Mata Chan terasa pedih. Sangat pedih hingga beberapa tetes air mata bergumul di punuk matanya hanya karena pikiran yang mengatakan ia harus tetap terjaga. Suara profesornya mengabur, Chan hanya dapat mencerna beberapa kata kemudian menggabungkannya untuk membentuk hal tidak berguna. Kulitnya masih terasa dingin akibat tempat tidurnya malam tadi yang mengirimkan sangat banyak hawa dingin ke tubuhnya walaupun ia telah mengenakan berlapis-lapis pakaian. Titik-titik dingin itu tinggal di kulitnya seperti lebam, mengingatkannya kepada tempat tidurnya yang sangat tidak nyaman malam tadi dan tidurnya yang tidak pantas disebut tidur.
Sangat sulit bagi Chan untuk tidak berjalan ke luar kelas menuju jembatan terdekat dan mengakhiri semuanya. Apa poin pentingnya? Ia gagal dalam semua kelasnya, ia sudah tidak pernah berbicara dengan orang tua yang mengadopsinya selama dua tahun, ia akan segera kehilangan apartemennya, dan bosnya akan segera memecatnya. Tidak ada orang di sini yang akan menjaganya, mengatakan semuanya akan menjadi baik-baik saja. Chan tahu ia harus belajar untuk melakukannya sendiri, ia harus bergantung pada dirinya sendiri.
Tapi ia lelah. Ia telah melakukannya selama satu tahun setelah temannya, BamBam menjadi seorang idola dan sibuk dengan hidupnya. Chan tidak menentangnya untuk menjadi idola, mereka adalah teman dekat, tapi terkadang, Chan berharap BamBam menariknya untuk memasuki perjalanan itu dan bukan meninggalkannya dia sebuah jalan sepi dimana bulan enggan menyinari Chan lewat gedung-gedung yang tinggi. Tapi hidup tidak adil. Dan Chan harus berusaha keras dengan apa yang dimilikinya, bahkan ketika hal yang paling dekat dengan teman adalah bayangannya sendiri di pantulan cermin.
Chan duduk diam selama kelasnya berlangsung, selama ia bekerja, dan selama acara rutin busking 2 jam yang diadakannya. Bagi Chan, semuanya kabur, cahaya putih dan kegelapan berlomba-lomba hadir di pelupuk matanya selama dia berjalan di trotoar. Dia seharusnya takut dan khawatir ia berhalusinasi, tapi bahkan isi kepala Chan ditutupi kabut yang membuatnya tidak dapat berpikir jernih. Semua hal terlihat aneh dan tidak teratur, cahaya hijau mint neon bergabung dengan cahaya putih dan kegelapan.
Ia tidak tahu apa yang terjadi, tubuhnya terasa seperti melayang dan menghilang di udara hanya dengan satu kaki yang terangkat. Kepalanya berputar, kedua kakinya tidak lagi mengikuti perintah otaknya yang ditutupi kabut dan ia berhenti di tengah jalan. Sebuah cahaya putih dan tabrakan kuat di perutnya muncul sebelum tubuh Chan benar-benar menyerah. Tubuhnya jatuh, pahanya memukul tanah dengan keras sebelum kepalanya menyusul, dan akhirnya, dengan suara teriakan nyaring dan suara klakson yang seperti kesetanan, Chan pingsan.
Special thanks to Chichoo-chan yang udah mengembalikan semangatku nge-translate buku ini 😭❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/169214317-288-k674799.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Glass ft. Banginho
Fanfiction" ... Karena aku ada di balik kaca." Disclaimer! This book is NOT mine I do NOT own anything aside from the sparkles and the author notes in this book I only translate the book from English to Indonesian The original version was made by @atumun15