Cinta 2.6

120 19 0
                                    

E-mail yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Cinta bersorak gembira dari dalam kamarnya begitu mengetahui bahwa dia diterima program internship di UNICEF. Ayah dan ibunya masih belum pulang kerja. Begitu pula Satria yang biasanya pulang sore hari dari sekolahnya. Akhirnya dia memutuskan untuk mengabarkan berita itu pada Leslie dan beberapa temannya di Bandung.

Pesan untuk Leslie terkirim, tapi sepertinya belum diterima. Mungkin seperti ceritanya kemarin, dia sedang berada di pedalaman dan tak bisa selalu mendapat sinyal telepon. Beberapa teman Cinta di Bandung membalas pesannya beberapa saat kemudian, yang berlanjut dengan pertukaran cerita dan gosip yang cukup heboh.

Jessie yang kini kuliah Kedokteran, mengeluhkan kesibukan dan padatnya bahan pelajaran yang harus dikuasainya. Maklum, anak itu tak pernah menyangka bisa diterima kuliah di sana. Dia mendaftar jurusan itu hanya untuk memuaskan Papanya yang seorang dokter. Tadinya dia berharap untuk tidak diterima di Kedokteran sehingga dia bisa masuk jurusan Sastra Inggris yang sebenarnya dia inginkan. Untung saja otak anak itu memang encer. Jadi, walaupun mengeluh, tetap saja dia masih bisa mengikuti dengan baik.

Clarissa, kini asyik kuliah Bisnis sesuai keinginannya. Sambil sesekali pemotretan untuk majalah fashion, dia tak punya banyak keluhan. Bahkan Lisa mengatakan bahwa Clarissa tengah dekat dengan temannya, sesama model. Lisa sendiri yang kuliah di FISIP katanya juga sedang pacaran dengan salah seorang anak pejabat. Rania yang paling berbeda. Gadis kalem itu mengambil jurusan Farmasi dan kini mengenakan jilbab. Cinta senang, walaupun mereka semua sudah terpisah dan menekuni jalan masing-masing, tapi persahabatan mereka tetap tak berubah. Mereka masih mengobrol, bercanda, saling olok, dan bertukar gosip seolah mereka tak pernah berpisah.

Sore harinya, Cinta mengabarkan berita dari UNICEF pada kedua orangtuanya. Mereka memberi Cinta selamat sekaligus sederet kekhawatiran. Bagaimana pun, gadis itu tak pernah pergi jauh dalam waktu yang lama. Apalagi ke tempat yang sama sekali belum dikenal dengan kemungkinan bencana alam, atau konflik antar penduduk yang tak pernah bisa diduga. Ayah berjanji akan mengantarnya ke kantor UNICEF di kota keesokan harinya.

"Selamat bergabung ya, Dik Cinta." Seorang pria yang sepertinya seumuran ayah Cinta menyalami Cinta. Mereka duduk di kantornya yang dingin. Plakat nama akrilik di meja menyebutkan bahwa nama bapak itu adalah Irwan Bagaswara. Dia salah seorang pegawai di kantor perwakilan UNICEF di Biak. Beberapa bule juga dilihat Cinta berada di dalam beberapa ruangan di kantor kecil yang mengambil salah satu sudut kantor Dinas Pendidikan itu.

"Kepala Perwakilan UNICEF untuk Indonesia namanya Monique Lengle. Dia masih muda dan sangat cerdas. Kebetulan beliau sekarang sedang berada di Merauke, mengunjungi program kita di sana bersama Bapak Dubes Australia yang kebetulan berkunjung dan juga turut serta berkontribusi pada beberapa program kami." Pak Irwan membuka penjelasannya pada Cinta dan ayahnya.

"Program kami ada beberapa macam. Tidak hanya pendidikan, tapi juga kesehatan, sanitasi, perlindungan anak terhadap kekerasan, perluasan cakupan imunisasi, eradikasi malaria, edukasi HIV/AIDS, dan lain-lain. Kami nggak mungkin melakukannya sendiri, karena itu kami juga bekerja sama dengan pihak lain. Pemerintahan Indonesia, Yayasan, sektor swasta, sampai pemerintah negara sahabat." Cinta dan ayahnya manggut-manggut. Terbayang di kepala Cinta berapa banyak tenaga dan biaya yang diperlukan untuk bisa memeratakan semua program-program itu ke seluruh penjuru Papua yang kondisi geografisnya luar biasa ini.

"Jadi, nanti akan ada pendampingan selama beberapa hari untuk para tenaga magang dan sukarelawan sebelum diberangkatkan ke lokasi masing-masing. Tiap lokasi nantinya ada beberapa orang. Officer UNICEF sendiri, tenaga medis dan paramedis, pengajar, dan mungkin juga yang lain. Di tempat tujuan nanti juga sudah akan ada tenaga yang lebih dahulu tiba, bahkan mungkin sudah lama di sana. Jadi jangan khawatir. Dik Cinta nggak akan sendirian."

Cerita Tiga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang