02

42 2 2
                                    


"Aku hanyalah wanita jalanan yang engkau ambil dari jalan, namun bukan dengan seenak nafsu engkau mempermainkan hati dan perasaan ini, karena aku juga manusia yang memiliki rasa dan hati yang masih berfungsi secara normal."
Ku biarkan semua mengalir dari bibir ini agar rasa sesak dada ini berkurang, tidak peduli wajah kaku itu mau mendengarkan atau tidak.

***

"Allah tidak akan membebankan sesuatu kepada hambanya melebihi kemampuan sang hamba." Kalimat yang selalu membuat aku kembali bangkit disaat aku sedang terpuruk dengan keadaan yang aku jalani. Meskipun tidak jarang aku berfikir ya Allah kenapa begitu berat beban yang harus aku jalani ini.
Ada hal yang selalu tertanam dalam jiwa ini, jangan pernah menyesal dengan apa yang telah terjadi. Karena semua yang telah berlalu biarlah menjadi pembelajaran hari ini dan masa akan datang.

***
Aku memang bukanlah terlahir dari keluarga yang agamis, bahkan aku bisa dikatakan sebagai orang yang hanya islam KTP saja. Semenjak lulus sekolah menengah pertama aku pergi merantau ke pulau Borneo, di tanah rantau ini aku mulai mengerti kerasnya hidup.
Dengan ingin membahagiakan orang tua di kampung halaman, aku mulai mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, dengan satu syarat apapun pekerjaannya yang penting halal. Pesan bapak selalu aku ingat, yang dengan berat hati melepaskan kepergianku, meskipun saat itu aku pergi bersama paman.

Bekerja di warung kopi bukanlah hal yang baik di mata orang-orang yang ada disekitarku. Namun bagiku apalah arti ketidak sukaan orang lain terhadapku, yang terpenting aku tidak meminta makan kepada mereka yang rajin mencibirku.
Seiring berjalannya waktu ketidak nyamanan mulai aku rasakan sebagai pelayan warung kopi, salah satunya ternyata sudah menjadi hal lumrah kalau dalam kehidupan warung kopi, wanita-wanita yang berkerja di warung kopi dianggap wanita yang gampangan bagi laki-laki si hidung belang.

Kurang lebih berjalan tiga tahun perjalanan yang tidak mudah yang sudah aku lewati. Dan dalam keadaan yang penuh harap, aku memimpikan ada seorang yang serius denganku, bukan hanya yang ingin memepermainkanku.

Apa yang aku impikan ternyata menjadi kenyataan, disini aku teringat dengan perkataan seseorang yang mengatakan.
"janganlah pernah berhenti meminta kepada Tuhan pencipta langit dan bumi ini, karena Dia tidak pernah tidur untuk melihat saat yang tepat untuk mengabulkan do'a dari hamba-Nya".

***

Bulan Januari ada seseorang yang menyatakan keseriusannya ingin menjadikan diriku sebagai pendamping hidupnya. Aku bagaikan mimpi di siang bolong, antara percaya ini nyata atau sedang bermimpi.

Roni bukanlah lelaki asing bagiku, karena dia merupakan salah satu pelanggan yang setia mampir di warung kopi tempat ku. Namun yang membuat aku tidak percaya saat dia menyatakan keseriusannya, karena selama ini tidak ada sikap yang spesial, bahkan tidak jarang Roni membawa gandengan wanita yang berganti-ganti saat dia mampir di warung.

Entah karena aku sudah terlalu jenuh dengan kehidupanku di warung kopi ini, membuat aku tidak berfikir panjang untuk mengiyakan tawaran yang Roni ajukan untukku. Tanpa aku memikirkan apa yang pernah aku lihat tentangnya dihadapanku.
Hanya satu hal yang membuat aku terfokus kepada Roni dia berbeda dari kebanyakan teman-temannya yang sering datang ke warung, aku tidak melihat satupun tato terukir diwajah maupun dibagian tubuh yang biasa tanpak dari Roni. Dengan rasa penasaran aku beranikan diri untuk menanyakan, "Bang kenapa abang kok enggak pakai tato seperti kebanyakan teman-teman abang?" dengan nada rendah dan sedikit rasa takut khawatir Roni tersinggung.

Dengan senyuman lebar Roni memberi jawaban yang sangat luar biasa menurutku. "aku enggak ada keinginan untuk menggunakan tato, karena aku menjaga perasaan saudara-saudaraku yang mereka semua orangnya agamis, cuma aku aja nieh yang enggak jelas orangnya." Di akhirinya dengan tawa lepas membuat aku terheran-heran dibuatnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menanti Sebuah JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang