BKaJ (3)

581 83 26
                                    

Malam itu dinikmati Namjoon dan Seokjin berdua saja. Tanpa pengawasan manajer, tanpa kamera, tanpa ada penggemar fanatik yang menyerbu disertai flash kamera pada ponsel mereka. Rasanya seperti kembali ke masa lalu, di mana mereka tak banyak dikenali orang, tak ada yang peduli dengan apa yang mereka lakukan.

Seokjin masih betah mengait jemari Namjoon, sembari berjalan menyusuri jalanan Gangnam. Waktu sudah memasuki tengah malam, tapi entah kenapa rasanya begitu enggan untuk pulang ke asrama. Tidak, jangan dulu. Masih terlalu dini untuk kembali. Seokjin tentu saja tidak ingin melewatkan kesempatan yang sudah diberikan cuma-cuma seperti ini. Dan tatapan hangat Namjoon membuat suasana hatinya makin nyaman dan tidak ingin keromantisan ini segera berakhir.

"Namjoon-ah," Seokjin memanggil setelah cukup lama hening melanda keduanya.

"Ya?" Namjoon menyahut setelah satu tegukan bir masuk ke dalam kerongkongannya.

"Akuㅡmasih menyukaimu. Kau tau itu kan?" Seokjin berucap tenang, meski jantungnya berdebar tak terkontrol.

Namjoon hanya merespon melalui senyuman tipisnya, lalu mengangkat tangannya untuk menepuk bahu yang lebih tua tanpa berucap apa-apa.

Tapi mana bisa Seokjin menerima respon macam itu kan?

"Bisakah kau tidak hanya diam dan membalas ungkapanku? Namjoon, aku benci mengatakan ini, tapi.. Tapi aku sudah mulai lelah menunggu."

"Hyung," Namjoon menoleh disertai hembusan napas pendek, "Lalu kau ingin aku membalas dengan kalimat apa? Jika aku bilang bahwa akupun menyukaimu, lantas bagaimana dengan Hoseok?"

"Dan jika kau mengatakan bahwa kau menyukai Hoseok?"

"Aku tidak bisa bayangkan bagaimana pedihnya perasaanmu nanti," sekali lagi Namjoon menghela napas pendek, "Hyung, semua ini terasa begitu sulit untukku. Aku tidak ingin melukai siapapun. Tidak kau, begitupun Hoseok."

Seokjin melepas kaitan jemarinya, lalu berjalan ke depan. Melipat kedua tangannya lalu berbalik untuk menatap tajam sang lawan bicara.

"Lalu kau akan membiarkan kami berdua menunggu selamanya begitu? Setidaknya katakan sesuatu agar semuanya tidak semakin sulit, Namjoon."

"Hyung, akㅡ"

"Kumohon, Namjoon. Tegaslah. Kalaupun salah satu dari kami akan terluka, itu adalah risiko yang memang harus kami terima. Sudah enam tahun, Joon-ah. Kau tidak ingin segala konflik ini berhenti, huh?"

...

Ruang latihan hari ini terasa begitu panas. Mengingat musim panas akan segera datang, hawa-hawa menyengat sudah sampai di sana dengan cepat. Terlebih, aura panas juga terlihat pada pasangan di sudut ruangan yang asyik dengan dunia mereka sendiri.

"Hey hey hey! Tidak adakah yang mau menghentikan mereka berdua?" Pelatih Son menegur tapi tidak ada satupun member yang menyahut. "Yak Jeon Jungkook! Park Jimin! Berhenti sampai di sana atau kulempar kalian dari atap gedung Bighit!"

Ancaman Pelatih Son sontak saja membuat pasangan Kookmin mau tak mau melepas tautan bibir mereka. Gila kan, di tengah waktu istirahat mereka malah melampiaskan hasrat masing-masing. Dasar anak muda kelebihan hormon.

"Memangnya yang semalam kurang puas, hah?" bisik Hoseok sarkastik pada Jungkook yang kini tersipu malu.

"Memangnya terdengar sampai kamarmu ya, Hyung?"

Hoseok merotasikan bola matanya jengah, "Bahkan suara laknat kalian mampu membangunkan macan betina di kamar sebelah."

Yoongi yang duduk tepat di samping Hoseok mencibir sebal, "Dan berkat kalian si macan jantan datang tanpa rasa bersalah," ucap pemuda pucat itu sambil melirik tajam Taehyung yang baru kembali dengan dua botol air mineral di tangan.

"Apa? Kalian sedang membicarakan apa?" tanyanya bingung.

Hoseok terperangah, "Aaahh, pantas saja semakin berisik setelah itu. Rupanya pasangan macan ini bergabung, hm?"

"Eheeeyy, apa hal itu membuatmu ereksi, Hyung?" goda Jungkook yang hanya dibalas decihan sebal Hoseok.

"Hais, sudah sudah! Mentang-mentang kalian sudah resmi berkencan, kalian jadi bersikap seenaknya padaku. Huh!"

Hoseok beranjak dari duduknya untuk kembali menyalakan musik. Tapi gerakannya terhenti karena di waktu bersamaan, Namjoon melakukan hal serupa.

"Oh?" Namjoon tersentak mendapati ada Hoseok di sampingnya. "Sudah, biar aku saja."

"Hum," sahut Hoseok sekenanya lalu memberi kode pada member lain agar segera kembali berlatih.

"Hope-ah," panggil Namjoon sebelum Hoseok kembali ke posisinya.

"Apa, Joon?"

"Setelah latihan, bisa kita bicara berdua saja?"

Hoseok tercenung sesaat. Mendadak ada sekelibat firasat tak enak ketika mendengar suara Namjoon saat ini.

Atau mungkin, sudah ada keputusan dari pemimpin grup Bangtan ini?

Hoseok mengangguk sembari tersenyum, "Jangan lupakan eskrim vanilanya, oke?"

...

Namjoon membawa Hoseok ke sungai Han setelah mereka usai latihan. Tadinya manajer Sejin menawarkan untuk menemani mereka, tapi dengan senang hati Namjoon tolak. Dia bilang ingin menikmati waktu berdua dengan sahabatnya. Kalau sudah begitu, manajer Senin bisa apa?

"Akhirnya kita ke sini lagi," ucap Hoseok sembari melepas kacamata hitamnya, "Kita seperti sedang bernostalgia saja. Haha."

Namjoon tersenyum. Sejak dulu, afeksi seorang Jung Hoseok tak pernah gagal membuatnya terpikat. Bahkan hanya dengan melihat si matahari tersenyum saja, Namjoon ikut merasakan betapa bahagianya dia.

"Kau ingin bicara apa, Joon?" Hoseok bertanya setelah melewati beberapa puluh kalimat basa basi mengenai cerita lama mereka di sini. Ia sebenarnya sudah tidak sabar mendengar apa yang akan diungkapkan sahabatnya itu.

Namjoon menghela napas pendek, lalu menyuap eksrimnya ke dalam mulut.

"Akuㅡmenyukai Jin Hyung."

Deg!

"Dan aku sudah menyatakannya semalam."

Kali ini bukan jantung Hoseok saja yang terasa berhenti berdetak. Melainkan detik pada jam di tangan seakan mati tak bergerak lagi.
Beberapa saat mereka hanya diam. Hoseok tak tau harus menyahut bagaimana. Sedang Namjoon menunggu apa kalimat yang akan diucapkan Hoseok padanya.

"Jadi seperti itu? Hahaa, akhirnya," Hoseok tersenyum lebar, merentangkan tangannyaㅡmemberi kode agar Namjoon mau memeluknya.

"Selamat Namjoon-ah! Akhirnya Namjin couple is real!"

Dengan setengah hati Hoseok menarik Namjoon agar masuk ke dalam dekapannya. Ia peluk erat sahabatnya itu dengan sesekali menepuk punggung tegap pemuda Kim itu. Tanpa ia tau bahwa Namjoon menangis dalam diam, meluruhkan banyak buliran dari matanya yang jatuh tanpa disuruh.

Begitupun Hoseok, di balik tawanya terselip rasa sakit luar biasa. Sebisa mungkin ia menahan agar tak ada satupun air mata yang jatuh. Namun sayang, usahanya gagal total. Ia terisak pelan hingga Namjoon menyadarinya.

"Seok.. "

"A-aku baik, Namjoon. A-aku baik-baik saja. Ja-jangan pikirkan aku."

"Hoseok maafkan aku."

Namjoon berniat melepaskan pelukan, tapi Hoseok menahannya. Bahkan ia makin mengeratkan tangannya di punggung Namjoon.

"Tidak apa-apa, Joon. Jika itu keputusanmu, maka aku akan menerimanya. Haha, justru bagus sekali kan kabar ini untuk para penggemar kalian?"

Namjoon tak menyahut, ia balas pelukan Hoseok tak kalah erat. Dan setelah itu tak ada suara apapun selain isakan dua anak adam yang saling bersahutan. Membagi perih yang mereka rasakan sama rata.


To be continued..

Eng ing engg! Next chapter udah end. Wkwkwkwk

Between Kim And Jung (Namjinseok) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang