Hari ini aku pindah sekolah lagi. Untuk ketiga kalinya dalam satu semester, karena apa? Apalagi kalau bukan mengikuti tuntutan kerja ayahku. Sebenarnya bisa saja aku hanya tinggal bersama ibuku, lalu kami hanya akan bertemu ayah satu bulan sekali. Aku dan ibuku tidak ingin itu terjadi.
Kalau dipikir-pikir, rumah ini jauh lebih nyaman dari pada rumah yang kutinggali sebelum-sebelumnya. Walaupun rumah ini tak terlalu besar, tak terlalu megah, tapi entah kenapa aku merasa nyaman disini. Apa mungkin karena pada pagi hari ketika aku bangun aku bisa melihat sunrise? Mungkin itu.
Aku mengambil handuk dan melesat kekamar mandi, tentu saja untuk mandi. Selepas mandi dan ganti kostumku menjadi seragam putih abu-abu, aku pergi ke ruang makan untuk sarapan. Disana sudah ada ibu dan ayah.
"Assalamualaikum, ayah, ibu" ucapku dengan senyum yang manis.
"Waalaikum salam wr.wb." ucap ayah dan ibu bersamaan.
"Ecieee, jawab salam gitu aja samaan. Jangan-jangan ibu sama ayah jodoh" Ucapku melempar jokes pada ayah dan ibu.
"Emang jodoh kali Nad" ucap ayah disertai tatapan jail yang ditujukan pada ibu. Kalian pasti tak percaya, pipi ibu bersemu merah karena ayah. Ini sudah menjadi obrolan biasa dipagi hari.
"Sudah-sudah, mari sarapan. Nanti kalian telat" ucap ibu dengan senyum yang belum pudar dari wajahnya.
"Siap komandan" jawabku disertai ayah dengan sikap hormat layaknya PBB di sekolah.Setelah selesai makan aku berangkat sekolah bersama ayah, karena kebetulan ayah sedang tidak piket, jadi untuk menghemat uang jajan aku berangkat sama ayah. Diperjalanan sesekali ayah melemparkan candaan, tapi aku banyak menghabiskan waktu melihat kaca mobil. Karena tempat ini terbilang baru bagiku.
"Ayah nanti bisa jemput nggak?" Tanyaku
"Maaf sayang, ayah nanti pulang terlambat sepertinya" jawab ayah. Sebenarnya aku sedih tapi mau gimana lagi.
"Yasudah yah, nanti aku naik angkutan umum saja." Ucapku
"Maaf sayang" ayah merasa bersalah
"Tak apa ayah. Aku turun sekarang ya. Have a nice day ayah" ucapku dengan mencium tangan ayah tentunya.
"You too" timpal ayah.Aku memasuki sekolah yang akan mengisi hari-hariku, entah untuk berapa minggu aku tak tau. Aku sebenarnya mudah bergaul sih, cuma nanti aku ga rela buat say goodbye. 'Ah, tali sepatuku lepas' batinku, bersamaan dengan air genangan karena hujan mengenai rokku bagian belakang karena sepeda yang lewat didepanku. Jangan tanya lagi gimana suasana hatiku. Aku langsung melempar sepatuku yang baru aku benarkan talinya.
Pukk. Si Pemilik sepeda menoleh.
"Heh! Lo sengaja ya?"
"Lo juga sengaja kan?" Ucapku
"Nggak sengaja odet. Itu udah hal biasa sehabis hujan kali."
"Seenggaknya lo mint maaf kek, rok gue nggak cuma kotor, tapi basah. Dan pagi ini dingin banget. Tau nggak si lo ....." timpalku yang belum selesai kuucapkan tapi dipotong olehnya.
"Lo jadi cewek nggak cuma nyebelin tapi juga rempong ya. Nih, pake jaket gue buat nutupin tu rok lu, daleman lu keliatan." Ucapnya sambil melemparkan jaket kepadaku disertai smirk. Tentu aku maluuuu :".
"Mesum loooo." Di tak menoleh, hanya melambaikan tangan sambil memarkirkan sepedanya. Sempat kulihat nametagnya ANGGA MAHENDRA.Dan aku akan membalas perbuatanmu
Author pov
Seperti anak baru biasanya, Nada akan masuk ke ruang guru terlebih dahulu untuk mengisi beberapa formulir dan data diri. Ruang guru ini terlihat nyaman, matahari dapat masuk lewat ventilasi juga jendela, serta udara sejuk karena Nada saat ini berada di area yang termasuk pedesaan. Indah pertiwi, begitu yang tertulis pada nametag bu guru muda dengan muka ramah nan paras cantik.
"Nada, formulir dan data dirinya sudah selesai diisi?" Tanya Bu Indah.
"Sudah bu." Jawab Nada
"Baiklah, tunggu sebentar ya. Ibu akan mengambil buku juga peralatan mengajar. Ibu akan antarkan kau ke kelas." Ucap Bu indah dengan nada ramah.
"Baik bu." Ucap Nada sopanSetelah menunggu beberapa menit Bu Indah memberi isyarat pada Nada untuk mengikutinya hingga terpampang sebuah papan nama kecil di atas pintu "X Mipa 2". Bu Indah masuk terlebih dahulu, dan Nada lagi lagi membetulkan tali sepatunya didepan kelas. Dia tak menyadari bahwa Bu Indah telah memanggilnya beberapa kali. Bahkan ada seorang siswa yang berkata "Anak barunya kabur mungkin, Bu." Tak lama setelah itu Nada masuk dengan tampang biasa saja, seakan ia telah lama berada di kelas itu.
"Ini dia anak barunya." Ucap Bu Indah
"Hallo, Saya Nada. Sekian"
"Etdah, irit amat neng" ucap Bobi si pengrusuh kelas
"Serah gue lah." Ucap Nada sarkas
"Cukup cukup. Nada kamu duduk dibangku kosong itu."
"Saya duduk sendiri bu?" Tanya Nada
"Teman sebangkumu lagi ada urusan, tadi udah ijin sama ibu"Nada kemudian melangkah menuju dua bangku kosong paling belakang. Nada memilih bangku yang dekat dengan jendela, karena dari dulu dia suka duduk di dekat jendela. Tak lama setelah Nada duduk, muncul sosok pemuda yang terasa tak asing bagi Nada. 'Si Cowok resek?' Batin Nada dengan senyum menyeringai. Wajah pemuda itu semakin terlihat jelas karena ia berjalan kearah Nada.
"Minggir lo, ini bangku gue." Ucapnya tanpa ekspresi
"Mager. Lagian juga Bu Indah nyuruh gue duduk dimana yang gue suka." Ucap Mada sedikit bohong
"Dasar cewek nyebelin." Ucap pemuda ituSelama pelajaran Bu Indah, Nada dan pemuda yg disebelahnya tak terlibat perbincangan. Sampai Pak Guru Fisika killer masuk tanpa membawa apa-apa ditangannya kecuali spidol. Guru Fisika itu seperti sudah hafal semuanya diluar otak.
"Gue gak bawa buku pr gue. Mati dah gue." Ucap pemuda itu. Yang lumayan keras, dan tentunya didengar oleh Nada, senyum licik tercetak pada wajah manisnya.
'Waktu pembalasan tiba' batin Nada.
"Pak, Angga nggak bawa buku pr pak." Adu Nada pada Pak Toni. Tentu Nada dapat pelototan mata dari Angga, dan itu membuat Nada senang karena behasil membalas dendam. Kemudian Pak Toni berjalan kearah Angga juga Nada.
"Mana buku pr kamu?" Tanya Pak Toni
"Tadi udah dimasukin tapi kok ngga ada ya pak?" Tanya Angga balik.
"Kamu tanya saya? Mana saya tahu, kan itu buku punya kamu. Keluar sekarang." Ucap pak Toni tegas. Lalu Angga berjalan keluar kelas sambil merutuk dalam hati 'awas lu cewe mercon'.Setelah Angga keluar kelas Pak Toni kembali kedepan kelas kemudian bertanya lagi.
"Siapa yang tidak bawa buku lagi?" Tanyanya sarkas. Nada merasa dia tidak membawa buku tentunya karena ia murid baru, maka Nada memutuskan maju kedepan dan bilang pada Pak Toni bahwa ia murid baru.
"Pak, saya..." Ucapan Nada dipoting oleh Pak Toni.
"Kamu juga tidak bawa buku pr? Keluar. Ga ada tapi tapian." Ucap Pak Toni tegas. Semua anak di kelas saja tak berani membantah. Apalah daya Nada seorang, ia lebih memilih keluar daripada tambah dimarahi.Angga pov
'Tuh cewek nyebelin banget sihh. Tinggal diem aja kek, malah nyari gara-gara. Dasar mulut mercon'. Batinku sambil mencak-mencak.Tak lama setelah aku marah-marah tak jelas, dia keluar dari kelas entah untuk apa tujuannya, mungkin untuk mengejekku.
"Ngapain lo? Belum puas balas dendamnya? Masih mau ngejek gue?" Ucapku sarkas.
"Kuker aja gue keluar cuma mau gituan. Gue dihukum. Tu guru horor banget ye" Ucap Nada (gue liat nametag)
"Lo dihukum juga? Ahahahahahahahaha. Karma lu. Karma." Ucap gue puas.
"Angggaaaaaaaaaaaaaaaa. Dasar luuuu." Ucap Nada keras banget kek toa dideketin mix sumpah.
"Pelan aja bisa kali gue ngga budeg. Nanti Pak Toni marah lagi." Timpal ku.
Baru aja aku diem eh tiba-tiba dari dalem ruangan suara Pak Toni terdengar lagi, kali ini lebih serem dan keras "KALIAN BERDUA DI LUAR BISA TENANG GA."Sial.
Maafkan bila ada salah, karena itu sifat manusiaaa heheee.
"Karena kamu nggak tau rencana-Nya, jangan nyalahin Dia. Dia tau yang terbaik buat kamu" buat yang abis terima rapot yeee
Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISCORD
Teen FictionAku menyesal membiarkanmu pergi.... Let's read and enjoy my story... Thank's