“Bagiku, menebas jarak penyekat diantara kita bukanlah hal yang sulit dan bisa kulakukan kapan saja. Namun, menunggu adalah keputusan terbaik yang bisa menjadi pilihanku. Meski kuakui bahwa itu berat, aku sungguh menyukainya. Penantian ini akan terus berlanjut bahkan hingga doa-doa di tengah rinduku mengalir deras dalam hembusan udara. Dan biarlah waktu yang akan menentukan pertemuan kita.”
“Mungkin memang seperti inilah takdir yang harus kita alami, dalam bentuk yang berbeda, bahagia bisa teras. Bahagiamu bisa kau dapat dengan tinggalkan aku. Sedang bahagiaku sudah berlalu saat dulu ku bersamamu. Kini,bersamanya kau bisa tertawa. Sedang aku di sini masih bersahabat dengan luka.”
“ Kala ku sampai di pertengahan jalan untuk lupakan bayangmu, kini wujud nyatamu mulai hadir kembali di hadapanku. Dan tanpa kau sadari, seluruh usahaku telah kau rusak hingga ku kembali teringat pada luka yang telah kau tinggalkan sebelumnya.”
“Jika ku tengok keluar, yang ku dapati hanyalah gemuruh petir nan hujan. Sedang jauh dalam lubuk hatiku yang terdalam, rinduku padamu sedang bersuara lantang dan menunggu jawaban. Namun apalah daya, kini ku hanya bisa menanti waktu membawa keajaiban.”