2. Kesel

17 2 0
                                    

Di jalanan yang masih sepi. Hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang. Motorku sudah melaju di jalanan dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Semoga aku gak telat.  Itu kalimat yang selalu aku ucapkan di sepanjang jalan.

Dari kejauhan aku mulai melihat gerbang sekolah. Aku bisa melihat gerbang itu mulai menutup. Aku melajukan motorku lagi. Sampai tiba di depan gerbang. "Pak, jangan di tutup dulu." aku mencoba menghentikan Satpam yang sedang menutup gerbang.

"Kamu terlambat mba" kata pak Satpam.
"Tapi, ini masih ada 5 menit lagi sebelum masukan," mataku sekilas melihat ke arah jarum jam yang ada di pergelangan tanganku.

"Sepertinya, jammu rusak. Ini udah jam 7 lebih 35 menit," kata Pak Satpam sambari memperlihatkan jam di pergelangan tangannya.

"Hah, masa sih Pak." kataku tak percaya. Aku memohon pada Pak Satpam itu agar diizinkan masuk. "Please, Pak saya janji gak akan telat lagi."

Akhirnya dia luluh juga dan aku di perbolehkan masuk. Alhamdulilah. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepada Pak Satpam.

Aku melajukan motorku ke parkiran. Selesai parkir. Aku berlari menuju kelas XII IPA 4.

"Hmm.."
Langkahku terhenti saat mendengar suara itu. Aku menoleh ke arah sumber suara.
"Eh, Bu Intan. Assalamu'alaikum, Bu," aku hanya bisa menyengir.

"Wa'laikumussalam, kamu tau ini jam berapa?" katanya sembari kedua tangannya bersedekap di depan dada.

"Maaf, Bu, saya telat," aku menundukkan pandanganku karena takut.

"Baik, istirahat nanti ke ruangan saya. Ambil poin negatif. Sekarang kamu masuk kelas."

"Baik, Bu. Terima kasih. Saya permisi."
Setelah mengucapkan salam aku langsung pergi ke kelas dengan sedikit berlari.

Brukk..
Jangan lagi. Udah berapa banyak kecorobohan yang ku alami hari ini. Menyebalkan.
"Aduh" kata yang reflek keluar dari bibirku. Tangan kananku memegang pergelangan tangan kiriku. Sakit banget. Kayak nabrak beton.

Sebuah tangan tersodor ke arahku. Mungkin hendak membantuku berdiri. "Gak usah, aku bisa sendiri," kataku sambil berusaha untuk berdiri.

"Siapa juga yang mau bantuin lo, gua cuma mau minta ambilin polpen gua itu," katanya dengan nada sewot. Jari telunjuknya mengarah ke polpen yang ada di sampingku.

"Ambil sendirilah, punya tangan kan?" kataku gak kalah sewot. Aku langsung berlalu pergi meninggalkan dia. Malas aku ngeladenin orang macam itu. Aku menutup telingaku dengan kedua telapak tanganku, gak peduli saat dia mulai ngomong gak jelas dengan nada yang sama sewotnya seperti awal. Ada ya cowok kayak gitu. Nyebelin banget.

Dia siapa ya? Ah, ngapain aku kepo. Paling itu anak kelas 11 atau 10. Gak penting.

Saat tiba di depan pintu kelas. Aku mencoba untuk sedikit rileks. Menarik napas dalam-dalam. Kemudian menghembuskannya secara berlahan. Aku mulai melangkahkan kaki ke dalam kelas.

Alhamdulillah, belum ada guru. Aku langsung berjalan ke bangkuku dan meletakkan tas di sana. "Ya ampun Rara, sekolah berasa milikmu sendiri. Siang banget sih. Untung gurunya belum datang," ucap teman di sampingku.

"Aku tadi pagi ngerjain tugas, sampai lupa waktu deh" ucapku dengan nada kesel.

"Makanya ngerjain tugas jangan pas dekat deadline."

"Iya, iya, aku juga nyesel baget."

Sedetik kemudian, kelas hening saat Pak Zam masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan kelas. Ia mengucapkan salam. Setelah itu, mempersilahkan seseorang masuk.

Bersambung🔜

~~~~ ^ _ ^ ~~~~
Happy reading, guys.😄

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT SURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang