chapter 4

46 4 0
                                    

warning!! chapter kali ini lebih panjang!!!!

Renata membelalakkan matanya saat melihat sumber suara bedebum tersebut berasal dari badan Devan yang terjatuh ke lantai depan apartemennya.

Renata yang melihatnya langsung  berlari menuju Devan yang sudah terbaring di lantai.

“kak lo kenapa kak?” tanya Nata dengan panik saat melihat Devan terbaring lemah di lantai dengan memejamkan matanya.

Ia memegang tangan Devan yang lemah, dan betapa kagetnya saat merasakan suhu tubuh cowok tersebut tidak stabil. Suhu tubuh cowok tersebut sangat panas.

“ah, dia demam” ucap Nata, setelah itu menggotong tubuh Devan dengan menyampirkan sebelah tangannya ke samping pundaknya. Sebenarnya tidak gampang menggotong tubuh Devan, tetapi ia bisa menggotongnya mungkin berkat ia sering mengikuti ekskul taekwondo.

Nata akhirnya merebahkan tubuh Devan ke atas ranjangnya, ia tahu karena hanya ada dua kamar di apartemen tersebut, tetapi yang terbuka hanya satu.

‘mungkin sebaiknya gue cepat-cepat mencari handuk kecil untuk mengompres keningnya’ ucap Nata dalam hati setelah itu pergi menuju kamar mandi dan menemukan handuk kecil di sekitarnya lalu mengambil air dingin ke dalam baskom kecil.

Setelah itu, ia langsung mengompres kening Devan dengan handuk kecil tersebut yang sudah ia lipat agar tidak terlalu lebar.

“semoga cepat turun demamnya” ucap Nata dengan pelan.

“lagipula udah tau dia sakit, bukannya pulang ke rumah, malah tinggal di apartemen ini sendirian. Gak bersyukur banget punya rumah sebesar itu” gumam Nata.

‘kalau dia lagi tidur kayak gini lebih baik. Nggak keliatan wajah nakutin dan super juteknya. Ganteng juga lagi’ ucapnya dalam hati sambil memandang wajah Devan.

‘eh, ngapain juga gue puji-puji dia. Ah lebih baik gue coba liat di dapurnya deh, siapa tau ada bahan yang bisa gue buat jadi sup atau nggak bubur’ ucapnya dalam hati.

Akhirnya, sambil menunggu Devan sadar dari demamnya, Renata pergi ke dapur yang berada di apartemen tersebut. Ia menemukan beras yang berada tak jauh dari magic com. Akhirnya Nata memilih untuk membuat bubur, tetapi ia membuka kulkas untuk melihat-lihat sayuran yang berada di dalamnya, tetapi ia hanya menemukan brokoli dan juga bahan-bahan makanan kalengan.

‘Pantas aja dia bisa sakit, tiap hari makannya beginian terus’ ucap Nata dalam hati.

Akhirnya Nata mengambil brokoli untuk di masukkan kedalam bubur buatannya.

Tiga puluh menit ia berada di dalam dapur, akhirnya ia selesai membuat bubur sederhana ala Nata. Setelah itu, ia membawa semangkuk bubur lezat tersebut ke dalam kamar Devan beserta minumnya.

‘ah, dia masih tidur. Coba gue cek suhu badannya dulu deh’ ucap Nata.

“udah nggak sepanas tadi suhu tubuhnya” gumam Nata. Nata mengambil handuk yang berada di kening Devan yang sudah mulai mengering, memasukkan ke dalam air yang ada di baskom, memeras handuk tersebut, lalu setelah itu menaruh kembali di kening Devan.

‘gue ambil obat yang ada di P3K aja dulu deh. Biar pas dia udah bangun, makan bubur. Setelah itu bisa langsung makan obat’ ucapnya dalam hati.

Sebenarnya Nata tidak tahu menahu tentang obat, tapi saat ia sedang berada di dapur tadi, ia sempat menelepon tantenya yang bekerja sebagai apoteker di sebuah rumah sakit besar di Tangerang, dan memberitahunya tentang obat yang harus ia berikan terhadap orang yang sedang demam tinggi.

Setelah mengambil obat, ia kembali masuk ke dalam kamar tersebut dan menemukan Devan  yang sudah membuka matanya sedang duduk dengan memegang handuk kompresan.

My Cool Boy (SMA SMK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang