Pulang

151 9 6
                                    

  "Hanum, Rumaisha. Banguunn, udah jam berapa ini ".

Terdengar suara umi, dari balik pintu.
Terusik dengan itu, aku dan Rumaisha terbangun dan langsung beranjak mengambil wudhu.

" Num, aku imam yaa.."
kaget mendengarnya.

" Alhamdulillah, mimpi apa kamu semalam, Rum?".

Tak, menghiraukan perkataan ku, Ia langsung menyuruhku untuk Komat.
Kembali ku, membaringkan tubuh diatas kasur, diikuti Rumaisha dengan buku yang siap untuk kembali dibaca. Masih dengan judul buku yang sama.
Bagaimana denganku?
Tentu saja, aku akan melanjutkan tidur. Hehehehe

" Num,num.." sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.

" hmmm. Rum, tak bisa kah kau membiarkan ku tertidur pulas??"

" lebay kamu num, ke bawah yuk. Laper nih"

Tertawa aku mendengar perkataannya, Ia membangunkanku hanya karena ingin memenuhi kebutuhan Primer nya. Tapi, tidak papa lah, sebenarnya aku juga sudah lapar.

Menuruni anak tangga, dengan sedikit lunglai.

Tak terlihat siapapun diruang tengah.

"Dapur" ujarku

Benar saja, Umi masih sibuk dengan kewajibannya.
Rupanya kami terlalu pagi,untuk menanti sarapan. Hehehhe.
" Rum, kamu jadi pulang hari ini?" tanyaku

" Ia, Num. InsyaAllah abi jemput ba'da dzuhur. Sekalian, pulang nya mau ke Giant"

" Yah, kenapa nggak lebaran disini aja sih" timpalku

" pengennya sih, tapi kasihan orang rumah. Pasti merindukanku"

" Nyesel aku Rum, mendengar jawabanmu". Sambil berjalan menuju dapur.

Semangkuk sayur capcai beserta tempe mendoan dan beberapa menu lainnya siap dihidangkan.

Abi dan adik-adikku?

Abi, sepertinya sudah sibuk dengan pekerjaan rutin pagi nya. Menyiram tanaman depan rumah.
Bagaimana dengan adik-adikku.
Ia, mereka masih asyik bergeluyat dengan alam mimpi.

"Rum, cepat kemasi barang-barangmu. Abi sebentar lagi datang ngejemput" ujar umi, dari lantai bawah.

" Iyh mi"

Sudah 4 hari Rumaisha, menginap dirumah ku. Bahagia ketika mendapat teman untuk berbagi cerita. Tiap malam, kita tak henti-henti nya berbagi cerita. Mulai dari cerita seputar islam sampai nyasar cerita mengenai jodoh.

" Rum, sedih aku"
Membantunya membereskan barang-barang bawaannya.

'' Lebay kamu, Num. Ntar, juga pas aku baru masuk mobil, pasti aku udah dapet chatt dari kamu"

Begitulah kami, dekat, jauh selalu merasa kangen.

tin..tin..tin..
Suara klakson dan deruan mesin mobil terdengar jelas, berhenti di depan rumah.

Abi Rumaisha,kah?

" Rumaisha, abi datang nak "

Suara umi membuyarkan fokus kami. Tanpa berfikir panjang Aku dan Rumaisha, bergegas turun. Tak lupa di bawa nya beberapa barang milik Rumaisha.

" Wih, betah nih kayaknya disini" ujar abi Rumaisha.
Disampingnya, terlihat Abiku beserta si ganteng Salim. Ya Salim, Adik pertamaku. Usia nya sudah beranjak 16 tahun. Sudah besar, Salim bersekolah di Pondok Pesantren Tahfidz Mulia

Tak terlihat umi beserta adik Rumaisha disitu

" Ia dong bi" Jawab nya,
Sambil sibuk meletakan barang bawaan nya.

Terlihat umi, yang sedang sibuk menyiapkan suguhan untuk Abi Rumaisha. Aku menghampirinya, dan membantu membawakan suguhan tersebut.

" udah-udah nggak usah repot-repot,Num"

Ku balas dengan, senyum nyengir terbaik ku.
Setelah berbincang cukup lama dengan kami, Rumaisha dan Abi nya berpamitan untuk pulang.

Sedih, kehilangan nya. Sedikit lebay memang. Padahal, tak lama lagi pun kita pasti sudah bercuat melalui chatt.

Kedekatan aku dan Rumaisha, melebihi kedekatanku dengan 2 sepupu ku yang lainnya. Ya, aku punya 3 sepupu yang umur nya tidak jauh berbeda denganku, hanya terpaut 1 tahun.








Cinta  Presiden MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang