Ranna dan bangkit dari kursinya. Nathan menahan tangan Ranna.
"Maaf.. apa aku benar-benar mengganggu? Duduklah, aku yang akan pindah" ucap Nathan tulus. Ranna menatap Sam sesaat kemudian Ia kembali duduk. Nathan terlihat mencari tempat.

"Apa benar-benar tidak bisa aku duduk di sini? Sejujurnya aku sungguh merasa risih terus di tatap seperti itu oleh para pelayan"

Ranna menatap beberapa pasang mata wanita yang terus menatap ke arah Nathan. Hal itu sungguh mengigatkannya pada Sam dulu. Sam yang tak terlalu suka di tatap seperti itu.

"Habiskan minuman mu dengan cepat" ucap Ranna dingin.

"Terimakasih tante"

"Berhentilah memanggil ku seperti itu. Aku sungguh belum setua itu" ucap Ranna tak tahan.
Nathan mengulurkan tangannya.
"Nathan Lee" ucapnya. Ranna melempar pandangannya.

"Kalau gitu aku akan terus memanggil mu tante" ucap Nathan dan menarik tangannya.

"Ranna.. nama ku Ranna" ucap Ranna. Nathan mengangguk.

"Baiklah salam kenal Ranna."

Ranna tak menjawab lagi. Ia hanya menatap keluar jendela.

"Siapa dia?" Tanya Nathan. Ranna menoleh ke arah Nathan.
"Aku tidak mengerti maksud mu"
"Matamu terus menatap ke arah Wanita penjual buah itu dan anak yang di gendongnya. Kamu mengenalnya?"

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang