"Gas, di panggil Pak Anto!" Teriak Rifqi, teman lama bagas dari tk, "Cepetan Gas!!, ntar lo di omelin lagi!".
Membuang tenaga.
Dua kata yang ada dalam pikiran bagas.
"Ya elah cepetan sono, lo mau di suruh hormat tengah lapangan siang² panas gini?!" Kata ello sambil menjitak kepala teman sebangkunya yang MAGER nya luar biasa!.
"Bacot" jawab bagas dengan muka datar nyebelinnya. "Serah lo dah Gas gua gk nanggung ntar!"
Bagas keluar kelas sambil membawa handphone dan masih memakai earphone di telinganya.
"Coba liat ka Bagas, ganteng banget!" Suara² cewek alay yang tidak pernah didengar oleh Bagas karena, bagi Bagas sendiri cewek itu tidak pernah ada kecuali bunda dan kakaknya.
"Kenapa Pak?" Tanya bagas dengan nada tidak ikhlas karena telah membuang tenaganya, "Kamu ini masih nanya² lagi kenapa, pikir sendiri kenapa bapak manggil kamu?"
Bagas memutar bola matanya karena telah mendengar banyak celotehan yang sama dari guru² lain."Bagas², kamu ini sudah kelas XI masih aja kerjaanya nyusahin guru". Sambil menepuk jidat, mengusap muka, dan menggelengkan kepala, Pak Anto dibuat pusing tujuh keliling oleh anak yang satu ini.
"Bunda saya kan udah bayar biaya sekolah jadi tugas guru ya jaga saya, kenapa saya dibilang nyusahin?, seharusnya bapak sadar diri karena bapak yang nyusahin saya, bapak selalu manggil saya ke ruang guru cuman dengerin celotehan yang gajelas, lebih baik saya tidur dikelas pak". Ucap Bagas dengan nada datar.Sabar disayang tuhan, ucap Pak Anto dalam hati sambil mengelus dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Point Freeze.
Teen FictionDINGIN Rasa yang pernah ada dalam hidupku dan tertanam dalam ingatanku, lalu memori tentangnya datang seiring waktu.~ . TITIK Point penting dalam hidupnya adalah diriku yang lama.?? .