Arah, cahaya yang menuntun kaki untuk melangkah. Melangkah dan memulai berjalan, hingga akhirnya bisa berlari menuju arah yang ada. Namun apakah arah yang kita dapat adalah jalan satu-satunya dan yang terbaik yang kita miliki?
Arah, adalah mata jalan dalam memulai hal baru. Mengingatkan kita bahwa kita memiliki tujuan, tujuan untuk menyelesaikan hingga akhir atau tujuan untuk sampai di titik akhir.
Arah kadang jelas dan terkadang kabur, dan saat seperti itu apakah yang akan menuntun? Arah jelas sangat susah menemukan akhir, namun arah yang kabur akan sangat susah memulainya. Arah jelas kadang memiliki belokan dan tundukan yang begitu beragam hingga kita lupa akhirnya sudah kita lihat. Namun ditengah jalan menuju tujuan dan menemukan segudang dan setumpuk hambatan membuat kita berulang kali memutar kembali ingatan akan arah tersebut. Keraguan, ketidakpercayaan dan bahkan keinginan untuk berhenti kerap terjadi dipertengahan dan hampir menuju akhir. Namun, siapakah yang akan sadar kalau kita sudah hampir tiba? Disaat yang kita dapatkan adalah ketidakjelasan dan kekaburan perjalanan yang kita lintasi. Memilih untuk berhenti dan memutar arah, apakah untuk kembali mengulang atau memilih arah yang lain akan sangat banyak menemukannya. Tidak heran, saat pertama mendengar arah, jiwa bergejolak dan tertantang untuk segera menyelesaikannya. Namun, saat dipertengahan menemukan hambatan membuat kita ingin berhenti dan memulai yang baru, hingga tujuan awal menjadi tidak tercapai bahkan tak terlihat. Namun ada juga yang tetap berusaha dan tak mau berhenti walau hambatan itu sudah memenuhi tubuh dan jiwa. Gejolak yang tak terelakkan menjadi penyemangat untuk segera menyelesaikannya. Namun, adakah yang demikian? Ya, ada dan pasti ada. Namun mereka lah yang sampai saat ini telah berhasil, berani melihat dunia, dan berani menunjukkan diri. Namun bagi mereka yang ingin berhenti ditengah menjadi penikmat dan penonton. Menjadi pengisi hari-hari mereka yang sampai ke tujuan, menjadi penilai, menjadi oengamat dan menjadi bayang-bayang. Apakah itu adalah akhir? Aku rasa tidak, namun hanya lah awal. Awal bergerak dari bayangan menyakitkan, pedih dan bahkan ingin mengulang kembali. Mengulang hingga akhirnya menjadi nyata. Bahwa tujuan bisa dicapai dan hasil bisa dinikmati.
Bagaimana dengan Arah yang kabur? Memulai dari awal sangat besar hambatannya. Bagaikan mata yang bisa melihat namun dikegelapan. Kabur, dan tak berujung. Memulai bahkan menjadi suatu masalah besar, memulai dari nol apalagi. Apakah ada yang sekuat ini? Hey, coba perhatikan mereka, mereka juga memulai dari awal. Namun perlu ingat memulai dan salah bukan lah menjadi akhir dari perjalanan. Namun menjadi pemudah mencapai tujuan. Bagaimana denga "Mulai aja dulu", ya ini adalah motivasi terbaik yang perlu ditanamkan. Karna apabila tidak dimulai bagaimana bisa mengetahui rasanya. Kadang rasa takut untuk memulai adalah perasaan pertama yang menghalangi untuk memulai. Namun bagaimana dengan cara mengatasinya? Self Confidence adalah satu-satunya jawabanmu.
Mulailah percaya dengan diri sendiri dan percaya bahwa kita special untuk bisa menaklukan arah yang diberikan buat kita. Cobalah merefleksikan diri sebagai pemenang dari perjalanan mencapai tujuan tersebut, dan cobalah membayangkan kegagalan yang mungkin akan dirasakan, dan cobalah memulai dengan hati yang kuat, niscahya akhir akan dapat dan ditemukan.
Bimbinglah dirimu untuk melangkah maju, bukan mundur, dan yakinkanlah hati mu untuk melangkah maju dan bukan berhenti. Semua akan indah pada waktunya yah.
YOU ARE READING
Indah pada Waktunya
RandomHanya kita yang bisa mengukur kesuksesan diri kita. Bisa melangkah dan atau ingin berhenti adalah kita yang menentukan. Mau atau tidak, ikut atau turun itu adalah kita yang memilihnya.