BAGIAN 1[SEBUAH WASIAT]

6.8K 245 7
                                    


Jika ada salah pengetikan tolong di komen ya:) happy reading❤️


Mata wanita itu terpejam bibirnya tak hentinya melafalkan dzikir. Sesekali dia melihat ke jendela kereta disampingnya. Hamparan sawah membentang sepanjang perjalanan membuat sejuk pandangan. Kini matanya beralih ke benda hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

15 menit lagi. Gumamnya.
Dia lalu memilih menyetel murrotal dan menyumbatkan earphone ke telinganya.

Lantunan surah Ar-Kahf terdengar merdu. Maryam tak rela waktunya terbuang sia-sia tanpa ibadah kepada Allah.

***

Taksi mengantarkannya ke kediaman abang kandungnya. Maryam dengan berseri seri langsung menuju ke teras rumah tersebut.

"Assalamualaikum bang." Maryam mengetuk daun pintu berkali kali. Namun tidak ada jawaban.

"Assalamualaikum." Ulang Maryam lagi sambil mengetuk daun pintu.

Harusnya tadi aku bilang dulu ke abang kalau mau datang.

"Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh adikku yang cantik."

"Astaghfirullah abang ngagetin aja ma shaa Allah." Seru maryam terkejut atas kehadiran abangnya yang tiba-tiba. Maryam melihat dari atas sampai bawah penampilan abangnya.

"Habis ngapain bang, kotor kek gitu?" Tanya Maryam.

"Bersihin kebun la dik. Yauda masuk dulu lah. Kakakmu udah nunggu tuh didalem." Abang Maryam menjinjing tas pakaian yang dibawa adiknya masuk ke dalam rumah.

Maryam mengiyakan lalu mengikuti langkah abangnya menuju rumahnya. Matanya kemudian menyapu ruangan sekeliling. Sudah lama sejak dia tinggal di pesantren, dia tak pernah kerumah abangnya lagi. Barang barangnya bahkan sudah berpindah posisi sejak sepeninggalannya.

"Dik. Ini Maryam udah datang ni." Seru abangnya sambil memasuki dapur.

Seorang wanita berkerudung datang menghampiri Maryam. Dia adalah istri abang Maryam.
"Ma shaa Allah Maryam. Kakak kangen banget sama kamu dik. Duduk dulu sini kakak lagi nyiapain rotinya sebentar ya. Ini minum nya diminum dulu."

Maryam mengangguk.
"Maryam juga kangen sama kakak. Kangen banget malahan." Balas Maryam.

"Udah ntar aja kangen kangenannya. Duduk dulu dik." Ajak abang Maryam.

"Ah abang ganggu aja." Maryam melepas pelukannya.

"Iya abang mu memang gitu Maryam. Cemburuan dia mah kalau kakak peluk peluk orang lain." Yasmin-- kakak ipar Maryam tertawa geli.

***

"Jadi dik. Abang mau nanya nih. Umur Maryam sekarang udah 20 tahun kan?" Abang Maryam; Doni menyeruput kopi perlahan.

"Iya bang. Tepatnya bulan Maret kemarin. Masa abang lupa sih." Maryam memanyunkan bibirnya.

"Em. Bukan gitu dik. Abang ingin menyampaikan sesuatu ke Maryam. 15 belas tahun lalu. Saat meninggalnya Ayah dan Ibu. Sebelumnya ayah menitipkan ke paman kita sebuah surat wasiat. Didalam nya tertulis agar abang menjagamu selalu. Agar kelak abang membimbing mu menjadi wanita shalihah. Dan Abang berhasil dik." Doni tersenyum simpul matanya menatap lekat adik yang sudah dijaganya 14 tahun lamanya.

Maryam menggenggam tangan Doni.
"Makasih bang. Makasih." Maryam menundukkan kepalanya. Tangannya menghapus titik air disudut matanya.

Doni tersenyum tipis. Berat rasanya untuk menyampaikan ini ke adiknya.
"Abang lanjutkan." Doni menarik nafas perlahan. "Dan kata ayah, disaat umurmu sudah menginjak 20 tahun. Ayah meminta abang untuk menikahkanmu dengan anak dari teman karibnya." Lanjutnya hati hati.

Maryam terbelalak. Tenggorokannya tercekat.
"Si-siapa bang?" Tanya nya kemudian.

***

"Ma, mama tau sendiri kan? Aku udah belajar mati matian untuk bisa lulus tes di Universitas itu. Haih, gak mungkin Ma aku harus relain usaha ku itu. Bahkan tinggal selangkah lagi aku gapai mimpi itu dan kalian dengan mudahnya mengahancurkan itu semua!"

"ARKA!"

"Apa pa? Kurang nurut apa Arka sama kalian?! Arka udah nurut papa dan mama dari dulu. Arka ikut les, bimbel dan banyak lagi, itu semua demi kalian. Arka rela ngabisin waktu remaja Arka dengan belajar, belajar dan belajar!" Arka berdiri tak tahan lagi menghadapi kedua orang tuanya ini.

"Arka duduk! Papa bilang duduk kamu!" Bentak Hutomo-- ayah Arka. Kemarahannya memuncak.

Arka mengacak rambutnya kasar lalu duduk kembali.

"Oke papa kasih kamu pilihan. Kamu kuliah di Amerika, dan batalin perjodohan ini tetapi semua investasi yang papa kasih ke kamu apapun itu kamu harus balikin ke papa. Atau kamu terima perjodohan ini dan papa akan wariskan perusahaan papa ke kamu. Terserah kamu pilih apa. Capek papa ngadepin kamu."

"Yang harusnya bilang capek itu aku pa. Ban**at!" Arka membanting meja ruang tamu di hadapannya lalu keluar ruangan itu. Mamanya hanya mampu diam melihat pertengkaran Ayah dan anak tersebut. Matanya berembun, sebagai ibu tentulah dia juga ingin yang terbaik untuk anak laki-laki semata wayang nya itu.

Hutomo tetap pada pendiriannya. Arka harus menikah dengan gadis itu.
"Pokoknya papa gak mau tau. Seminggu lagi pernikahan kalian akan dilangsungkan!"

To be continued...

Jangan lupa vote dan komennya ya. Terimakasih sudah mampir di cerita ini. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

WAHAI RABB-KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang