2. Helm Rusak

14 3 0
                                    

"Aku bernafas untuk hidup,
Hidup untuk bahagia,
walaupun banyak rintangan.
Akan aku melewatinya dengan senyum termanisku"

🍂🍂🍂

Author PoV

"Astaga! Kakak!!!" teriak Mawar kemudian berlari memasuki kamar kakaknya.

"Astaga, Gue tau Loe jelek, Loe pasti ditolak gebetan lagi, kan? Loe mau bundir, kan? Loe mau iris-iris tangan Loe kayak di facebook itu, kan ? Gue belum siap Loe mati Kak, Gue gak mau jadi anak tunggal, Gue gak mau tangan piamis calon go internasional Gue lecet-lecet, Loe kalo bundir jangan pakai pisau, gak elit Kak, loncat aja sekalian di gedung perusahaannya ayah, tapi jangan sekarang gue belum siap," croscos Mawar dengan napas memburu.

Mawar merampas pisau yang di pegang Kakaknya sambil mengoceh seperti petasan Imlek.

"Apasih Loe buluk!" Putu Marco Karismantara menyonyor kepala Mawar, mungkin kalau tidak pakai helm kepala mawar sudah di pukul.

Marco adalah kakak Mawar satu-satunya, ia baru saja lulus dan masuk ke perguruan tinggi, bakatnya adalah bermain piano, wajahnya sangat mirib dengan Bundanya yaitu manis. Hanya saja sifatnya tidak jauh dari sang Ayah yaitu dingin. Tapi dinginnya hanya dengan orang lain, terkecuali dengan keluarganya yang sangat ia cintai.

"Loe baru dateng udah kayak petasan tahunan, tau gak? Sini pisaunya!" lanjut Marco lagi dengan wajah kesalnya mencoba untuk mengambil pisau yang direbut adiknya.

"Gak mau, entar lo bundir, gue yang susuh, masak kakaknya mau bundir adiknya ngasih aja. Lagian ngapain ngendap-ngendap masuk kamar bawa pisau kalau gak mau bundir?" Mawar mundur selangkah untuk menjauhkan dirinya dari Marco, agar kakaknya itu tidak bisa mengambil pisaunya.

"Nyet, bulukku sayang, gue mau kupas mangga di dalam kamar, sini buruan pisaunya," kata Marco berusaha untuk merebut pisaunya lagi.

"Kok Loe ngendap-ngendap gitu? kayak maling trus kayak mau bundir." Mawar menaikkan satu alisnya masih tetap menyembunyikan pisaunya di belakang tubuhnya.

"Emang," jawab Marco sudah hampir habis kesabarannya, ingin sekali mengacak-ngacak wajah adiknya.

"Maksud Loe?" tanya Mawar bingung, jawaban itu memang benar bunuh diri apa bukan?

"Emang, Gue mau kupas mangga curian gue bareng Reyza." Jawab Marco memutar bola matanya malas.

"APA??!!" Mawar menepuk wajahnya kasar, melempar pisaunya kesambarang arah, Marco menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Dimana Loe mencuri mangga?" tanya Mawar, tapi Marco tidak menjawab, ia memilih untuk mengambil pisau yang dilembar Mawar.

"Ah~ lupakan Gue gak peduli, oya, Bunda mana?" tanya Mawar, kembali ke poin utamanya sebelum menemukan kakaknya yang mencoba bunuh diri, tapi semuanya hanya salah paham saja.

"Di tetangga," jawabnya tidak peduli, Mawar gregetan sendiri dan memilih pergi meninggalkan kakaknya yang mulai mengupas mangga tanpa melihat Mawar dengan wajah yang di tekuk.

Mawar keluar kamar Marco sambil menghentakkan kakinya karena kesal, belum lagi helmnya belum bisa ia lepas.

🍂🍂🍂

          Mawar melangkahkan kakinya memasuki rumah yang berwana hitam abu-abu itu, tepatnya di sebelah rumahnya sendiri.

"Bunda~bunda~" Senandung Mawar kembali lagi saat memasuki rumah Rayyan.

"Jerry!" seorang laki-laki jakung yang memiliki senyum manis menghampiri Mawar, laki-laki tinggi itu sangat mirib dengan Rayyan, hanya saja sifatnya jauh berbeda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika menghilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang