24 April 2018
Seperti biasa, setiap hari ku selalu tarik ulur beranda. Tak ada spesial memang, tapi semuanya sudah menjadi rutinitas. Ya begitulah, pagi itu aku melihat story fb seseorang yang berisi nomer whatapps nya. Langsung aja aku save, tentu aku minta izin darinya.
"Assalamu 'alaikum, izin save ya nomernya." Sapaku lewat chat WA
"Iya-iya silahkan." Balasnya
"Salam ukhuwah dari subang." Tambahku
"Ana dari manado Akhy." BalasnyaJauh juga ya, pikirku. Tapi tak apa, aku hanya ingin menambah teman dan berukhuwah.
Hari terus berganti, aku mencoba membuka diriku tentang apa yang aku suka dan tentang apa yang aku tidak suka, tentang segala kebiasaanku. Danpun sebaliknya.
Satu bulan telah berlalu, aku semakin mengenalnya. Mengenal dalam tanda kutip aku hanya mengenal dalam dunia maya, tapi sangat terasa dekat, seakan ada didalam dunia nyata.
Saat ada masalah menghampirinya, aku selalu jadi pendengar setianya. maaf bukan geer, tapi aku rasa dia sudah nyaman untuk bercerita. Dia juga sudah memanggilku kaka, katanya dia lebih suka memanggil ke orang dengan sebutan kaka. Seperti siang itu, dia chat lewat fb.
"Ka?"
"Iya?"
"Ada yang mau menjatuhkan nama ana lewat status difb"
"Status yang mana?" Kataku
"Itu loh, ada yang bikin status pacaran dengan ana"
"Syapa" tanyaku
"Ga tau namanya syapa, ana dimarahin sama ayah. Ayah marah besar sama ana, ana sampe cium kakinya agar ayah memaafkan."
"Laa tahzan, coba jelasin sama ayahnya. Anti ngga kenal gitu sama lelaki itu" kataku menenangkan
"Udah ka, tapi ayah masih marah. Udah dulu ya ka, jangan chat fb dulu. Soalnya fb ini mau dipegang ayah."
"Iya"Beberapa hari lost kontak.
Serasa ada yang hilang pikirku, entah itu apa? Atau apa karna sudah nyaman, sehingga terasa aneh ketika tak ada kabar? Ahsudahlah.
Untuk nyapa dia dulu, ku rasa tak perlu. Bukan gengsi tapi aku tak mau mengganggu. Bisa saja aku menyepam lewat chat, menanyakan gimana keadaannya? Kabarnya? Namun, ku rasa cukup dengan satu do'a sejuta rasa.
Entah aku juga tidak paham perasaan ini muncul dari mana awalnya, ini spontan karna rasa nyaman. Tapi aku juga sadar betul, aku tak mungkin mengajaknya pacaran. Aku juga tak akan mengulangi kesalahanku dimasa silam, dimana aku hanya menggantungkan harap pada hamba tuhan, dan hasilnyapun dipatahkan.
Maka dari itu, lebih baik aku dicap sebagai pengecut yang tak berani mengungkapkan, daripada menjatuhkan kehormatan dan kemuliaan seorang perempuan.
Meski aku tau mencintai dalam diam itu tak semudah nalar, mencintainya harus dengan sabar. Mendekap erat, menutup rapat agar tak diketahui semua orang. Antara angan dan ingin lah yang selalu memenuhi isi pikiran, dan selalu ku tumpah ruahkan pada maha yang kasih sayang.
Sempat los kontak, akhirnya dia memberi kabar. Katanya dia sedang ada dimakasar.
Sebatas kabar, yang selalu aku nanti dengan penuh sabar. Ikhlas, meski tak selalu terdengar.
"Ka? Ana sedang ada dimakasar, lagi main dirumah nenek"
"Oh ya udah iya" katakuSingkat memang, tapi dalem maknanya. Karna saling mengabarkan itu perlu, saling kabar bukan hanya untuk sang pecinta yang sedang dilanda rindu. Tapi juga untuk sang pengharap agar tak lusuh ditelan oleh waktu.
Begitu sederhana bukan? Biarkan do'a yang memerankan, atau kalau perlu biar do'a yang bertarung. Siapa yang menang itu bisa bawa pulang, dan kalau kalah, sudah pasti gugur berantakan. Tapi jangan khawatir, ini gak akan terjadi. Karna aku akan mengajaknya berjuang untuk sama-sama menang.
Tak ada yang kalah dan tak akan mungkin ada yang hancur, gugur berantakan. Ku sederhanakan semua harapku, agar tak ada yang dipatahkan.
Karna kelak dipersatukan atau dipisahkan, itu semua sudah digariskan.
Saat ini, meski jarang chat. Tapi dia sering kasih kabar, lagi ada disinilah, disonolah. Bercanda juga sudah jarang, tapi bukan berarti berkurang. Dia pernah bertanya, begini;
"Ka, obat untuk dua insan yang sedang jatuh cinta itu apa?"
"Hmmm.. Nikahkan?" Jawabku
"Iya benar, ana suka hadist itu hehe"
"Mau nikah nih, kayaknya." Godaku
"Ih ngga" haha
"Siapa calonnya?" Lanjutku
"Ih apaan sih, belum punya"
"Ohyaudah, tungguin ana aja yaa" kataku
"Haha"Aku tau dia sering berpindah-pindah, terakhir dia ada di Kendari Sulawesi Tenggara. Dan sampai saat ini los kontak. Dia juga sudah tahu segala apa yang aku rasakan, dan segala apa yang aku takutkan. Aku takut ketika dia sudah tau isi hatiku, dia malah pergi menjauh. Meninggalkan semuanya, tanpa pamit sebelumnya.
Entah sibuk dengan study nya, atau dia benar-benar ingin pergi. Yang jelas aku selalu menunggu dia memberi kabar, lalu menjelaskan.
Sebulan lebih, tak ada kabar. Do'alah yang selalu menjadi penawar ketika gusar, dan do'alah yang akan menjadi tanda cinta yang tak teraba oleh rasa.
Semoga saja, dia juga merasakan apa yang aku rasa. Dimana rindu yang selalu mengalir dikedalaman diriku, yang tak terbendung tak terhingga.
Tunggu kelanjutannya yaa. Hehe
Apakah bisa benar-benar menang atau dikalahkan sehingga hancur berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Harap
RomanceHarapan yang semakin hari semakin semu, karna kau memilih pergi berlalu.