Melelahkan, itulah yang dirasakan Rey. Di hari pertama sekolah ia terlambat, saat jam istirahat ia harus berdebat dengan wakil ketua osis soal kejadian tadi pagi. Padahal menurut Rey seharusnya ia berurusan dengan Faiha bukan wakil ketua osis. Dan di saat Rey kembali ke kelasnya ia menemukan sepucuk surat. Apakah itu surat cinta? Atau justru surat tantangan? Rey kembali membuka surat tersebut.
"Temui aku setelah jam pulang sekolah," ucap Rey pelan membaca surat itu.
"Huh, di sini ditulis temui setelah jam pulang sekolah. Tapi ga bilang tempatnya dimana. Setelah jam pulang, aku berkeliling satu sekolah mencari si pengirim surat. Apa sih tujuan pengirim sebenarnya, dan siapa yang mengirim surat ini?" Rey berkeluh kesah atas kejadian yang menimpanya ini. Ia pun membolak-balikkan surat tersebut, berharap ia mendapatkan petunjuk. Tapi nihil, tak ada petunjuk apapun.
Ia pun melihat tumpukan buku yang baru saja ia kerjakan. "Apa aku bisa menikmati masa mudaku ya?" ucap Rey lelah.
"Rey, temani Bunda ke minimart depan komplek yuk," ucap bunda sambil membuka pintu kamar Rey.
"Bunda, sudah berapa kali Rey bilang kalau masuk itu ketuk pintu dulu," ucap Rey dengan nada lembut walaupun ia sebenernya sedikit kesal dengan kebiasaan ibunya.
"Iya iya maaf hihi, yuk temani Bunda ke minimart," rayu Bunda lagi.
"Iya iya ayo." Rey pun beranjak dari meja belajarnya dan menemani sang Bunda ke minimart.
"Gimana Rey hari pertamamu sekolah?" Bunda mulai membuka pembicaraan karena sejak keluar rumah tadi hingga sudah mau sampai minimart Rey tidak berkata apapun.
"Ya begitulah, baik-baik saja," ucap Rey dengan mengeluarkan senyumnya agar Bunda percaya.
"Begitu ya, kau dapat banyak teman?"
"Hmm, banyak kok. Aku juga-"
"Pacar?" potong Bunda tiba-tiba.
"Bunda, aku baru masuk sekolah, masa udah dapat pacar. Jangan bercanda deh, lagian kok jadi bunda yang pengen anaknya pacaran?" Rey menggelengkan kepala melihat tingkah bundanya.
"Hihi, kamu kan harus menikmati masa muda. Merasakan yang namanya berjuang untuk perempuan, terus merasakan bahagianya jatuh cinta dan bla bla bla."
Rey terheran-heran. Entah apa yang ada di benak ibunya, seperti abg saja. Lagi pula kalau dipikir-pikir, biasanya seorang ibu itu ingin anaknya belajar dengan giat agar kelak bisa sukses. Yah, hanya Bunda dan Tuhan yang tahu.
Akhirnya mereka pun sampai di minimart. Rey dan Bunda langsung memasuki minimart tersebut, dan tanpa berbasa-basi Bunda langsung mengambil barang-barang yang dibutuhkan. Lalu apa yang dilakukan Rey? Tentu saja Rey yang membawa barang-barang tersebut.
Tak butuh waktu lama bagi Bunda belanja. Hanya sekitar 5 menit, karena kebutuhannya juga tidak terlalu banyak. Mereka pun langsung menuju kasir.
Rey meletakkan barang belanja tersebut di meja kasir. Sambil menunggu sang kasir menghitung dan memasukkan belanjaan ke kantong, Rey lebih memilih berfokus kepada ponselnya.
Beberapa menit kemudian belanjaan telah selesai dihitung. Setelah Bunda membayarnya, Rey dan bunda pun pergi meninggalkan minimart tersebut.
"Rey besok kamu mau dimasakin apa?" tanya Bunda.
"Semua masakan Bunda, Rey suka," jelas Rey.
"Aduh, anak ini pinter banget muji ibunya." Bunda pun tertawa kecil.
"Iya dong, anak siapa dulu," ucap Rey bangga.
"Ahaha iya iya."
"Bun, aku lupa membeli sesuatu." Ucap Rey.
"Kelupaan?" Bunda terheran-heran.
"Bunda duluan aja ya, aku ga lama kok," jelas Rey.
"Ehh, jadi kamu mau meninggalkan Bunda?" Bunda memasang wajah sedih andalannya.
"Bun, kita sudah di depan rumah jadi aku tidak akan membiarkanmu membawa belanjaan ini terlalu lama." Rey sudah paham dengan maksud tersembunyi dari jurus andalan ibunya.
"Ohh kita sudah sampai ya, ahaha" bunda tertawa kecil.
"Ini, aku pergi dulu." Rey memberikan belanjaan tersebut ke Bunda dan langsung pergi.
Rey pergi menuju toko kue di samping minimart tadi. Ia baru ingat kalau dari tadi sore ia ingin membeli kue di sana. Tapi akibat tugas yang cukup menyita waktu itu, membuat Rey harus mengurungkan niatnya tersebut.
Rey pun memasuki toko kue tersebut.
"Selamat datang di cat bakery." Ucap si penjaga toko kepada Rey.
"Eh kamu."
"Kamu kan...."
"Faiha."
"Rey." ucap mereka hampir bersamaan.
"Hmm, bando itu cukup lucu." Rey tersenyum melihat bando dengan telinga kucing yang digunakan Faiha.
"Apa sih, cepat selesaikan urusanmu dan pergi." Faiha langsung menyembunyikan bando tersebut.
"Ehh, begitukah sikap penjual kepada pembeli?" Rey berjalan menghampiri Faiha.
"Bukan urusanmu, cepat kau mau membeli yang mana?" ucap Faiha kesal.
"Aku mau yang ini." Rey menunjukkan foto Faiha yang mengenakan bando telinga kucing tadi.
"Eh, sejak kapan kamu mengambilnya?" Wajah Faiha sedikit memerah. Padahal sang pemilik toko sudah memberikan izin padanya untuk tidak menggunakan bando itu, seharusnya dia memang tidak perlu menggunakan bando tersebut.
Rey hanya menjulurkan lidahnya dan tersenyum menang.
"Ha-hapus fotonya," ucap Faiha pelan.
"Apa? Aku ga dengar." Ledek Rey.
"Hapus fotonya!!!" Seketika Faiha menaikkan suaranya sampai membuat beberapa orang melihatnya.
"Baiklah, cepat minta maaf untuk yang tadi pagi," ucap Rey.
"Maaf. Cepat hapus fotonya," pinta Faiha.
"Ah ga niat, ku sebar deh."
"Maaf Rey, maafin sikapku pagi tadi," ucap Faiha lembut.
Deg. Apa itu? Rey merasakan sesuatu yang aneh.
"Udah ayo hapus fotonya," pinta Faiha.
"Aku ga janji mau menghapusnya kan?" Rey menjulurkan lidahnya kemudian dia pergi.
Awas kau, lihat saja nanti. Faiha mengepalkan tangannya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Reason
Teen FictionJatuh cinta. Apa yang kalian pikirkan setelah mendengar kata itu? Bahagia? Sedih? Menyakitkan? Malu-malu? Atau mungkin kalian tidak menyangka hal tersebut terjadi begitu saja? Apa yang akan kalian lakukan? Mengejarnya? Memendamnya? Atau hanya mengik...