Deana pov
Sudah hampir setengah jam aku menunggu kehadiran mereka, Revan dan kawan-kawan. Dan di sinilah aku dan teman-teman ku menunggu, tepat di dekat palang/patung bertuliskan Dufan the defender.
Angin pagi seolah berkata pada ku untuk sabar menunggu mereka, setidaknya hembusan angin itu dapat membuat ku lebih rileks ditambah dengan hangatnya matahari pagi. Yang membuat kami bisa sekaligus berjemur. Namanya juga anak metropolitan jaman sekarang jarang sekali menghabiskan waktu untuk sekadar berolahraga."Eh, ini masi lama gak sih mereka? Kalo gak gue mau makan dulu, "kata Riana sambil mengelap keringat di dahinya.
"Kalo lo makan, terus nanti main wahana emang gak muntah?" tanya ku
"Iya juga ya," jawab Riana
"Guys foto dulu yuk." Nissa yang mengambil kamera SLR nya dari tas yang digendongnya.
"Eh bentar dulu, ini si Revan nelfon."
Lantas Viara segera menjawab panggilan masuk dari Revan, supaya bisa terdengar secara jelas maka Viara mengaktifkan speakernya."Hallo. "
"Iya Van, lo dimana?" tanya Viara
"Gue sama yang lain udah sampe di parkiran, btw ngumpul dimana? "
"Di pintu masuk depan yang ada patung gitu tulisannya Dufan the defender"
"Oh oke-oke." sambungan telah diputus.
Kami sangat penasaran siapa yang di ajak oleh Revan dan Aryo. Butuh sekitar tiga menit, pertanyaan kami segera terjawab. Revan dan Aryo sudah datang bersama orang yang sangat ku kenal. Orang yang kemarin sempat membuat mood ku memburuk. Tapi masih ada satu orang lagi yang familiar bagi aku, Nissa, Riana dan Viara tapi kami tidak mengetahui namanya.
"Sorry guys lama, " kata Revan sambil cengengesan
Aku tidak menggubrisnya, masih terfokus kepada seseorang yang berada di samping Revan
"Van, lo ajak kakel?" tanya Viara to the point
"Oiya kenalan dulu deh, biar gak terlalu awkard. " Revan melirik ke arah Darrel dengan tatapan," kenalan gih. "
Yang ditatapnya pun mengerti
" Nama gue Darrel Kayden , ini yang di samping gue namanya Alvin. Btw kalian bisa panggil gue Darrel dan gak usah pake embel-embel kak selama di luar sekolah, " ucap Darrel santaiKetiga teman ku seolah bingung dengan apa yang terjadi, mereka saling menatap ku. Aku yang juga tak mengerti hanya mengangkat bahu.
"Gue Viara, temen kelas Aryo sama Revan." Inisiatif Viara untuk memperkenalkan dirinya.
"Riana," ucap Riana sopan sambil tersenyum dan menganggukan kepalanya pelan.
"Nissa kak, eh Rel," kata Nissa canggung
Darrel dan Alvin tersenyum dan menyimak apa yang kami bicarakan.
Jujur saat ini aku merasa deg-deg kan.
Aku menghela nafas pelan lalu memperkenalkan diri ku berusaha dengan serileks mungkin."Dean carelia pouline, bisa dipanggil Dean. " Aku tersenyum canggung
" Oke, salken ya Dean," kata Alvin sambil tertawa pelan.
Aku hanya terseyum, sebenarnya aku terkejut ketika Alvin berkata seperti itu. Jelas, perempuan mana yang tidak terkejut baru pertama kali ketemu dan ia adalah kakak kelas kita yang most wanted di sekolah.
Ketiga teman ku, menatap ku tak percaya seolah sedang meledek ku
"Acieee di salkennin sama kakak emesh. " Aku tak memperdulikannya, masih berusaha mentralkan detak jantung ku." Ya elah Vin, demennya sama dekel ya," kata Darrel
"Kan gue cuman bilang salken," bela Alvin tak terima
"Tapi lo cuma bilang salken nya ke Dean doang bro, yang lain gak lo gituin. "Aryo yang sudah mulai membuka suara dan berpihak pada Darrel.
"Kan yang terakhir nyebut nama dia," jawab Alvin
"Eak, yang terakhir jadi couple lo yak Vin. " Darrel yang sudah tertawa, ia sepertinya terlihat senang ketika menggoda sahabat yang di samping nya itu
Alvin tidak menanggapinya, ia mengedikan kedua bahu nya santai.
Sedangkan yang lain sibuk senyum-senyum. Lebih tepatnya senyum yang menyebalkan, senyum meledek. Belum bisa aku menetralkan detak jantungku sekarang sudah ditambah lagi, aku hanya tertawa saja seolah itu hanya gurauan saja. Dan Revan sejak tadi ia tidak ikut berkomentar hanya menyimak saja, sesekali ikut tertawa pelan."udah udah nanti ada yang ngefly lagi terus kan kalo baper jadi gawat," ucap Revan membuka suara.
Sontak perkataan nya tadi membuat refleks aku melotot ke arah nya, ingin aku meneriakinya. untung saja saat ini sedang ramai jadi ku urungkan niat ku untuk membalasnya.
Dan mereka tertawa mendengar perkataan dari Revan."Eh Vin, tanggung jawab tuh nanti kalo Dean bap, " ucapan Aryo terpotong ketika Revan sudah kembali bersuara," Yauda yuk beli tiketnya dulu. "
Aku merasa lega ketika Revan menyudahinya, setidaknya lelucon ini tidak berlanjut panjang.Kami pun kembali berjalan ke arah pemesanan tiket. Disini antriannya lumayan banyak, walaupun tidak terlalu padat. Tapi tetap saja aku tidak suka karena harus menunggu.
"Eh sana yang cowo beliin tiketnya, kita tunggu sini, " ucap Nissa sambil meneguk minuman yang sempat di belinya di Alfamart dekat rumah ku
" Bang, kan secara lo yang paling tua di sini. Jadi lo ya yang antri, itung-itung sebagai tanda lo sayang adek. " kata Revan sambil terkekeh
" Gak ah males, btw ngapain lo bawa-bawa umur anjir beda satu taun doang ya, " jawab Darrel yang masih setia fokus dengan ponselnya. Tapi, bukan seperti layaknya lelaki lain yang main game seperti orang yang sedang membalas chat.
" Wait-wait lo berdua debang? " tanya Riana
Mereka berdua langsung menoleh ke arah yang bertanya, ekspresi mereka seakan bingung. Tidak mengerti
" Debang? " ulang Aryo juga
" Ade abang," jawab ku
Mereka langsung mengangguk secara bersamaan. Sontak membuat kami langsung terkejut, terutama aku. Bagaimana bisa seseorang yang aku idam-idamkan yang sekarang sudah memiliki pasangan adalah kakak kandung dari teman ku yang menyebalkan ini.
"Udah Rel, sana pesenin tiketnya. "
" Males, udah Vin lo aja, " kata Darrel
" Berdua ama lo lah kunyuk, " jawabnya kesal
Aku yang sudah mulai kesal, karena sejak tadi hanya tunjuk-tunjukkan beranjak berdiri dari posisi duduk
" Yauda gue aja, " jawab ku
Seketika mereka langsung menatap kearah ku. Terutama teman-teman perempuan ku seolah mata mereka berkata, " lo serius De? Lo kan ga suka nunggu. " aku hanya mengedikkan bahu.
Revan mencegah," Udah ga usah. lo di sini aja sama yang lain biar gue sama Alvin aja, emang gek lo bang Chatingan mulu heran gue. Gak bakal ilang tuh cewe anjir, " ucap Revan
" Widiw, " bales Aryo
Darrel pun hanya diam saja tidak mendengarkan omongan Revan.
Aku sedikit kecewa ketika melihat sikapnya yang seperti ini.Nissa yang melihat raut wajah ku yang tak biasa, segera mendekat ke arah ku dan membisikkan sesuatu,
" you can see, cowo yang lo idam-idamkan kayak gimana and Revan? Ya lo bisa liat sendiri"Aku hanya menghela nafas, mungkin perkataan mereka ada benarnya juga. Tapi entah lah aku belum bisa beranjak dari lelaki itu.
-----
Come back guys 😀
YOU ARE READING
PAP (promise and proof)
Teen FictionKetika seseorang yang tidak bisa mengartikan sendiri perasaannya sehingga membuatnya dilema Yang membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri Dan memilih menerima tawaran untuk pindah sekolah, hitung-hitung untuk menenangkan hati nya dan untuk meraih mi...