Interlude V

21 1 0
                                    

The Coincidence

Inspired song : BTS - DNA

Pertemuan juga takdir kita bukanlah sebuah kebetulan.

2007

Seorang anak laki - laki berdiri disebuah taman bermain yang sepi. Ia bersembunyi dibalik pohon besar. Matanya fokus menatap sosok diseberangnya. Nampaknya anak itu enggan menghampiri. Jadi sambil memantau dari jarak sekitar 5 meter ia tetap disana memakan es krimnya ditengah cuaca panas.

Sesekali tersenyum menampakkan gigi kelincinya yang lucu saat memperhatikan sosok anak perempuan yang bermain perosotan dengan bonekanya. Mengagumi betapa cantiknya anak itu dengan rambut yang terurai cantik berhias bando juga poninya yang menutupi dahi. Begitu sulit menahan bahagia yang ikut membuncah setiap saat melihat senyuman manis itu.

Since the beginning, my heart has been beating because of you.

You look awesome at first sight.

~~~~

2018

"Siapa itu?! Heii!! Ada orang disana?"
Kamu berteriak keras. Berlari menuju perempatan gang kecil. Dengan hati - hati memeriksa setiap sisi.

Kosong.

Padahal kamu merasa ada yang aneh sejak tadi. Seperti suara langkah kaki yang berjalan dibelakangmu. Kamu yakin sekali seseorang tengah mengikutimu tapi tak ada siapapun di tempat ini.

"Aishh.."

Suasana mencekam disekitarmu membuat kamu bergegas mempercepat langkahmu. Biasanya malam akan semakin mencekam jika kau tak cepat sampai rumah. Sebab lingkunganmu menjadi super hening bahkan sejak jam 8 malam. Setengah berlari kamu berusaha menggapai gerbang rumahmu lalu masuk dan memastikan untuk menguncinya.

...

Sinar matahari pagi baru saja mengusik tidurmu. Menembus lewat kaca jendela yang lupa kau tutup semalam.

Kamu segera terbangun mengingat hari ini masih hari Rabu. Setelah sibuk dengan kegiatan pagimu dan memakan sandwich sebagai sarapan, kamu berangkat ke kantor seperti biasanya. Menunggu dihalte berebut tempat dengan beberapa penumpang lain. Sialnya kamu harus berdiri hari ini. Akhirnya kamu hanya bisa meratapi nasib kakimu sambil memandang kosong keluar jendela.

Tring.

Ponsel disakumu berbunyi tanda sebuah pesan masuk. Terlihat nomor tak dikenal di layar ponselmu yang mengaku sebagai manajer dari sebuah Coffee Shop bernama Bun Cookies. Isi pesan itu mengatakan bahwa kau telah meninggalkan barangmu disana.

Keningmu bertaut heran. Menimang apakah benar kamu pernah mampir ke coffee shop itu. Rasanya ini pertama kalinya kau dengar nama tempat itu, pikirmu.

Sejujurnya kamu sangsi. Masih takut menghadapi  hal - hal seperti ini. Mengingat sudah beberapa malam dirimu seakan diikuti oleh seseorang. Ditambah lagi maraknya berita tentang stalker di kota ini. Namun kamu mencoba berpikir positif sebab ingatan dangkalmu juga tidak terlalu bisa diandalkan. Mungkin memang kamu pernah kesana.

Ditengah perjalanan tiba - tiba badanmu terdorong kedepan. Bunyi rem dari bus yang kau tumpangi terdengar memekik. Spontan tanganmu mencari pegangan darurat. Sebelum sempat berpegangan, tubuhmu sudah lebih dulu jatuh ke kursi dihadapanmu.

Tanpa sengaja, kau duduk berpangku pada penumpang dikursi itu. Seorang pria dengan hoodie hitam polos menutupi sebagian kepalanya.

Sepasang mata hitam legam memandangmu tajam. Ekspresinya nampak kurang bersahabat. Tak ada senyum diwajahnya. Namun satu hal yang baru kau sadari, kedua tangan pria itu berada di pinggulmu melingkar dengan pas seolah ia sedang memelukmu. Beberapa detik berlalu tapi sihirnya menaklukanmu untuk membeku diam di pangkuannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

InterludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang