Proloq.

334 65 41
                                    

'Kewajiban tutup mulut dan menuntut kesetiaan penuh. Jika berkhianat maka berisiko untuk disiksa dan dibunuh.'

•••

"Papa mengajarkanku bahwa kode etik harus tetap dilakukan," ucap Anna dengan pelan.

Ia melangkah perlahan ke arah Arthur, pria dengan tubuh gagah yang berdiri tegap, dengan suara heels yang mengisi kekosongan ruangan itu.

Anna menatap sedikit menengadah ke arah Arthur.

"Kakak, bahkan disaat kau berkhianat. Papa masih memaafkanmu," ia menatap bengis kepada Arthur.

Arthur menjulurkan tangan menyentuh pipi putih milik Anna. Namun tangan nya segera di tepis.

"Jangan menyentuhku," matanya semakin bengis menatap Arthur

"Anna.." ucap arthur pilu menatap sendu manik mata adik perempuannya.

Anna tak menggubris ucapan Arthur, ia langsung pergi. Tak lama ia kembali dengan membawa koper besar.

Anna melesetkan koper ke hadapan nya, kemudian ia membuka kunci itu. Tatkala koper itu terbuka, menggelinding potongan kepala dengan mata yang melotot dan mulut menganga.

Arthur tersontak, "Anna, kau! Bagaimana bisa kau melakukan ini? Kau salah besar!" Ucap Arthur dengan menekankan suaranya.

"Kepala itu sudah menjelaskan semuanya." Sorot mata Anna semakin memperlihatkan kebencian.

Ia menendang potongan kepala itu hingga membentur ke dinding.
Matanya beralih melototi Arthur.

"Aku tau kau kakak tertua, bahkan kau yang mendapatkan gelar underboss." Pekik Anna dengan suara melengking. Tangan nya sibuk mengambil sesuatu dibelakang punggungnya.

Kemudian ia mengeluarkan shotgun dan membidiknya tepat pada kening Arthur

"Jika papa disini, pasti ia akan bangga. Gadis kecilnya telah berubah menjadi asetnya." tersungging senyum kecil di bibir Arthur.

Anna tak menggubris ucapan kakak lelaki nya, ia bahkan menarik pelatuk shotgun dan menahan nya sesaat sebelum ia akan menembak.

Dari balik pintu saksi mata tak sengaja melihat suasana panas di ruangan Arthur dan Anna tempati, dengan cepat ia berlari dan memegang tangan Anna kemudian membidik shotgun tepat pada dinding, terdengar sangat nyaring suara tembakan yang membuat dinding itu hancur.

"Anna, apa yang kau lakukan!" Ucap Dastan, yang kini berstatus kakak kedua Anna.

Anna menggertakan gigi-giginya, menatap tajam manik mata Dastan.

"Pengkhianat! Kalian pengkhianat!" Teriak Anna dengan wajah memerah.

Anna menggenggam shotgun dengan sangat erat dan berjalan kasar keluar, sesaat ia membalikan badan kemudian mengacungkan jari tengah kepada Arthur dan Dastan yang masih terdiam melihat perlakuan Anna.

"Go to hell, you bastard!"



La Cosa Nostra.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang