Eps. 1

3.1K 104 6
                                    

Sarada POV.

Akuta adalah kelompok yang mengajak Mitsuki keluar dari Konoha. Saat itu tim 7 dan 10 berangkat untuk mencari Mitsuki. Lebih tepatnya kabur. Tapi Mitsuki menolak ajakan kami bahkan menyerang boruto. Aku benar-baner terpukul saat itu. Tapi tak sesakit Boruto. Dia adalah sahabatnya tidak ada yang lebih sakit dikhianati sahabatnya sendiri. saat itu aku hanya bisa melihat dan membantu Boruto. Menolak untuk ikut aktif. Aku penasaran apa yang boruto lakukan selanjutnya. Membiarkan dia menyusun strategi nekatnya itu. Jangan salah paham Mitsuki juga sahabatku dia berhaga buatku. Tapi dengan sikap bodoh boruto, aku terkesan dia bisa membawa Mitsuki kembali. Walau butuh 2 tahun. Mereka datang padaku ditengah kumpulan mayat Akuta. Dengan luka di sekujur tubuhnya, Boruto hampir kehilangan tangannya sedanngkan Mitsuki kehabisan cakra dan matanya benar-benar parah.

Aku ingat betul saat itu tubuhku juga penuh luka habis menghadapi kelompok Akuta dibantu tim 10. Tapi tetap saja mereka punya pasukan sedangkan kami hanya berempat. Boruto melawan Mitsuki habis-habisan mengajaknya kembali. Mitsuki hanya diam dia tidak menjawab dan lebih memilih bertarung. Dalam hati aku tahu Mitsuki sedang mengetes dirinya dan Boruto. Apa tekadnya sudah bulat? Apa yang dia cari sudah benar? Apakah Boruto akan menerima dirinya setelah ini? Bagaimana tekad boruto bisa sekuat ini? aku tahu saat aku mengobati lukanya dia tersenyum penuh arti padaku. Dia tau aku tahu dan aku tahu dia tahu. Sekarang dia tidak akan kembali bersama mereka. Tempatnya adalah di Konoha. Lagi pula Boruto akan membawanya kembali.

Boruto dan Mitsuki dibawa ke rumah sakit setelah aku menghentikan pendarahan. Boruto memintaku untuk ikut bersamanya karena lukaku tidak bisa dianggap sepele lagi. Luka sayatan di bawah rusuk dan betisku semakin parah. Walau aku sudah menghentikan pendarahannya tetap saja perlu diaobati. Aku menolak, bilang baik-baik saja. aku harus menyelesaikan masalah disini. Dia berikeras aku sampai dibuat malu olehnya.

"Aku tidak akan pergi jika kau tidak pergi dattebassa!"

rengeknya di gendongan salah satu monster pasukan Akuta. Ah aku lupa bilang. Beberapa orang dari Akuta yang kuduga sahabat Mitsuki bernama Sekkei ikut bergabung dengan kami. Saat ini Dia sekarat. Jika aku tidak bisa menyelamatkan ketua mereka yang mana memberikan mereka kekuatan untuk hidup aku tidak akan bisa menyelamatkannya. Aku sudah berjanji akan mnyelematkan mereka, tidak hanya Sekkei tapi seluruh teman-temannya juga. jika aku pergi mereka akan pergi juga. Dengan sisa cakraku aku ingin menyelamatkan kelompok Akuta. Mereka berhak untuk hidup. Seperti Mitsuki. walau mereka buatan tapi mereka masih punya hati. Membiarkannya sama saja membunuh orang itu sendiri. jika aku jadi mereka aku juga berkeinginan untuk hidup. Menikmati keindahan dunia ini. tak akan kubiarkan mereka mati begitu saja.

"Sudahlah Boruto. Aku akan menyusulmu."

"tidak aku pergi bersamamu."

"Boruto! Berhentilah menjadi anak kecil dan dengarkan aku sekali saja. kau terluka Mitsuki juga. Semuanya terluka, hanya aku yang bisa menyelamatkan mereka. Percayalah padaku. Tenang saja tim Shikadai akan melindungi kalian berdua."

"Bukan aku yang butuh perlindungan! kau akan ke markas musuh, Sarada. Bagaimana jika kau diserang? Bagaimana jika kau dimanfaatkan? Bagaimana jika kau.. tidak kembali! Aku tidak bisa.. kehilangan lagi tidak bisa." Jawanbya murung. Aku bisa melihat kesedihan dimatanya. Saat itu aku tahu betapa kesepiannya dia saat ditinggal Mitsuki. Mitsuki melihat Boruto mengucapkan maafnya yang paling dalam. Boruto menggelang tidak apa yang berlalu biarlah berlalu. Dia melihatku kembali.

"Aku ikut! Aku akan melindungimu dengan nyawaku! Karena itu adalah janjiku ttebassa."

Wajahku memanas. Bagaimana bisa dia bilang begitu disaat begini. Melihatnya tersenyum dengan seringai bodohnya membuat hatiku hangat. Setidaknya dia akan baik-baik saja.

Dia terus merengek seperti anak bayi. Bahkan dia menggenggam tanganku tidak mau dilepas sebelum aku mengizinkannya ikut.

"Dasar keras kepala!"

"kalau Boruto ikut aku juga ikut. Aku juga mengkhawatirkanmu Sarada. Akuta sangat kuat. Walau sekarang ketua sedang sekarat bukan berarti dia lemah. Dia selalu punya cara untuk menyerang." Misuki menimpali. Dimatanya jelas dia mengkhawatirkanku.

"Tidak kau juga Mitsuki. Karena itulah aku harus menemuinya, aku akan menawarkannya kerja sama dengan memberinya obat. Lagi pula hanya aku ninja medis disini dan cakraku masih cukup untuk bertarung. Aku tau dan aku bisa. Jangan anggap aku lemah karena aku wanita."

"Aku tidak. Kau adalah perempuan paling kuat yang pernah ku temui."

"ara Arigatou Mitsuki." aku tersenyum tulus.

"Kau bisa meminta Anbu untuk melakukan itu bukan?" Inojin bertanya. Semuanya begitu khawatir kepadaku tidak kecuali Shikadai.

"Tidak bisa. Markas besar Akuta ada di dalam desa Iwagakure. Membiarkan masuk Anbu sama saja dengan membiarkan mata-mata masuk. Itu akan merepotkan." Shikadai terlihat kelelahan. Dia yang paling banyak mengeluarkan cakra dan energy dalam pertarungan ini.

"Serahkan saja pada Kurotsuchi-sama. Dia lebih dari bisa mengatasi ini sendiri" Chouchou menimpali. Keberatan dengan rencana aku pergi kesana sendirian.

"Ini masalah Konoha, Chouchou. lagi pula Naruto-sama sudah memberikan kita kebebasan mengatasi masalah ini sendri. Aku yakin tim penyelidik milik Ku-sama sedang mengawasi kita. Dia tidak setega itu." Aku akhirnya menjawab. Memang benar. Saat aku hampir terkena pukulan Akuta. Shuriken terbang menancab pada mata monster itu. Aku melihat sekeliling tidak ada siapa-siapa selain aku dan kumpulan monster Akuta. Disudut mata aku melihat ikat kepada Iwagakure. Hmp! Kalau mau bantu bantu saja, dasar Kurotsuchi-sama terlalu mengetes kami.

Boruto berdeham masih bersikeras. Akhirnya dia melepaskannku. Yah, setelah aku membuatnya pingsan. Aku berpesan pada Mitsuk dan tim 10 untuk menjaga Boruto. Saat dia sadar tidak menutup kemungkinan dia akan menyusulku. Chouchou melirikku khawatir. Menawarkan dirinya untuk ikut. Aku menolak. Dia kehabisan cakra, lukanya tidak lebih parah dariku.

Shikadai memimpin kelompok itu, Injojin bertugas untuk mengirim pesan kepada nanadaime-sama tentang kehadiran mereka. Dia bersikeras membawakanku salah satu burung jutsunya untuk berjaga-jaga. Setidaknya hanya itu yang bisa dia buat sekarang. Sebelum kami berpisah chouchou memelukku begitu erat, lalu kami berlari bertolak belakang.

Semoga kalian baik-baik saja. Tunggu aku Boruto, aku pasti kembali. Pasti.

Janji ShinobiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang