Bab 3

16.7K 962 57
                                    

Julian menatap istrinya yang melahap makan siang hingga tandas. Rupanya selain keduanya telah berbagi keintiman dan menyatukan dua keringat, mereka juga telah membakar kalori cukup banyak hingga keduanya kelaparan.

Senyum misterius terbit di wajahnya ketika teringat sepintas kenangan sebelum subuh tadi, kulit mereka tanpa sadar telah menggesek saat tidur dan itu membangunkan libido Julian.

Usai merasakan kenikmatan malam tadi, Sinta menyambut gairah pagi Julian yang menuntut dipuaskan. Dengan senang hati Julian memberikan dua kali lagi kenikmatan bercinta dan itu menjadikannya sebagai candu.

Sinta mengamati aura Julian yang nampak segar hari ini. Suaminya itu menghabiskan dua tangkup besar sandwich isi tuna dan tiga cangkir kopi hitam tanpa gula. Apakah kegiatan semalam menguras sebagian tenaganya? Batinnya.

Julian mengamati istrinya yang melamun. Dengan perlahan ia mengulurkan tangan dan membelai jemari lentik Sinta. "Apakah kamu ingin kembali ke kamar?" bisik Julian seraya meremas lembut.

"Ngapain balik ke kamar? A—aku pengen jalan-jalan."

"Kok ngapain sih, ya tentu aja membuatmu mengerang keras di bawahku."

Seketika mata Sinta membola dan rona merah menodai pipi putihnya. Sial. Ternyata orang tuanya memilih pria mesum untuk dijadikan suami.

Terdengar kekehan pelan Julian yang melihat istrinya kembali melamun. "Sebelum kita ke Bandara untuk honeymoon, alangkah baiknya kita mengakrabkan diri di kamar. Bukan begitu, Sayang?"

Sinta bergidik ngeri ketika melirik suaminya menyeringai mesum. Tanpa pikir panjang, Julian memanggil pelayan  Resto dan memberikan kartu platinum pada pelayan itu untuk membayar bill.

Setelah selesai, Julian menggandeng istrinya untuk kembali ke kamar mereka. Menggandeng Sinta erat agar sang istri tidak mencoba kabur. Sinta merasa risih mendapat perlakuan mesra itu hingga ia mencoba melepaskan genggaman tangan mereka.

Julian menenangkannya dan berusaha meremas lembut jalinan tangan mereka. "Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai."

Sinta menyentak genggaman Julian hingga suaminya menoleh ke arahnya, "kamu mau main kasar? Aku sanggup kok!"

Kedua mata sang istri membelalak ngeri dan berusaha menghindar namun dicegah Julian ketika lift yang mereka gunakan telah mengantar mereka hingga berada di lantai honeymoon suite. Tanpa banyak kata, Julian membopong sang istri untuk segera memasuki kamar mereka.

Julian bahkan tak perduli jika sang istri memakinya dengan kata kasar dan meronta-ronta dalam gendongannya.

Dengan ahlinya Julian menggesekkan key card-nya dengan satu tangan lalu mengunci kamar dengan mudah. Sinta berusaha turun dari gendongan namun Julian menghempaskan tubuh sang istri di tengah ranjang.

"Ka—kamu sinting!" Seru Sinta saat melihat suaminya melepaskan kancing kemeja dan sabuk celana pantalonnya dengan tergesa. Julian mencekal lengannya dan keduanya bergelut di tengah ranjang. Nafas Sinta memburu dan ia mencoba kabur dari cekalan Julian.

Julian menciumnya lembut namun jemarinya meremas kasar. Sinta terengah-engah dan mencoba melepaskan cekalan Julian tapi tak mampu. Ia mencoba merubah strategi dengan melingkarkan kedua lengan di sekitar leher Julian namun ia salah perhitungan.

Suaminya berubah lembut dan menghanyutkan hingga erangan pertama Sinta membuat kejantanan Julian mengeras penuh bangga.

"Kamu canduku, Sinta," bisik Julian saat bibirnya mencumbu lekukan leher sang istri hingga tubuhnya melengkung penuh gairah.

The WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang