17. Kunjungan Kedua

3.9K 709 63
                                    

Jam menunjukan pukul 4 sore ketika aku kembali melangkahkan kaki menelusuri lorong-lorong panjang Servence Hospital

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukan pukul 4 sore ketika aku kembali melangkahkan kaki menelusuri lorong-lorong panjang Servence Hospital. Aku dan Renjun berjalan bersebelahan, tapi kami tidak bisa saling bicara. Tentu saja, akan jadi masalah kalau aku bicara dengannya di tempat umum. Orang-orang akan berpikir kalau aku datang ke tempat yang salah, karena seharusnya tempatku adalah rumah sakit jiwa.

Aku memasuki ruang rawat Jeno dengan menenteng satu boks panjang berisi banana milk. Keadaan ruang rawat Jeno sekarang sangat berbeda dengan tadi pagi saat aku datang. Ruangan yang awalnya bersih, rapi, dan kental dengan bau obat-obatan itu seketika menjelma menjadi tempat penampungan.

"Sayang!"

Aku memutar bola mata malas. Hanya ada satu orang yang akan selalu menyambut kedatanganku dengan panggilan menggelikan itu. Siapa lagi kalau bukan Lee Haechan.

Haechan berdiri dan menghampiriku "satu buat aku kan?" Tanyanya setelah mengambil satu banana milk dari boks yang ku bawa.

"Hm" aku menjawab seadanya.

Haechan tersenyum lebar "Makasih sayangku" setelah mengatakan hal menggelikan itu dia kembali duduk menyandar di pojok ruangan, bergabung bersama Jisung yang terlihat sangat sibuk dengan ponselnya.

Ruang rawat Jeno penuh. Maksudku benar-benar penuh. Teman-teman kelasku berkumpul disini, bukan hanya manusia tapi hantu penghuni kelasku juga datang kesini untuk menjenguk Jeno. Aku melihat hantu perempuan yang selalu menempeli Jeno di sekolah kini tengah berdiri di dekat tempat tidur Jeno. Dia menatap Jeno perihatin, sepertinya hantu itu akan menangis sebentar lagi.

Aku berjalan kearah sofa untuk menghampiri Ryuna dan Aila Kim yang sedang duduk disana. Aila juga anak kelasku, tapi dia sedikit pendiam dan tidak bersahabat. Aku dan Aila sering terlibat pertengkaran karena sifat kami yang sama-sama tidak memiliki sisi ramah dan kelembutan.

"Pesanan datang" aku menyodorkan boks berisi banana milk itu pada Ryuna.

Ryuna tersenyum lebar dan menerimanya dengan senang hati "Terimakasih Taera"

Aku juga mengambil satu banana milk dari boks itu sebelum menghampiri Jeno yang sedang membaca buku. Sejak aku datang dia tidak menyapaku, benar-benar keterlaluan.

Aku membaringkan diriku di tempat tidur Jeno yang ternyata cukup luas, membuat hantu perempuan pemuja Jeno mendelik padaku. Tapi tidak dengan Jeno, dia tidak peduli pada apa pun yang ku lakukan. Aku sangat lelah seharian ini, rasanya sangat menyenangkan bisa membaringkan tubuhku meski hanya semenit saja.

"Punyaku mana?" Tanya Jeno tiba-tiba.

"Apanya?" Aku mengernyit tidak mengerti. Aku menatap lurus pada plafon putih rumah sakit, sesekali menyedot banana milk di tanganku.

Jeno yang duduk bersila sedikit menunduk untuk menatapku yang sedang berbaring "Aku gak di beliin juga?" Tanyanya seperti menuntut.

Sedetik setelahnya terdengar suara milik Jisung memekik heboh "Wah gila! Ini rumah sakit woy sadar, bukan montel!"

I Can See You [Huang Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang